*

*

Ads

Rabu, 06 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 201

Pria itu bersikap halus dan penuh wibawa, dan sepasang matanya menunjukkan bahwa dia seorang yang amat cerdik dan bijaksana. Usianya sekitar lima puluh tahun dan duduk di atas kursi di dalam ruangan yang lebar itu, dimana belasan orang perwira nampak amat menghormatinya, dia kelihatan semakin berwibawa walaupun pakaiannya menunjukkan bahwa dia seorang pembesar sipil, bukan militer.

Tidak mengherankan kalau semua perwira demikian menghormatinya karena dia adalah Menteri Cang Ku Ceng, seorang diantara menteri-menteri yang paling setia kepada kaisar, dan satu diantara para pejabat yang berjasa besar dalam menegakkan keadilan dalam pemerintahan Beng-tiauw di bawah pimpinan Kaisar Cia Ceng itu.

Sesungguhnya, hanya ada dua orang menteri yang paling terkenal dalam pemeritahan itu dan tercatat dalam sejarah sebagai dua orang yang berjasa besar. Mereka adalah Menteri Yang Ting Hoo dan Menteri Cang Ku Ceng inilah.

Untuk membasmi gerakan pemberontakan di selatan, yang menurut para penyelidik dipimpin oleh datuk sesat yang bersekongkol dengan seorang bangsawan dari Birma, Menteri Cang Ku Ceng turun tangan sendiri terjun ke lapangan! Dan hal ini amatlah besar pengaruhnya, terutama sekali dalam menarik perhatian dan bantuan para pendekar.

Sebagian besar para pendekar kagum kepada kedua menteri itu, maka mendengar bahwa Menteri Cang terjun ke lapangan, merekapun tertarik dan banyak yang berdatangan ke Yunan untuk membantu gerakan pemerintah membasmi pemberontakan. Andaikata gerakan pembasmian itu hanya dipimpin oleh para perwira, kiranya para pendekar tidak akan demikian bersemangat membantu.

Mereka sedang mengadakan perundingan di dalam ruangan itu, sebuah ruangan luas dalam pondok darurat yang dibuat di lereng gunung yang penuh hutan itu. Para perwira itu telah mempersiapkan pasukan yang cukup besar, namun pasukan mereka masih disembunyikan, berpencar dan belum berkumpul di bukit itu karena mereka khawatir kalau-kalau para mata-mata pemberontak akan melihatnya, dan akan menggagalkan penyergapan mereka.

Adapun kehadiran Menteri Cang Ku Ceng dan para pendekar, juga belasan orang perwira disitu, tidak akan mudah diketahui orang karena hutan itu telah dikepung dan dijaga ketat, baik oleh pasukan pilihan yang berpakaian preman maupun oleh para pendekar dan anak buah mereka. Takkan ada orang asing dapat memasuki hutan di lereng bukit itu tanpa ijin.

Selain Menteri Cang Ku Ceng dan belasan orang perwira, disitu sudah berkumpul pula para pendekar yang siap menyumbangkan tenaga mereka untuk membasmi pemberontakan, dan pada pagi hari itu, mereka diterima menghadap oleh Menteri Cang Ku Ceng.

Diantara para pendekar itu, terdapat beberapa orang yang terkenal sekali, bukan hanya tokoh-tokoh partai persilatan besar seperti wakil dari Bu-tong-pai, Kun-lun-pai, Kong-thong-pai dan Siauw-lim-pai, akan tetapi nampak hadir tokoh-tokoh persilatan perorangan yang tidak mewakili perguruan atau perkumpulan silat. Juga nampak Pek Kong, Ketua Pek-sim-pang yang datang bersama Song Un Tek, Ketua Kang-jiu-pang dari Cin-an.

Seperti kita ketahui, terjadi ikatan perjodohan antara anak kedua orang tua yang memang bersahabat karib ini. Puteri Pek Kong, yaitu Pek Eng, telah dilamar oleh Ketua Kang-jiu-pang untuk dijodohkan dengan puteranya yang bernama Song Bu Hok dan pinangan itu diterima dengan senang hati.

Akan tetapi ternyata ikatan jodoh itu bahkan membuat Pek Eng marah dan berduka, dan gadis ini minggat dari rumahnya dengan alasan untuk mencari kakak kandungnya, Pek Han Siong. Dan seperti telah kita ketahui, dalam perantauannya ini Pek Eng tertawan oleh anak buah Lam-hai Giam-lo akan tetapi berkat kecerdikannya, ia bahkan diambil murid dan anak angkat oleh bengcu itu.

Dan mempergunakan kesempatan baik ini, Pek Eng berhasil membujuk gurunya itu untuk mengirim orang dan membatalkan ikatan jodoh antara ia dan Song Bu Hok! Lam-hai Giam-lo memenuhi permintaan Pek Eng dan Lam-hai Siang-mo, suami isteri iblis itulah yang diutus pergi ke Cin-an dan dengan kekerasan mereka menuntut agar ikatan jodoh itu dibatalkan.

Tentu saja para pimpinan Kang-jiu-pang membuat perlawanan, namun mereka semua dikalahkan oleh suami isteri itu sehingga terpaksa mereka berjanji akan membatalkan ikatan jodoh! Dan setelah suami isteri Lam-hai Siang-mo pergi, dengan hati penuh rasa penasaran, Song Un Tek, Ketua Kang-jiu-pang, segera pergi berkunjung ke Pek-sim-pang dan mengadukan semua peristiwa ini kepada Pek Kong, ayah Pek Eng Ketua Pek-sim-pang!

Tentu saja keluarga Pek terkejut bukan main mendengar akan teristiwa itu. Lebih kaget lagi ketika mendengar bahwa Pek Eng memutuskan ikatan jodoh dengan mempergunakan tokoh-tokoh sesat macam Lam-hai Siang-mo! Bagaimana Pek Eng dapat bergaul dengan orang-orang macam itu? Apalagi menurut Song Un Tek, sepasang iblis itu membatalkan ikatan jodoh atas nama Lam-hai Giam-lo!

Mereka merasa khawatir sekali dan demikianlah, akhirnya Pek Kong dan Song Un Tek meninggalkan rumah mereka, pergi berdua ke selatan untuk melakukan penyelidikan dan mencari Pek Eng.






Ketika mereka tiba di selatan, mereka baru mendengar akan gerakan pemberontak yang dipimpin oleh orang-orang sesat, dan pemimpin utamanya adalah Lam-hai Giam-lo!

Mereka lalu pergi ke daerah Yunan untuk menyelidiki dan di perjalanan, mereka bertemu dengan para pendekar lain yang telah diundang oleh Menteri Cang Ku Ceng. Maka merekapun bergabung untuk membantu pemerintah membasmi para pemberontak.

Selain dua orang ketua ini, juga disitu nampak Ciang Su Kiat dan Kok Hui Lian! Kita sudah mengetahui bahwa suami isteri inipun sedang dalam perjalanan mencari musuh besar mereka, yaitu Lam-hai Giam-lo dan mereka bahkan sudah berjumpa dengan Hay Hay di Telaga Cao-hu.

Ketika mereka melakukan penyelidikan dan mendengar bahwa Lam-hai Giam-lo telah menghimpun banyak sekali datuk sesat yang lihai di samping pasukan yang cukup besar, keduanya mengerti bahwa amatlah sukar, bahkan berbahaya bagi mereka kalau mencari Lam-hai Giam-lo di sarangnya.

Mereka tldak takut menghadapi musuh besar itu, akan tetapi kini Lam-hai Giam-lo bukan sendiri, dan kalau mereka berdua harus menghadapi musuh besar itu yang dibantu banyak tokoh sesat yang lihai di samping anak buah yang berjumlah ratusan orang, tentu mereka akan mati konyol!

Dan selagi mereka berkeliaran di sekitar Yunan, mereka bertemu dengan beberapa pendekar yang mengajak mereka untuk membantu pemerintah yang pasukannya sudah siap dan dipimpin langsung oleh Menteri Cang Ku Ceng. Suami isteri ini lalu datang menghadap dan pagi hari itu mereka ikut pula mengadakan rapat.

Masih ada belasan orang pendekar yang duduk dalam ruangan itu, dan diantara mereka terdapat pula Cia Kui Hong! Seperti kita ketahui, gadis yang gagah perkasa ini mengalami guncangan batin yang amat hebat ketika ia bersama Hay Hay tenggelam dalam lautan nafsu sampai Hay Hay tersadar dan meninggalkannya. Hal ini menghancurkan hati Kui Hong. Ia tahu bahwa ia telah jatuh cinta kepada Hay Hay maka ia mandah saja ketika pemuda itu memeluk dan menciumnya, bahkan ia membalas kemesraan itu dengan sepenuh hatinya.

Akan tetapi ketika Hay Hay menyatakan bahwa pemuda itu tidak mencintanya dan merasa menyesal akan apa yang telah terjadi, ia merasa hatinya seperti ditusuk-tusuk pedang dan ia lari meninggalkan Hay Hay dengan hati hancur dan mengalami guncangan hebat. Dan ia melanjutkan perjalanannya seorang diri dengan hati merana, untuk mencari musuh besarnyat yaitu Ki Liong.

Dalam usahanya mencarl Ki Liong inilah ia mendengar bahwa Ki Liong bergabung dengan para pemberontak dan iapun bertemu dengan orang-orang kepercayaan Menteri Cang Ku Ceng, sehingga ia memenuhi pula undangan menteri itu dan hari itu ia berada diantara mereka yang sedang mengadakan perundingan.

"Cu-wi Enghiong (Para Pendekar Sekalian)." terdengar Menteri Cang berkata dengan suaranya yang halus namun mengandung wibawa, "kami atas nama pemerintah mengucapkan terima kasih dan merasa gembira sekali bahwa Cu-wi (Anda Sekalian) telah suka bergabung disini dan membantu usaha kami membasmi gerakan pemberontakan. Memang harus kami akui bahwa pekerjaan membasmi pemberontakan adalah tugas kami. Akan tetapi pemberontakan yang timbul di Yunan ini lain dengan pemberontakan biasa. Sekali ini, pemberontakan dipimpin oleh orang-orang dari dunia hitam, golongan sesat yang memiliki ilmu silat yang tinggi, bahkan kabarnya orang-orang Pek-lian-kauw ikut bergabung dan mereka terkenal pandai ilmu silat dan ilmu sihir. Menghadapi orang-orang seperti ini, tentu saja kami tidak dapat hanya mengandalkan kekuatan pasukan saja. Tanpa bantuan orang-orang pandai seperti Cu-wi Enghiong, mungkin usaha pembasmian kami akan mengalami kegagalan, atau setidaknya, tentu akan jatuh banyak korban diantara pasukan kami. Maka kami bersukur bukan main bahwa Cu-wi sudi membantu kami dan mudah-mudahan dalam beberapa hari ini, akan datang bantuan yang lebih banyak lagi."

Menteri ini dengan ramahnya lalu minta kepada para pendekar untuk masing-masing memperkenalkan diri dan kalau. datang sebagai wakil, menyebutkan partai atau perguruan mana yang diwakilinya."

Ketika itu, Kui Hong duduk dekat Hui Lian dan Su Kiat. Semenjak terjadinya peristiwa di Cin-ling-pai dimana mereka bertemu, bahkan saling serang, kemudian semua peristiwa itu berakhir damai, Kui Hong menganggap Hui Lian sebagai seorang wanita yang hebat, memiliki ilmu kepandaian yang melebihi tingkatnya! Dan sebaliknya, Hui Lian juga memandang Kui Hong sebagai seorang gadis yang gagah perkasa dan mengagumkan, apalagi kalau diingat bahwa gadis ini adalah cucu dari Pendekar Sadis yang terkenal sakti.

Para orang gagah itu memperkenalkan diri satu demi satu. Ketika tiba giliran Su Kiat dan Hui Lian, mereka hanya mengaku bahwa mereka mempunyai urusan pribadi dengan Lam-hai Giam-lo, akan tetapi setelah mendengar bahwa Lam-hai Giam-lo bahkan menjadi pemimpin gerombolan pemberontak, mereka lalu ingin bergabung dan membantu pemerintah.

"Kami berdua tidak mewakili golongan manapun, karena kami tidak terikat oleh sesuatu perkumpulan atau perguruan, walaupun kami pernah membuka perguruan silat yang tidak ada artinya, bukan merupakan perkumpulan melainkan sekedar mencari nafkah. Namun, kami siap membantu pemerintah membasmi gerombolan pemberontak yang dipimpin musuh besar kami, yaitu Lam-hai Giam-lo." kata Su Kiat penuh semangat.

Ketika tiba giliran Kui Hong untuk memperkenalkan diri, ia teringat bahwa keluarganya, baik dari ayahnya maupun dari ibunya, tidak ada yang hadir, maka la ingin mewakili mereka untuk mengangkat nama keluarganya. Setelah memperkenalkan nama, ia melanjutkan.

"Saya mewakili Cin-ling-pai karena Ayah saya adalah Ketua Cin-ling-pai juga saya mewakili Pulau Teratai Merah karena Pendekar Sadis adalah Kakekku."

Mendengar ini, mereka yang belum tahu tertegun dan memandang kagum, juga Menteri Cang tersenyum lebar dan wajahnya berseri.

"Aih, sungguh tidak kami sangka bahwa disini hadir pula wakil dari mereka yang namanya sudah lama kami dengar. Selamat datang, Nona Cia dan terima kasih. Makin besar hati kami karena dengan hadirnya seorang wanita perkasa seperti Nona, pasti usaha kami membasmi gerombolan pemberontak akan berhasil baik."

Mereka lalu mengadakan perundingan. Menteri Cang menjelaskan bahwa menurut hasil penyelidikan mata-mata yang disebar, belum nampak gerak-gerik para pemberontak, kecuali bahwa para tokoh sesat telah berkumpul di sarang mereka.

"Kami khawatir kalau mereka menyembunyikan pasukan di suatu tempat. Kalau kita lebih dahulu bergerak, berarti kedudukan kita akan mereka ketahui, sebaliknya kita belum mengetahui kedudukan mereka. Karena itu, sebaiknya kalau kita menanti sampai mereka itu mengeluarkan pasukan mereka dan bergerak lebih dahulu. Dengan demikian, selain dapat melihat kekuatan pasukan mereka, juga kita dapat mengatur siasat untuk menyergap mereka."

Selagi mereka berunding, tiba-tiba ada komandan jaga datang menghadap, melaporkan bahwa ada seorang pemuda dan seorang gadis minta agar dihadapkan kepada Menteri Cang Ku Ceng.

"Pemuda itu adalah Can-taihiap, dan Nona itu baru datang menghadap Taijin." komandan jaga itu menutup laporannya.

Mendengar disebutnya nama Can-taihiap, wajah Cang Ku Ceng, menteri yang bijaksana itu tersenyum.

"Ah, silakan mereka masuk!"

Muncullah Can Sun Hok dan Cia Ling. Begitu masuk, Kui Hong yang mengenalnya, segera berseru girang.

"Ling Ling...!"

Cia Ling, gadis yang masih merasakan remuk redam hatinya karena peristiwa perkosaan. yang menimpa dirinya, terkejut dan mengangkat muka. Ketika ia mengenal Kui Hong, iapun berseru.

"Bibi Kui Hong…!"

Dan iapun lari menghampiri lalu kedua gadis itu berangkulan. Kui Hong terkejut bukan main ketika melihat Ling Ling merangkulnya sambil menangis sesenggukan!

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar