*

*

Ads

Rabu, 06 Juni 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 202

"Heiii Ling Ling, ada apakah? Apa yang telah terjadi?" tanyanya penuh keheranan dan kekhawatiran.

Barulah Ling Ling sadar bahwa ia telah terseret oleh perasaan dukanya, padahal disitu terdapat banyak orang asing! Cepat ia mengerahkan tenaga batinnya untuk menekan perasaannya, mengusap air mata dan memandang kepada Kui Hong sambil tersenyum.

"Maafkan aku, Bibi Hong, aku... begitu girang bertemu denganmu disini sehingga lupa diri terharu dan menangis. Maafkan aku…!"

Biarpun lain orang di situ tidak merasa curiga akan adegan kecil ini, namun diam-diam Kui Hong merasa heran. Keponakannya, seperti yang diketahuinya setelah mereka untuk pertama kali bertemu di Cin-ling-pai adalah seorang gadis yang tenang dan halus, juga amat gagah dan tabah. Kenapa gadis ini tiba-tiba berubah menjadi seorang gadis cengeng dan lemah?.

Menteri Cang segera memperkenalkan pemuda yang baru tiba itu kepada mereka yang hadir. Tentu saja Kui Hong sudah mengenalnya dan pemuda inipun agak terkejut dan wajahnya agak merah ketika dia mengenal Kui Hong. Teringat dia akan pertemuannya dengan Kui Hong dan ibunya, Ceng Sui Cin yang kemudian berakhir dengan tewasnya Nenek Wa Wa Lobo, pelayannya yang setia ketika Wa Wa Lobo gagal mengalahkan pendekar wanita Ceng Sui Cin untuk membalas kematian ibu kandungnya, yaitu Gui Siang Hwa.

Mereka memang berpisah dengan baik-baik, dan dia sudah menyadari akan kelirunya perbuatan Wa Wa Lobo yang hendak membalas dendam, namun betapapun juga, dia merasa kikuk bertemu dengan Kui Hong, hal yang sama sekali tidak disangkanya.

"Cu-wi Enghiong, dia ini adalah Can-taihiap, namanya Can Sun Hok. Ketahuilah bahwa dia masih berdarah bangsawan, putera dari mendiang Pangeran Can Koan Ti. Akan tetapi, kini dia telah menjadi seorang pendekar yang berkepandaian tinggi dan yang datang untuk membantu pemerintah dalam penumpasan terhadap gerombolan pemberontak. Dan Nona ini, siapakah ia, Can-taihiap?"

Sun Hok memandang kepada Ling Ling.
"Nona itu adalah Nona Cia Ling dan ia membawa berita yang teramat penting, oleh karena itu, tanpa membuang waktu lagi saya ajak ia untuk datang menghadap Taijin."

"Berita apakah yang penting itu?" tanya Menteri Cang sambil memandang tajam penuh selidik.

Sun Hok memandang sekeliling, seolah merasa ragu untuk bicara karena di situ hadir demikian banyak orang. Melihat ini, Menteri Cang berkata lagi,

"Katakanlah saja, Taihiap. Yang hadir ini adalah rekan-rekan dan para sahabat sendiri."

"Taijin, ketika saya datang melakukan penyelidikan mendekati sarang para pimpinan pemberontak, saya melihat Nona Cia Ling ini sedang berkelahi dengan Saudara Tang Hay yang pernah kita bicarakan, bahkan Taijin menyatakan bahwa dia adalah orang kepercayaan Yang-taijin dan Jaksa Kwan. Saya ingin melerai, dan begitu perkelahian terhenti, Saudara Tang segera melarikan diri. Dan saya mendengar hal yang amat luar biasa dari Nona Cia ini, yaitu bahwa Saudara Tang Hay adalah seorang jai-hwa-cat!"

"Ihhh…!"

Seruan ini keluar dari mulut Kui Hong yang merasa terkejut bukan main mendengar itu. Juga Menteri Cang terkejut, dan heran, sementara itu Sun Hok melanjutkan.

"Kalau berita ini benar, sungguh berbahaya sekali, Taijin. Kalau benar bahwa Saudara Tang Hay itu seorang penjahat cabul, berarti dia adalah seorang diantara tokoh sesat itu dan siapa tahu dia sengaja menyelundup dan mengambil hati Yang-taijin dan Jaksa Kwan agar dipercaya dan sebenarnya dia adalah mata-mata dari para pemberontak. Itulah sebabnya maka saya segera mengajak Nona Cia Ling untuk menghadap Paduka."

"Nona Cia Ling, benarkah apa yang dikatakan oleh Can-taihiap ini? Harap Nona suka ceritakan dengan jelas." Kata Menteri Cang setelah mempersilakan keduanya duduk.

Cia Ling duduk di dekat Kui Hong dan iapun mengangguk memberi hormat kepada Hui Lian, yang duduk di dekat situ karena iapun pernah bertemu dengan wanita sakti itu di Cin-ling-pai, bahkan pernah membantu Kui Hong menandingi Hui Lian.

Tentu saja Hui Lian juga terkejut sekali dan matanya terbelalak, kedua pipinya menjadi merah karena penasaran dan marah mendengar tuduhan bahwa Hay Hay adalah seorang jai-hwa-cat, hal yang sama sekali tidak dipercayanya sama sekali. Ia telah mengenal Hay Hay, luar dalam! Akan tetapi berada di tempat itu, tentu saja ia tidak berani bersikap sembarangan dan hanya menanti untuk mendengar perkembangan selanjutnya.






Tentu saja Ling Ling merasa yakin bahwa Hay Hay adalah seorang jai-hwa-cat tulen. Bukankah kekejian pemuda itu telah dirasakannya sendiri? Bukankah Hay Hay telah memperkosanya, dan hal itu membuktikan kebenaran tuduhan orang-orang Bu-tong-pai? Tehtu saja ia tidak mau menceritakan malapetaka yang menimpa dirinya akibat kejahatan Hay Hay.

"Seperti yang telah saya ceritakan kepada Saudara Can Sun Hok ini, saya melihat Tang Hay diserang oleh orang-orang Bu-tong-pai dan dituduh bahwa dia adalah Ang-hong-cu, seorang jai-hwa-cat yang telah memperkosa dan membunuh seorang murid perempuan Bu-tong-pai. Dan melihat betapa dia tidak mempunyai alasan cukup untuk membantah, saya percaya bahwa dia seorang jai-hwa-cat "

"Ah, kalau begitu sungguh celaka! Dimana dia sekarang, Nona Cia?" tanya Menteri Cang.

"Dia menerima penawaran seorang tokoh pemberontak untuk bekerja sama, katanya kepadaku hal itu hanya merupakan siasat untuk dapat menyelidiki keadaan para pemberontak dari dalam." jawab Cia Ling yang menjadi semakin bingung.

"Bagaimana kalau semua itu benar dan dia memang kaki tangan pemberontak, Taijin?" tanya Can Sun Hok.

"Tidak benar!" Tiba-tiba Hui Lian berseru keras. "Saya mengenal pemuda bernama Tang Hay itu, Taijin dan saya berani sumpah bahwa dia bukanlah seorang penjahat, bukan jai-hwa-cat apalagi anggauta pemberontak!"

"Semua keterangan itu benar!" Tiba-tiba terdengar suara lain. "Dia memang Ang-hong-cu, seorang jai-hwa-cat dan kami berani sumpah pula untuk menyatakan bahwa hal ini benar!"

Semua orang menengok dan yang bicara itu adalah Tiong Gi Tojin, tokoh Bu-tong-pai yang pernah bersama anak buahnya menyerang Hay Hay, disaksikan oleh Ling Ling.

"Kamilah orang-orang Bu-tong-pai yang diceritakan oleh Nona itu. Ang-hong-cu itu pernah menculik seorang murid perempuan kami, dan kami menemukan ia telah menjadi mayat dan penjahat itu meninggalkan tanda perhiasan tawon merah persis seperti perhiasan yang berada di tangan Tang Hay itu. Dia adalah Ang-hong-cu, penjahat cabul yang suka memperkosa dan membunuh wanita!"

Hui Lian hendak membantah, akan tetapi tangan suaminya menyentuh lengannya, dan suaminya berbisik,

"Tak perlu ribut, lihat saja perkembangannya " karena cegahan suaminya, Hui Lian kini diam saia.

Hatinya mendongkol bukan main. Ia tahu bahwa Hay Hay adalah seorang pemuda yang pada umumnya dikatakan mata keranjang, suka akan wanita cantik. Akan tetapi menjadi jai-hwa-cat? Tak mungkin ia dapat membayangkan itu! Hay Hay bukan penjahat, dia seorang laki-laki sejati yang gagah perkasa, yang tidak mungkin dapat melakukan hal-hal jahat, apalagi memperkosa wanita. Dia pemuda yang memuja kecantikan wanita, untuk dikagumi, untuk dipuji-puji, bukan untuk dirusak.

"Aih, kalau begitu, sungguh berbahaya keadaan kita. Tentu dia telah membuka semua rahasia kita dan para pemberontak sudah tahu akan kedudukan kita sehingga mereka dapat bersiap-siap, bahkan akan membuat gerakan yang amat merugikan kita,” kata Menteri Cang Ku Ceng.

Pada saat itu terdengar suara ribut-ribut di luar ruangan itu. Para penjaga agaknya mengejar-ngejar orang dan daun pintu ruangan itu terbuka. Muncullah seorang laki-laki setengah tua, dikejar oleh belasan orang perajurit penjaga.

"Sudah kukatakan bahwa aku hanya ingin menghadap Cang-taijin! Kenapa kalian ribut-ribut dan hendak menangkap aku seolah-olah aku seorang pencuri saja?" laki-laki itu berseru ke arah para pengejarnya.

Semua orang memandang dan hanya Cia Ling yang mengenalnya karena gadis ini pernah melihatnya sebagai penggembala kambing, suku bangsa Hui itu. Akan tetapi sekarang dia tidak memakai pakaian orang Hui, melainkan pakaian biasa dengan capingnya yang lebar .

Melihat sikap dan mendengar suara orang itu, seorang komandan lalu bangkit berdiri dan memerintahkan para perajurit menghentikan pengejaran mereka, kemudian dia menghadapi pendatang itu sambil bertanya dengan suara keren.

"Siapakah engkau yang berani membikin ribut disini? Tak seorang pun boleh masuk kesini tanpa ijin dan agaknya engkau sudah berani masuk dengan paksa! Hayo mengaku terus terang sebelum kami terpaksa menggunakan kekerasan untuk menangkapmu sebagai mata-mata pemberontak!"

Laki-laki itu mengeluarkan suara ketawa kecil dan dia menurunkan topinya yang lebar. Kini nampaklah mukanya yang masih gagah dan tampan walaupun usianya sudah lebih dari lima puluh tahun. Kebetulan sekali dia memandang ke sekeliling, dia melihat Cia Ling dan diapun mengenal gadis itu.

"Aih, kiranya Nona yang gagah dan cantik telah berada pula disini? Selamat berjumpa!"

Dia menjura dalam ke arah Cia ling yang tidak menjawab langsung, hanya memandang penuh selidik, kemudian baru ia dapat bertanya.

"Bukankah engkau penggembala kambing bersuku bangsa Hui itu?" tanyanya

Orang itupun tertawa lagi.
"Mata Nona memang tajam sekali. Benar, akulah yang menyamar sebagai penggembala kambing suku Hui. Akan tetapi, yang manakah diantara Cu-wi yang disebut Menteri Cang Ku Ceng yang mulia? Aku datang membawa berita rahasia yang teramat penting untuk beliau."

"Akulah Cang Ku Ceng!” kata menteri itu dengan suara halus. "Sobat, siapakah engkau dan berita rahasia apa yang kau bawa? Silakan duduk dan bicara."

Laki-laki itu menghadapi Menteri Cang dan sejenak kedua orang yang sebaya itu bertemu pandang. Kemudian, orang bercaping yang kini sudah menurunkan capingnya itu menunduk dan memberi hormat dengan tubuh membungkuk, nampaknya dia kalah wibawa.

"Harap Paduka suka mengampuni kelancangan saya seperti ini, Taijin. Nama saya, seperti biasa orang menyebut saya, adalah Han Lojin. Saya seorang perantau dan biarpun saya tidak berani mengaku sebagai seorang pendekar atau orarig baik-baik, akan tetapi saya masih mempunyai kesetiaan terhadap tanah air dan bangsa. Mendengar akan pemberontakan yang digerakkan oleh Lam-hai Giam-lo dan kawan-kawannya, saya sengaja melakukan penyelidikan dan berhasil masuk, bahkan berhasil mengetahui rencana mereka. Saya datang menghadap Paduka untuk menyampaikan berita rahasia yang amat penting."

"Bagus sekali, Han Lojin. Sebelumnya, kami berterima kasih kepadamu. Nah, sekarang katakanlah, berita apa yang kau bawa. Jangan khawatir, mereka semua yang hadir ini adalah rekan-rekan kita, yang bertekad untuk membasmi gerombolan pemberontak. Nah, bicaralah!"

"Dari mulut Lam-hai Giam-lo sendiri saya mendengar bahwa rencana gerakan pemberontakan ini akan diatur oleh seorang tokoh bernama Kulana, dan dimulai nanti pada malam terang bulan kurang lebih seminggu lagi yang akan datang. Dan kini, gerombolan-gerombolan itu sudah mulai dikumpulkan dan sebelum malam terang butan, semua pasukan sudah akan dilatih dan diberi penjelasan tentang siasat yang akan mereka lakukan. Menurut rencana mereka, pasukan yang jumlahnya kurang lebih seribu orang itu dibagi menjadi banyak kelompok dan mereka akan berpencar menyerang dusun-dusun dan kota-kota dari selatan. Dengan siasat seperti itu, maka pasukan pemerintah akan menjadi bingung dan sibuk, bahkan mungkin terpecah-pecah pula untuk menghadapi gerakan yang dilakukan serempak di banyak tempat itu. Oleh karena itu, Taijin, satu-satunya cara untuk membasmi mereka hanyalah dengan mendahului gerakan mereka. Sebelum terang bulan, satu dua hari sebelumnya, kalau Taijin mengerahkan pasukan dan mengepung perkampungan mereka lalu mengadakan penyerbuan tiba-tiba di pagi hari selagi mereka lengah, saya yakin bahwa gerombolan itu akan dapat dibasmi semua. Disini saya telah membuat gambar tentang keadaan dan kekuatan perkampungan itu, dan bagaimana cara sebaiknya untuk mengepung dan menyerbu mereka dari delapan penjuru."

Han Lojin mengeluarkan segulungan kertas yang sudah digambari dan ditulisi, merupakan sebuah gambaran peta dari perkampungan pemberontak, jelas dengan keterangan tentang bukit, jurang dan hutan-hutannya. Gambar itu dia bentangkan di atas meja dan Menteri Cang Ku Ceng bersama para hadirin semua mengamatinya.

Setelah mempelajari peta itu, Menteri Cang mengangguk-angguk dan memandang dengan gembira.

"Sungguh baik sekali, Han Lojin. Kalau semua laporanmu itu benar, berarti engkau telah menyelamatkan kami, dan telah memberi jalan yang amat baik sehingga akan dapat membasmi gerombolan pemberontak itu."

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar