*

*

Ads

Selasa, 21 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 154

"Trang……. Cring………. tranggg !!"

Bunga api berpijar-pijar menyilaukan mata ketika berulang kali kedua senjata itu bertemu di udara. Hay Hay mengerahkan tenaga saktinya, akan tetapi lawannya, Si Kumbang Merah, ayah kandungnya sendiri, ternyata memiliki tenaga yang dahsyat pula.

Pertandingan antara mereka merupakan pertandingan bisu, tidak ada yang menyaksikan, akan tetapi pertandingan itu merupakan pertandingan antara mati dan hidup bagi Ang-hong-cu Tang Bun An. Si Kumbang Merah ini maklum bahwa Hay Hay atau Tang Hay, puteranya yang amat dikagumi, juga amat disegani, tidak mungkin akan suka melepaskannya. Dan dia tidak mau ditangkap. Ditangkap berarti penghinaan besar sebelum kematian, mungkin hukun buang atau hukum seumur hidup, atau juga mati dikeroyok para pendekar yang sakit hati kepadanya.

Tidak, dia harus dapat membunuh Hay Hay kalau dia ingin bebas, maka, pertandingan itu merupakan persoalan mati hidup baginya dan dia mengeluarkan semua ilmu simpanannya, juga mengerahkan seluruh tenaganya. Hanya satu yang dia khawatirkar yaitu kalau pemuda itu mempergunakan sihirnya. Dia sendiri memiliki kekuatan untuk menolak pengaruh sihir, akan tetapi kalau kekuatan sihir pemuda itu terlalu kuat, dia akan terpengaruh dan ini berarti dia akan celaka.

Namun, sedikitpun tidak terpikir oleh Hay Hay untuk mempergunakan ilmu sihirnya. Tidak, dia harus menunjukkan kepada orang ini, ayah kandungnya, bahwa dia seorang pendekar gagah sejati. Dia akan menggunakan ilmu silat untuk menangkap orang tua itu.

Yang membuat Hay Hay mengalami kesulitan adalah karena dia tidak mau membunuh lawan, melainkan ingin menangkapnya hidup-hidup. Kalau saja dia berkelahi dengan tekad membunuh, kiranya tidak akan demikian sukarnya seperti sekarang. Dia membatasi serangannya agar kalau sampai mengenai sasaran, tidak sampai membunuh lawan dan hal ini tentu saja mengurangi daya serangnya, mengurangi kehebatan serangan itu.

"Trang-tranggg …….., haiiiiittt…….!”

Setelah dua kali pisau di ujung rantai itu bertemu pedang di tangan Hay Hay, tiba-tiba Si Kumbang Merah membuat gerakan berputar dan kini ujung lain dari rantai itu menyambar ganas. Ujung lain ini merupakan kaitan. Karena sambaran itu amat cepat sampai mengeluarkan suara berdesing, Hay Hay kembali menggerakkan pedangnya menangkis.

"Cringgg………. !"

Dan ujung rantai yang berbentuk kaitan itu kini melibat pedang dan kaitannya mengkait pedang. Pada saat Hay Hay menarik untuk melepaskan pedangnya dari libatan rantai, tiba-tiba pisau itu menyambar lagi ke arah lehernya!

Serangan susulan ini hanya dapat terjadi karena Hay Hay tidak bermaksud membunuh lawannya. Kalau dia menghendaki, dapat saja dia mengerahkan tenaga mujijat yang dia latih dari Song Lojin, tenaga sin-kang yang diperkuat tenaga sihir sehingga rantai itu akan putus dan pedangnya dapat meluncur menusuk dada lawan. Akan tetapi karena dia tidak ingin membunuh lawan, maka dia mengerahkan tenaga untuk menarik lepas pedangnya dan hal ini membuat lawan memperoleh peluang untuk menyerangkan pisau di ujung rantai.

Dalam keadaan terdesak itu, Hay Hay merendahkan tubuhnya mengelak. Kembali gerakan inipun merupakan mengalah, hanya menghindarkan diri. Kalau dia mau, dengan kekuatan tangannya yang dahsyat, dia dapat menyambar dan menangkap rantai di balik pisau itu dan melontar balikkan pisau ke arah penyerangnya.

Karena sikap mengalah ini, keadaannya makin terdesak dan selagi dia mengelak dengan merendahkan tubuhnya, Si Kumbang Merah yang banyak pengalaman, memiliki banyak tipu muslihat dalam ilmu silatnya, telah mengirim tendangan secara tiba-tiba.

"Desss…….. !"

Tubuh Hay Hay terlempar dan dia bergulingan untuk menghindarkan diri dari sambaran pisau dan kaitan berganti-ganti karena lawannya sudah mengejarnya dan menghujankan serangannya. Biarpun dia tidak terluka, namun dadanya yang tertendang terasa nyeri. Dia berhasil menghindarkan desakan senjata lawan dan meloncat berdiri. Namun Si Kumbang Merah tidak memberi kesempatan dia mengatur kedudukannya, terus melakukan serangan dengan gencar. Hanya dengan menggunakan langkah ajaib Jiauw-pouw-poan-san saja Hay Hay mampu menghindarkan diri dari semua sambaran senjata itu.

Pertandingan antara ayah dan anak ini sungguh hebat. Ang-hong-cu Tang Bun An sudah mengeluarkan seluruh simpanan kepandaiannya untuk merobohkan puteranya, namun semua serangannya sia-sia belaka dan karena usianya, juga karena dia seorang yang sejak muda menghamburkan tenaga melalui keroyalannya dengan wanita, maka mulailah dia terengah-engah, tubuhnya penuh keringat dan tenaganya mulai berkurang.

Tiba-tiba terdengar ledakan-ledakan kecil,
“Tar-tar-tarrr……. !" dan sebatang cambuk dengan ganasnya menyambar-nyambar di atas kepala Si Kumbang Merah, membuat dia terkejut dan cepat memutar rantainya ke atas kepala sambil meloncat ke belakang.

"Mayang……. !" kata Hay Hay yang juga menghentikan serangannya.

Dia merasa girang melihat adiknya selamat, akan tetapi juga khawatir melihat gadis itu menyerang Ang-hong-cu.

"Jangan mencampuri, biarkan aku sendiri menghadapinya! Ini urusan antara aku dan dia!"

Mayang mengerutkan alisnya, bertolak pinggang dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya mengamangkan cambuknya ke arah Ang-hong-cu, matanya mencorong marah memandang kepada orang yang menjadi ayah kandungnya itu.

"Tidak, koko. Ini juga urusanku! Aku harus membunuh iblis ini! Dia pernah mempermainkan ibuku, menyia-nyiakan ibuku. Kemudian, biarpun dia tahu bahwa aku ini anaknya, dia masih tega menjebakku, menawanku, bahkan dia menawan enci Kui Hong dan enci Bi Lian dengan niat yang jahat sekali. Aku harus membunuhnya!"

Ia menerjang lagi dan cambuknya sudah meledak-ledak menyerang Ang-hong-cu Tang Bun An yang cepat menggerakkan sepasang senjata di kedua ujung rantai untuk membela diri, dan balas menyerang.

Sim Ki Liong yang datang bersama Mayang, segera menerjang maju pula untuk membantu Mayang.

"Sim Ki Liong, kau pengkhianat!" bentak Ang-hong-cu dengan marah. Akan tetapi Sim Ki Liong diam saja dan terus menyerang dengan pedangnya.

Melihat ini, Hay Hay merasa tidak enak sekali.
“Ki Liong, mundurlah. Ini urusan antara ayah dan anak, orang luar tidak boleh mencampuri!”






Dia meloncat ke dalam pertempuran dan mendengar ini Sim Ki Liong meloncat keluar lapangan dan hanya menjadi penonton. Dia masih merasa tidak enak terhadap Hay Hay karena bagaimanapun juga, tadinya dia adalah musuh pemuda itu. Baru sekarang dia benar-benar menyadari betapa dia telah melakukan penyelewengan besar sejak dia melarikan diri dari Pulau Teratai Merah.

Hay Hay meloncat ke depan, akan tetapi bukan untuk mengeroyok Si Kumbang Merah. Dia merasa malu untuk mengeroyok, maka dia membiarkan saja Mayang menyerang ayah mereka itu, sedangkan dia hanya bergerak melindungi Mayang dari serangan Ang-hong-cu.

Tentu saja Ang-hong-cu menjadi repot bukan main. Bagaimanapun juga, Mayang memiliki kepandaian yang sudah tinggi dan serangan dengan cambuknya itu ganas bukan main. Sedangkan semua serangan balasan dari Ang-hong-cu kalau tidak dapat dielakkan atau ditangkis gadis itu, tentu ditangkis oleh Hay Hay yang selalu melindungi Mayang!

"Tarrr……. !"

Cambuk itu meledak keras ketika ujungnya menyambar ke arah kepala Ang-hong-cu. Orang tua ini cepat mengelak dengan merendahkan tubuhnya ke samping dan sambil mengelak, kaitan di ujung rantainya menyambar dari bawah ke arah perut gadis itu. Mayang tidak mau mengandalkan bantuan kakaknya saja. Ia meloncat ke kiri untuk menghindarkan serangan lawan sambil menggerakkan lagi cambuknya.

"Tarrr……!” Kini ujung cambuk menotok ke arah jalan darah di pundak lawan.

"Prattt!"

Ang-hong-cu menangkis dengan rantainya, kemudian tiba-tiba dia bergulingan ke kiri. Mayang agak bingung melihat gerakan bergulingan ini, akan tetapi karena lawan menjauh, disangkanya Ang-hong-cu hendak melarikan diri maka iapun mengejar dengan loncatan.

"Singgg…… !"

Kini pisau di ujung rantai menyambar dari bawah ke arah lutut Mayang. Gadis itu terkejut dan meloncat ke atas, akan tetapi kaitan baja itu mengejarnya, menyambar ke arah perut.

“Tranggg!"

Kaitan itu terpental oleh tangkisan Hay Hay yang melihat datangnya bahaya mengancam adiknya.

“Jahanam!" Mayang memaki dan cambuknya menyambar dahsyat sampai tiga kali beruntun.

"Tar-tar-tarrr…….!”

Ang-hong-cu kembali bergulingan mengelak dan menjauh, akan tetapi tetap saja ujung cambuk itu menyambar ke arah punggung.

"Brettt……. !"

Robeklah punggung baju itu dan kulit punggungnya sempat dipatuk ujung cambuk sehingga terluka dan berdarah!

Ang-hong-cu mengeluarkan teriakan nyaring dan kini rantainya menyambar-nyambar sedemikian dahsyatnya sehingga Mayang terpaksa harus berloncatan ke belakang untuk menghindarkan diri dan hanya karena ada gulungan sinar pedang Hong-cu-kiam sajalah maka gelombang serangan rantai itu dapat dibendung, bahkan selanjutnya, serangan cambuk dari Mayang kembali membuat Ang-hong-cu kelabakan.

Makin payahlah keadaan Si Kumbang Merah ini karena serangan-serangan Mayang cukup berbahaya sedangkan dia tidak mampu membalas karena gadis itu dilindungi pedang di tangan Hay Hay. Napasnya semakin memburu pakaiannya sudah basah oleh keringat dan bau cendana makin semerbak keluar dari tubuhnya.

Sementara itu, ketika Pek Han Siong meninggalkan Cia Kui Hong untuk menghadapi Tang Cun Sek dan cepat pergi melihat keadaan Siangkoan Bi Lian, pertandingan antara Bi Lian dan Tang Gun sudah berpindah keluar kamar, Tang Gun membela diri mati-matian, bahkan tidak lagi bertangan kosong karena ketika didesak, dia menyambar benda apa saja untuk dijadikan senjata.

Kursi, bangku, pot bunga dan apa saja. Namun, semua senjata sementara itu dapat dipukul atau ditendang hancur oleh Bi Lian yang sudah marah sekali. Tang Gun berusaha lari dan meloncat ke luar kamar, akan tetapi cepat sekali Bi Lian sudah mengejarnya dan kini Tang Gun mati-matian membela diri karena didesak terus oleh Bi Lian.

Ketika Han Siong muncul, pemuda inipun hanya berdiri di pinggir dan menjadi penonton. Dia tentu saja tidak mau mengeroyok, apalagi melihat betapa Bi Lian sama sekali tidak membutuhkan bantuan.

Sepasang mata Tang Gun melotot karena marah dan juga rasa takut, mulutnya kering berbusa dan pipi kanannya bengkak membiru karena tadi terkena tamparan tangan kiri Bi Lian. Juga gerakan kakinya kurang tangkas karena paha kirinya juga pernah tercium ujung sepatu Bi Lian sehingga kain celana di paha berikut kulit dan dagingnya terobek dan berdarah.

"Hyaaaattt……. !"

Bi Lian menyerang lagi, serangan pancingan dengan sebuah jurus dari Kim-ke Sin-kun yang sudah dikenal baik oleh Tang Gun. Melihat ini, tahulah Tang Gun bagaimana dia harus menghadapi serangan yang dilakukan dengan tendangan terbang itu. Tubuh Bi Lian meluncur dari atas bagaikan seekor ayam yang menerjang lawan. Serangan ini hampir tidak mungkin untuk ditangkis. Menangkisnya berarti membahayakan diri sendiri, maka Tang Gun mengambil jalan yang paling aman. Dia tidak menyambut serangan, melainkan melempar tubuh ke belakang untuk mengelak, lalu berguling dan meloncat. Dia tidak tahu bahwa gerakannya ini sudah diperhitungkan oleh Bi Lian dan gadis inipun bergulingan di atas tanah mengejar. Begitu Tang Gun meloncat bangun, tiba-tiba gadis itupun meloncat dan menyerang dari bawah sambil mengeluarkan suara melengking.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar