*

*

Ads

Selasa, 21 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 153

Dengan menyimpan pedang pusaka miliknya itu, berarti ia memandang rendah Tang Gun yang cukup dihadapi dengan tangan kosong saja.

Tang Gun tidak melihat jalan lain kecuali membela diri. Cintanya terhadap Bi Lian lenyap bagaikan asap tipis tertiup angin, dan kini yang ada hanyalah kebencian dan keinginan untuk membunuh gadis itu atau setidaknya untuk dapat menghindarkan diri dari ancamannya.

Cinta nafsu memang tidak tahan uji. Cinta nafsu bukanlah cinta, melainkan rangsangan gairah nafsu belaka. Sekali nafsu itu terpuaskan, maka cintanyapun akan luntur, dan kalau nafsu itu tidak tercapai, maka cintanya berubah kebencian. Dia menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri bahwa dia telah mempelajari ilmu-ilmu yang dikuasai gadis itu. Setidaknya dia akan dapat menandingi Siangkoan Bi Lian, apalagi karena gadis itupun tidak mempergunakan pedangnya.

Tang Gun menggerak-gerakkan kedua lengannya menghimpun tenaga dalam, kemudian sambil mengeluarkan bentakan nyaring diapun menyerang dengan pukulan dahsyat.

Melihat betapa suhengnya atau lebih tepat bekas suheng itu memainkan ilmu silat Kim-ke Sin-kun, ilmu ciptaan ayah ibunya, hati Bi Lian menjadi semakin penasaran dan marah. Dimainkannya ilmu ini mengingatkannya bahwa pemuda di depannya telah menipu ayah ibunya sehingga mereka berkenan menerima Tang Gun sebagai murid dan mengajarkan ilmu itu kepadanya.

Maka, Bi Lian juga memainkan ilmu silat itu dan merekapun bertanding dengan seru dan mati-matian. Karena gerakan mereka sama, maka nampaknya mereka seperti latihan saja. Namun sesungguhnya, mereka saling serang dengan dahsyat, dengan jurus-jurus maut. Tentu saja Bi Lian menang matang latihannya, di samping tingkat kepandaiannya memang lebih tinggi. Akan tetapi Tang Gun dapat mempertahankan dengan kenekatannya.

Sementara itu, ketika mendengar ucapan Bi Lian tadi, Han Siong cepat meloncat keluar kamar itu. Dia percaya sepenuhnya bahwa sumoinya itu pasti akan marnpu rnengalahkan lawannya. Kini dia harus menolong Cia Kui Hong lebih dulu yang berada di kamar sebelah.

Seperti juga tadi, kini dia menendang roboh daun pintu kamar sebelah dan benar saja, disitu terjadi hal yang hampir sama. Tang Cun Sek sedang rnenggeluti Cia Kui Hong. Akan tetapi agaknya Tang Cun Sek tidaklah tergesa-gesa seperti Tang Gun. Dia mencoba untuk merayu dan menundukkan hati Kui Hong. Agaknya Cun Sek ingin gadis itu menyerahkan diri dengan suka rela, maka dia tidak tergesa-gesa hendak rnemperkosanya.

Berbeda dengan Bi Lian yang tadi sudah hampir diperkosa, kini Kui Hong masih berpakaian lengkap. Cun Sek hanya membelai dan merayunya, memeluk dan menciuminya tanpa Kui Hong dapat mengelak atau melawan. Gadis inipun lemas tertotok dan tidak mampu menggerakkan kaki tangan, tidak mampu berteriak.

"Brakkkkk……. !!"

Ketika daun pintu jebol, barulah Cun Sek terkejut. Agaknya, dibakar nafsu berahinya, dia tadi tidak begitu memperhatikan kegaduhan yang terjadi di kamar sebelah. Baru setelah daun pintu kamar itu jebol, dia terkejut dan meloncat turun dari pembaringarn, membalik sambil mencabut sepasang pedang Hok-mo Siang-kiam, pedang pasangan yang dirampasnya dari Cia Kui Hong.






"Keparat!" bentak Han Siong dan diapun sudah menerjang dengan pedang Gin-hwa-kiam.

Sinar perak berkilat menyilaukan mata, Cun Sek terkejut bukan main ketika mengenal siapa orangnya yang datang merobohkan daun pintu. Tentu saja dia mengenal Pek Han Siong, bahkan dia pernah kalah oleh pemuda ini. Karena maklum betapa lihainya lawan ini, diapun rnenggerakkan sepasang pedang Hok-mo Siang-kiam rnenangkis sambil mengerahkan tenaganya.

“Tranggg…..!!”

Sepasang pedang di tangan Cun Sek terpental dan hampir terlepas dari pegangan. Dia terkejut bukan main karena dia sempat terhuyung ke belakang. Kesempatan itu dipergunakan oleh Han Siong untuk meloncat ke dekat pembaringan. Tangan kirinya membuat totokan dua kali pada tubuh Kui Hong dan gadis inipun terbebas dari totokan.

Cun Sek yang ketakutan meloncat ke pintu, akan tetapi Han Siong sudah mendahuluinya dan menghadang di pintu sambil membentak.

"Engkau hendak lari kemana?”

Cun Sek terkejut dan semakin jerih, akan tetapi karena tidak melihat jalan keluar, diapun menjadi nekat dan menyerang dengan sepasang pedangnya. Namun, serangannya dapat ditangkis dengan mudahnya oleh Han Siong.

Sementara itu, Kui Hong menggerak-gerakkan kaki tangannya untuk mengusir kekakuan dan kepegalan, kemudian ia meloncat ke depan.

"Saudara Pek Han Siong, serahkan jahanam ini kepadaku! Aku yang akan membereskannya!"

Pek Han Siong maklum akan perasaan Cia Kui Hong, maka setelah mendesak lawan sehingga Cun Sek meloncat ke belakang, dia lalu menyerahkan pedangnya kepada gadis itu.

"Nona Cia Kui Hong, pakailah pedang ini. Pedang ini rampasan dari Sim Ki Liong, kuserahkan padamu untuk dikembalikan ke Pulau Teratai Merah!"

"Gin-hwa-kiam…….!"

Kui Hong berseru girang ketika menerima pedang itu dari tangan Han Siong. Setelah menyerahkan pedang itu kepada Kui Hong yang dia percaya akan mampu mengalahkan Cun Sek, Han Siong lalu meloncat keluar untuk melihat keadaan Bi Lian. Bagaimanapun juga, dia mengkhawatirkan keselamatan sumoinya atau gadis yang dicintainya itu.

**** 153 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar