*

*

Ads

Jumat, 10 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 113

Pelayan itu menggelengkan kepala.
"Ketika saya sedang bertugas di luar, orang itu datang dan menyerahkan surat ini kepada saya dengan pesan agar disampaikan kepada sam-wi. Mula-mula dia bertanya apakah ada dua orang pemuda dan seorang wanita yang bermalam disini, yang bertanya-tanya tentang Perwira Tang. Ketika saya membenarkan, dia lalu mengeluarkan surat ini dengan pesan agar saya serahkan kepada sam-wi."

Sim Ki Liong mengangguk dan pelayan itu lalu pergi. Dengan heran dan ingin tahu Sim Ki Liong membuka sampul surat itu dan membaca isi surat yang singkat saja.

"Kalau kalian bertiga ingin tahu
tentang Perwira Tang, keluarlah dari
kota raja melalui pintu gerbang utara
dan ikuti seorang yang akan menjadi
penunjuk jalan.”

Surat itu tanpa nama pengirim, tanpa tanda tangan, ditulis dengan huruf indah dan gagah. Membaca ini, mereka bertiga saling pandang dan Tang Cun Sek menjadi gembira sekali.

"Ah, jejak yang menghilang itu kini timbul kembali!" serunya. "Kita harus cepat menuruti petunjuk surat ini. Kalau kita dapat menemukan Perwira Tang, tentu akan mudah mencari Ang-hong-cu ayahku."

Ji Sun Bi yang pengalamannya jauh lebih luas dibandingkan dua orang muda itu, mengerutkan alisnya.

"Kita harus berhati-hati dan waspada. Adanya surat ini, berarti pengirimnya sudah tahu akan kedatangan dan gerak-gerik kita. Sebaliknya, kita tidak tahu siapa dia atau mereka, dan tidak tahu pula mereka itu kawan ataukah lawan. Undangan ini dapat saja beriktikad baik, akan tetapi juga dapat merupakan suatu perangkap."

"Hemm, andaikata merupakan suatu perangkap, apakah kita perlu takut? Kita hajar mereka!" kata Sim Kj Liong.

Ini bukan merupakan suatu kesombongan atau bualan belaka. Mereka bertiga merupakan orang-orang yang memiliki ilmu silat yang tinggi dan sukar dicari tandingannya, maka tentu saja mereka bertiga tidak takut akan ancaman pihak lawan yang belum mereka ketahui siapa.

"Benar, kita tidak perlu takut. Pula, kalau pengirim surat ini mempunyai niat buruk terhadap kita, perlu apa dia mengirim surat? Tentu mereka akan terus saja mengepung dan menyerang kita." kata pula Tang Cun Sek.

"Betapapun juga, kita harus berhati-hati dan tetap waspada." kata Ji Sun Bi.

"Mari, sekarang juga kita pergi sebelum hari menjadi gelap." kata Sim Ki Liong.

Mereka lalu meninggalkan rumah penginapan, menuju ke pintu gerbang utara dan keluar dari kota raja. Setelah tiba di luar pintu gerbang, dan berjalan terus sampai ke jalan yang sunyi, mereka dihadang seorang laki-laki setengah tua yang berpakaian sebagai seorang pemburu. Laki-laki itu menjura dan berkata dengan suara lirih.

"Sam-wi yang mencari Perwira Tang?"

Tiga orang itu memandang penuh perhatian dan mengangguk. Laki-laki itu nampak gagah dan bertubuh tegap, namun mereka tahu bahwa dia ini hanyalah seorang anak buah atau utusan saja.

"Silakan sam-wi ikut dengan saya." orang itu berkata pula.

Tiba-tiba, secepat kilat, Ji Sun Bi menggerakkan tubuhnya ke arah orang itu, tangan kirinya mencengkerarn ke arah kepala. Orang itu terkejut, akan tetapi jelas bahwa dia bukan orang lemah karena melihat serangan itu, dia cepat miringkan tubuh dan menggerakkan tangan kanan untuk rnenangkis.

Akan tetapi, cengkeraman tangan kiri itu hanya gertakan saja, yang bergerak sungguh-sungguh adalah tangan kanannya, dengan dua jari rnenotok pundak. Gerakan Ji Sun Bi terlalu cepat bagi orang itu sehingga tidak sempat mengelak lagi. Pundaknya tertotok dan diapun terguling roboh, tak mampu menggerakkan tubuhnya lagi!

"Nah, kau lihat. Kalau engkau menipu dan menjebak kami, nyawamu akan melayang!" kata Ji Sun Bi dan diapun menepuk pundak orang itu untuk membuka kembali jalan darah yang tertotok.






Orang itu bangkit dan memandang dengan wajah membayangkan perasaan jerih. Tak disangkanya bahwa wanita cantik itu sedemikian lihainya! Dia mengangguk dan berkata.

"Saya hanyalah utusan untuk menyambut sam-wi. Kenapa saya diganggu?"

"Tak perlu banyak cakap!" kata Sim Ki Liong. "Hayo antarkan aku dan teman-temanku ini kepada si pengirim surat!"

Dengan sikap ketakutan, orang itu lalu berjalan menuju ke arah sebuah bukit, diikuti oleh tiga orang itu. Matahari mulai condong ke barat ketika mereka menyusup-nyusup hutan akhirnya mereka tiba di depan sebuah pondok di puncak bukit, tengah hutan dan yang tersembunyi itu.

Tempat itu amat sunyi, dan pondok itu sama sekali tidak nampak ketika mereka mendaki bukit itu, karena tersembunyi di dalam hutan yang lebat. Setelah tiba di depan pondok, orang itu berkata kepada mereka,

"kita telah tiba, harap sam-wi masuk ke pondok. Pengirim surat itu telah menanti sam-wi di dalam pondok!"

"Hemm, kau kira kami anak-anak kemarin sore yang masih bodoh?" Ji Sun Bi berseru dengan suara mengejek. "Hayo cepat kau suruh dia keluar pondok, atau akan kubunuh kau lebih dulu!"

Tentu saja orang itu menjadi ketakutan, akan tetapi pada saat itu, pintu pondok terbuka dari dalam dan muncullah Tang Bun An. Dia melangkah keluar sambil tertawa bergelak, akan tetapi sepasang matanya yang tajam itu memandang kepada mereka bertiga penuh perhatian.

"Ha-ha-ha, tiga orang muda yang sungguh sombong. Kalian masih berani berlagak dan mengancam? Lihat ke sekeliling kalian!"

Tang Bun An melangkah keluar dengan sikap tenang sekali. Tiga orang muda itu memandang dengan waspada, dan ketika mendengar ucapan itu mereka membalikkan tubuh. Kiranya mereka kini telah terkepung oleh dua puluh orang lebih yang siap dengan segala macam senjata di tangan. Ada yang memegang pedang, golok, toya, tombak atau ruyung dan melihat cara mereka memegang senjata dapat diketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang terlatih dan memiliki kepandaian silat.

Tentu saja Sim KiLiong, Tang Cun Sek dan Ji Sun Bi sama sekali tidak gentar menghadapi pengepungan kurang lebih dua losin orang itu, akan tetapi mereka merasa penasaran sekali.

"Hemm, kalau engkau memaki kami sebagai tiga orang muda yang sombong, maka jelas bahwa engkau adalah seorang tua yang curang dan pengecut! Siapakah engkau dan mengapa pula engkau menjebak kami disini dan ingin mengeroyok kami? Apa kesalahan kami terhadapmu, dan ada urusan apakah yang membuat engkau bersikap curang seperti ini?"

Wajah Tang Bun An menjadi kemerahan dan sinar matanya mencorong. Pemuda yang tampan dan gagah ini sungguh berani mati!

"Bocah sombong jangan kira bahwa aku tidak berani melawan kalian bertiga. Akan tetapi, sebelum kita bicara, aku ingin melihat lebih dulu apakah kepandaian kalian juga sebesar sikap kesombongan kalian!"

Dia memberi isyarat kepada anak buahnya yang segera bergerak, mengepung dan mulai menyerang!

Ji Sun Bi mencabut sepasang pedangnya dan begitu ia memutar pedang-pedang itu, nampak dua gulungan sinar dan beberapa orang penyerang rnengeluarkan seruan kaget karena senjata rnereka membalik, bahkan ada sebatang pedang dan sebatang golok terlepas dari pegangan tangan pemiliknya.

Sim Ki Liong sudah kehilangan Gin-hwa-kiam yang terampas oleh Hay Hay, juga Tang Cun Sek kehilangan Hong-cu-kiam yang juga dirampas Hay Hay. Kedua orang pernuda ini belum memiliki senjata akan tetapi keduanya memiliki kepandaian yang cukup tinggi sehingga dengan tangan kosong saja mereka menyambut serangan para pengeroyok itu. Kedua tangan rnereka menampar-nampar, kaki mereka menendang-nendang dan dalam waktu beberapa rnenit saja, dua losin orang yang mengeroyok itu kocar-kacir dan terlempar ke sana-sini!

Melihat itu, diam-diam Tang Bun An terkejut dan kagum bukan main. Kalau mereka ini pendekar-pendekar seperti Cia Kui Hong, celakalah dia.

"Tahan !"

Dia berseru dan anak buahnya yang sudah terdesak hebat itu berloncatan mundur. Sim Ki Liong, Tang Cun Sek, dan Ji Sun Bi berdiri sambil tersenyum mengejek.

"Nah, apakah sekarang engkau hendak memperkenalkan diri dan bicara apa maksudmu mengundang kami?" tanya Sim Ki Liong, sikapnya mengejek dan penuh tantangan.

Tang Bun An masih merasa penasaran, ingin sekali menguji sendiri ilmu kepandaian mereka atau seorang diantara mereka. Maka diapun berkata,

"Kalian hebat! Akan tetapi aku masih penasaran. Sebelum bicara, kuingin merasakan sendiri kelihaian kalian. Nah, diantara kalian yang paling pandai, majulah, mari kita bertanding untuk melihat sampai dimana tingkat kepandaian masing-masing."

Sim Ki Liong yang merasa paling pandai, bahkan memang tadinya dia yang menjadi ketua, segera maju.

"Akulah yang akan menandingimu!"

"Tidak perlu engkau yang maju sendiri, pangcu. Urusan ini adalah urusan pribadiku, biarlah aku yang menandinginya!" kata Tang Cun Sek dan diapun sudah melompat ke depan, menghadapi Tang Bun An.

Dia masih menyebut pangcu kepada Sim Ki Liong walaupun kini pemuda itu bukan lagi seorang ketua perkumpulan dan sudah tidak memiliki anak buah lagi .

Sejenak Tang Bun An menatap wajah pemuda tinggi besar itu dan diapun kagum. Pemuda itu selain tinggi besar dan tubuh kokoh kuat, juga wajahnya yang berkulit putih itu menarik sekali, tampan dan gagah. Matanya mencorong dan jelas bahwa dla seorang pemuda yang "berisi". Dan diapun heran mendengar pemuda tinggi besar ini menyebut "pangcu" kepada pemuda yang tampan halus dan jauh lebih muda itu.

"Bagus! Kalian bertiga sama-sama lihai, asal dapat menguji seorang diantara kalian, hatiku sudah puas. Orang muda mulailah!" tantangnya.

Tang Cun Sek juga seorang yang memiliki watak tinggi hati. Dia merasa bahwa tingkat ilmu silatnya sudah amat tinggi dan jarang ada orang mampu menandinginya, maka tentu saja dia memandang rendah kepada pria setengah tua itu. Juga sudah lama dia menjadi murid utama di Cin-ling-pai, maka diapun dapat menirukan sikap para pendekar. Kinipun dia mencoba bersikap gagah.

"Orang tua, engkaulah yang menantang dan mengundang kami, maka engkau pula yang harus mulai menyerang. Silakan!" katanya dengan sikap waspada karena bagaimanapun juga, dia belum tahu benar sampai dimana kelihaian calon lawan ini, walaupun dia memandang rendah.

"Bagus, sambut seranganku!" bentak Tang Bun An.

Bentakannya mengandung tenaga khi-kang sehingga menggetarkan jantung, namun Cun Sek sudah melindungi dirinya dengan pengerahan tenaga sakti dan begitu tangan kanan terbuka dari lawan menyambar ke arah dadanya, diapun cepat mengelak mundur sambil memutar lengan kiri menangkis, sedangkan lengan kanan meluncur ke depan dengan tangan terkepal, menghantam dari samping ke arah pelipis lawan sebagai balasan.

"Hemmm!"

Tang Bun An berseru dan sengaja mengerahkan tenaga pada lengan kirinya untuk menangkis hantaman tangan lawan ke arah pelipisnya itu untuk mengadu tenaga dan menguji kekuatan tenaga lawan.

"Dukkk!!"

Dua lengan bertemu dan akibatnya, keduanya terdorong mundur dua langkah! Kini Cun Sek tidak lagi berani memandang rendah. Kiranya lawannya memiliki tenaga yang amat kuat, yang dapat mengimbangi tenaganya sendiri! Diapun merasa penasaran dan cepat dia menerjang ke depan dan mainkan Ilmu Silat Thai-kek Sin-kun yang ampuh. Ilmu ini merupakan satu diantara ilmu-ilmu silat andalan Cin-ling-pai, selain gerakannya mantap dan mengandung tenaga dahsyat, juga kadang amat cepat seperti kilat menyambar .

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar