*

*

Ads

Jumat, 10 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 112

Tang Bun An pulang ke rumahnya dengan wajah muram. Baru saja dia terlepas dari ancaman bahaya yang akan menghancurkan kehidupannya. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa semua rahasianya telah berada di tangan gadis she Cia itu, ketua Cin-ling-pai, dan lebih lagi, cucu Pendekar sadis! Dia bergidik kalau membayangkan betapa dia akan dimusuhi Cin-ling-pai dan dicari-cari Pendekar Sadis. Hidupnya akan berubah seperti dalam neraka. Setiap saat dia akan dicekam rasa takut dan khawatir, dan hidupnya takkan pernah tenang dan tentram lagi. Dia akan selalu merasa tidak aman.

Untung dia bertindak cerdik dan mampu menjebak gadis perkasa itu. Kini dia sudah terbebas dari ancaman bahaya. Dia percaya sepenuhnya bahwa seorang gadis pendekar seperti itu, apalagi dengan kedudukan ketua Cin-ling-pai, tidak akan menjilat ludah sendiri, tidak akan melanggar janjinya sendiri. Betapapun juga, hanya kini tetap akan merasa kurang tenteram karena dia mengetahui bahwa Menteri Cang Ku Ceng menaruh kecurigaan kepadanya! Dia kini harus waspada, dan berhati-hati, tidak boleh terlalu menuruti nafsunya dan mengurangi atau bahkan menghentikan petualangannya di istana bagian puteri.

Selama ini, Tang Bun An yang dikenal sebagai Tang Ciangkun, orang yang sudah berjasa terhadap kaisar, diam-diam memang telah mengumpulkan puluhan orang yang dipilihnya dari para perajurit anak buahnya. Dia tidak pernah membuka rahasia pribadinya kepada siapapun, juga tidak kepada sekelompok perajurit pengawal yang menjadi orang-orang kepercayaannya. Akan tetapi dia menimbuni mereka dengan hadiah, bahkan mengajarkan beberapa jurus pukulan kepada mereka sehingga dia percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang boleh dipercaya, bukan sebagai atasan saja melainkan juga secara pribadi.

Begitu tiba di rumah, dia segera memanggil anak buahnya dan memerintahkan mereka untuk menyebar anggauta mereka ke seluruh kota raja.

"Ketahuilah bahwa aku mempunyai banyak musuh di dunia kang-ouw dan mereka itu tentu saja merasa iri kepadaku yang telah memperoleh kedudukan baik disini. Aku mendengar bahwa di antara mereka, ada yang menyusup ke kota raja, tentu dengan niat buruk terhadap diriku. Oleh karena itu, kalian harus melakukan penyelidikan dan pengamatan di seluruh kota raja. Kalau ada orang-orang yang mencurigakan, apalagi yang mencari aku atau mencari orang she Tang, cepat laporkan kepadaku."

Demikian pesannya kepada tigapuluh orang lebih yang dia tugaskan untuk menjadi mata-matanya. Dia mengerti bahwa para pendekar, seperti Cia Kui Hong dan yang lain, sudah tahu bahwa Ang-hong-cu adalah seorang she Tang. Rahasia ini bocor karena Tang Hay yang mengatakan diri sebagai puteranya, juga karena ulah Tang Gun yang membanggakan diri sebagai putera Ang-hong-cu. Karena itulah, maka kepada anak buahnya dia berpesan agar melaporkan kalau ada orang mencarinya atau mencari orang she Tang.

Usahanya ini segera memperlihatkan hasil. Belum sepekan dia menyebar mata-mata, pada suatu sore seorang anak buahnya melaporkan bahwa ada tiga orang muncul di kota raja dan mereka itu bertanya-tanya tentang perwira Tang Gun yang kini menjadi orang pelarian.

Mendengar ini, Tang Bun An mengerutkan alisnya. Hatinya merasa tidak enak. Biarpun yang ditanyakan mereka itu Tang Gun, namun ada hubungan dekat sekali antara dia dan Tang Gun. Tang Gun pernah membual di kota raja bahwa dia putera Ang-hong-cu, dan kalau kini ada tiga orang mencarinya, besar kemungkinan ada hubungannya pula dengan Ang-hong-cu, seperti juga yang dilakukan Cia Kui Hong.

"Bagaimana rupanya tiga orang itu? Pria ataukah wanita?" tanyanya penuh perhatian.

"Mereka adalah seorang wanita dan dua orang pria…….”

"Bagaimana wajah wanita itu? Dan berapa usianya? Siapa pula namanya, hayo cepat beri penjelasan!" Tang Bun An agak panik karena dia mengira wanita itu adalah Cia Kui Hong!

"Ia seorang wanita yang cantik sekali dengan pakaian yang indah, Ciangkun. Usianya tiga puluh tahun lebih. Di punggungnya terlihat gagang sepasang pedang."

Lega rasa dada Tang Bun An mendengar ini. Usianya sudah tiga puluh tahun! Jelas bukan Cia Kui Hong.

"Dan bagaimana yang dua orang laki-laki itu?"

"Mereka adalah dua orang muda yang tampan dan gagah, yang seorang berusia dua puluh tahun lebih dan yang ke dua kurang lebih tiga puluh tahun."

"Siapa nama mereka?"

"Saya tidak tahu, Ciangkun. Sudah saya cari keterangan, akan tetapi tidak ada yang tahu. Mereka hanya bertanya-tanya tentang perwira Tang Gun kepada para pelayan rumah penginapan."






"Mereka di rumah penginapan?"

"Benar, Ciangkun. Di rumah penginapan Ban-lok-likoan."

Tang Bun An mengangguk-angguk. Jelas bukan Cia Kui Hong. Akan tetapi tetap saja mencurigakan. Dia harus lebih dulu bertindak sebelum terlambat. Siapa tahu mereka itu para pendekar kawan Cia Kui Hong. Gadis ketua Cin-ling-pai itu memang sudah berjanji tidak akan mengganggunya, akan tetapi siapa tahu ia mengundang teman-temannya! Walaupun ia tidak berani membuka rahasia karena sudah berjanji, akan tetapi mungkin saja ia menyerahkan tugas penyelidikan itu kepada teman-temannya. Dan dia harus waspada dan mendahului setiap orang yang akan mendatangkan bahaya baginya. Dia lalu membuat surat singkat dan rnemasukkannya dalam sampul.

Dikumpulkannya semua pembantunya dan diapun mengatur siasat untuk menghadapi tiga orang yang mencurigakan dan yang dikatakannya kepada para pembantunya mungkin saja mereka itu musuh-musuhnya. Setelah itu, dia lalu mengutus seorang pembantu untuk menyerahkan sampul suratnya kepada tiga orang itu.

Tiga orang muda yang menjadi perhatian Tang Bun An itu sebetulnya adalah Sim Ki Liong, Tang Cun Sek, dan Ji Sun Bi! Tiga orang muda ini bukanlah orang-orang sembarangan. Ji Sun Bi yang usianya sudah tiga puluh satu tahun akan tetapi masih nampak cantik manis dan genit itu, berjuluk Tok-sim Mo-li (Iblis Betina Berhati Racun), seorang tokoh sesat yang terkenal amat lihai dan juga amat jahat.

Adapun dua orang pemuda yang kini bersamanya, sesungguhnya merupakan murid-murid orang-orang pandai dan pendekar besar. Yang pertama adalah Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid yang disayang dari Pendekar Sadis dan isterinya. Namun, putera mendiang Sim Thian Bu ini memang memiliki dasar watak yang jahat. Dia melarikan diri dari Pulau Teratai Merah, dan mencuri pedang pusaka Gin-hwa-kiam dari keluarga Pendekar Sadis. Adapun pemuda yang ke dua adalah Tang Cun Sek, pernah menjadi murid terkemuka di Cin-ling-pai. Namun putera kandung Ang-hong-cu inipun memiliki dasar watak yang jahat. Dia melarikan diri dari Cin-ling-pai dan mencuri pedang pusaka Hong-cu-kiam!

Tiga orang muda yang lihai akan tetapi jahat ini bertemu dan bersatu bahkan mereka sempat bersama-sama memperkuat sebuah perkumpulan yang disebut Kim-lian-pang, bersarang di Pegunungan Kim-lian-san. Sim Ki Liong yang paling lihai di antara mereka menjadi ketuanya dan mereka berdua menjadi pembantu-pembantu utama.

Akan tetapi tindakan sewenang-wenang dari Kim-lian-pang ini memancing permusuhan dengan para perkumpulan lainnya dan akhirnya, Kim-lian-pang diserbu oleh orang-orang perkumpulan lain. Mereka tidak akan kalah kalau saja tidak muncul Pek Han Siong dan Tang Hay yang akhirnya mengalahkan mereka. Bahkan Hay Hay berhasil merampas pedang Gin-hwa-kiam dan pedang Hong-cu-kiam dari tangan Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek

Biarpun menderita kekalahan dan perkumpulan Kim-lian-pang yang jahat itu dibasmi, tiga orang pimpinan ini berhasil meloloskan diri mereka. Mereka, terutama sekali Sim Ki Liong, merasa kehilangan. Kehilangan kedudukan dan kekuasaan, kehilangan harta benda, kehilangan segalanya dan dia merasa sakit hati sekali kepada Han Siong dan Hay Hay yang telah menghancurkan kedudukan dan kekuasaannya yang mulai dipupuk dan mulai bertumbuh itu. Dia kehilangan segalanya, akan tetapi merasa terhibur juga karena dua orang pembantunya yang juga menjadi sahabat baiknya, yaitu Ji Sun Bi dan Tang Cun Sek.

Ji Sun Bi adalah pembantunya, sahabatnya, juga kekasihnya. Tang Cun Sek merupakan pembantu dan sahabatnya yang cocok, dan kedua orang itu memiliki ilmu silat yang boleh diandalkan. Maka, biarpun sudah kehilangan kedudukan tinggi dan kekuasaan besar sebagai ketua Kim-lian-pang, dia masih terhibur dan berbesar hati karena masih bersama dua orang pembantunya itu.

"Aku harus membalas semua ini! Sekali waktu, aku harus dapat mencincang hancur tubuh Tang Hay dan Pek Han siong!" kata sim Ki Liong dengan geram sambil mengepal tinju ketika ketiganya duduk mengaso di bawah pohon dalam hutan dimana mereka melarikan diri.

Ji Sun Bi dan Tang Cun sek juga duduk menyusut keringat, wajah mereka masih pucat karena baru saja mereka lolos dari cengkeraman maut.

"Mereka adalah musuhku sejak dahulu," kata Ji Sun Bi. "Dan memang tidak ada yang akan lebih menyenangkan hati dari pada melihat mereka itu dapat kubinasakan. Akan tetapi, kita harus berhati-hati sekali, karena dua pemuda itu memang sakti. Bukan saja mereka berdua memiliki ilmu silat yang tinggi, akan tetapi yang paling berbahaya lagi, mereka memiliki ilmu sihir yang amat kuat dan sukar dilawan. Untuk menghadapi mereka, kita bertiga belum cukup kuat. Kita harus berusaha mencari orang-orang pandai untuk membantu kita."

"Pendapatmu itu memang benar, enci Sun Bi. Akan tetapi, kemana kita dapat mencari orang-orang pandai yang mau membantu kita?" tanya Sim Ki Liong.

Dia sendiri baru keluar dari Pulau Teratai Merah dan dia belum banyak pengalaman, belum mempunyai hubungan dengan tokoh-tokoh kang-ouw yang berilmu tinggi.

Ji Sun Bi tersenyum. Tok-sim Mo-li ini tentu saja berbeda dengan kedua orang muda itu. Ia adalah seorang tokoh sesat yang kenamaan dan tentu saja ia mengenal banyak tokoh sesat lain di dunia kang-ouw.

"Untuk mencari kawan-kawan baru yang pandai, serahkan saja kepadaku!"

"Kalau saja aku dapat bertemu dengan ayah kandungku, tentu dia akan suka membantu kita. Dan aku mendengar bahwa ayah kandungku itu, Ang-hong-cu, adalah seorang yang sakti." kata Tang Cun Sek.

"Akan tetapi, dimana kita dapat mencari dia? Memang, aku sendiri sudah lama mendengar akan nama besarnya. Dia sedemikian lihainya sehingga tak seorangpun dari dunia kang-ouw mampu mengenal siapa sesungguhnya tokoh yang amat terkenal dengan julukan Ang-hong-cu itu," kata Ji Sun Bi.

Sim Ki Liong memandang kepada sahabatnya dan juga pembantunya itu dengan alis berkerut.

"Tang toako, apa artinya ayahmu itu sakti dan akan suka membantu kita kalau kita tidak dapat mengetahui dimana dia berada?”

“Jangan khawatir. Dalam penyelidikanku, aku yakin bahwa dia berada di kota raja. Ada berita bahwa di kota raja terdapat seorang perwira muda she Tang yang mengaku bahwa dia adalah putera Ang-hong-cu. Nah, kalau kita mencari perwira Tang itu di kota raja, tentu kita akan dapat mengetahui dimana adanya ayahku itu. Kalau benar perwira itu putera Ang-hong-cu, berarti dia masih saudaraku seayah."

Demikianlah, karena dalam keadaan bingung dan mengharapkan bantuan dari orang pandai yang dapat dipercaya, Sim Ki Liong dan Ji Sun Bi menyetujui dan mereka bertiga dengan hati-hati lalu memasuki kota raja untuk menyelidiki tentang Perwira Tang yang kabarnya menjadi perwira pasukan pengawal istana di kota raja.

Setelah mendapatkan sebuah rumah penginapan yang kecil agar kehadiran mereka tidak menyolok dan menarik perhatian, mereka mulai bertanya-tanya tentang perwira Tang itu, kepada para pelayan rumah penginapan dan pelayan rumah makan dimana mereka makan.

Mereka sama sekali tidak tahu bahwa sikap mereka bertanya-tanya tentang perwira Tang itu menimbulkan kecurigaan seorang mata-mata pembantu Perwira Tang Bun An yang segera melaporkan hal itu kepada majikannya. Dan dari hasil keterangan yang mereka peroleh, terdapat berita mengejutkan bahwa Perwira Tang yang mereka cari-cari itu telah ditangkap dan dihukum buang!

Berita ini bukan mengejutkan, akan tetapi juga amat mengecewakan hati Tang Cun Sek. Jejak satu-satunya yang dapat membawanya kepada ayah kandungnya telah lenyap! Kalau bukan perwira she Tang itu, lalu siapa lagi yang dapat memberi keterangan kepadanya tentang Ang-hong-cu?

Selagi mereka bertiga kebingungan mendengar berita itu dan tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba pelayan rumah penginapan menyerahkan sesampul surat kepada mereka sambil berkata,

"Ini ada sepucuk surat untuk sam-wi."

Tentu saja Sim Ki Liong yang menganggap dirinya sebagai pimpinan, menerima surat itu dan bertanya heran,

"Siapakah orang yang menyerahkan surat ini kepadamu?"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar