*

*

Ads

Selasa, 07 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 102

”Saya merasa bergembira sekali bahwa urusan yang tadinya membuat saya merasa amat khawatir ini telah dapat diselesaikan dengan baik. Dan sayapun berterima kasih kepada Tuhan yang masih melindungi Hay Hay dan nona Mayang sehingga walaupun mereka telah melaksanakan upacara pernikahan, namun mereka masih belum menjadi suami isteri dan kini dapat menjadi kakak dan adik secara wajar. Karena, bagaimanapun juga, saya akan ikut memikul dosanya kalau sampai pelanggaran terjadi, karena saya ikut pula membujuk Hay Hay untuk menerima usul perjodohan itu. Setelah sekarang semuanya heres, sayapun hendak mohon diri, dan saya menghaturkan terima kasih kepada Kim Mo Siankouw atas semua kebaikannya selama saya berada disini."

"Han Siong, kenapa engkau tergesa-gesa pergi? Hendak ke manakah engkau?" tanya Hay Hay.

"Engkau tahu bahwa akupun mempunyai perhitungan dengan Ang-hong-cu. Akan tetapi aku akan pulang dulu ke Kong-goan, ke Pek-sim-pang untuk menemui keluargaku. Mari kita berlumba, siapa yang akan lebih dulu berhasil menangkap Ang-h6ng-cu, Hay Hay!"

"Bagus!" Hay Hay yang sudah mendapatkan kembali kegembiraannya itu menerima tantangan itu. "Kita lihat saja nanti. Yang kalah harus menjamu makanan apa saja yang diminta si pemenang dalam rumah makan besar!"

"Baik, Hay Hay. Nah, sekarang aku harus pergi."

Han Siong memberi hormat kepada mereka semua dan pergilah dia meninggalkan tempat itu. Hatinya merasa gembira bukan main. Dia kini merasa bebas seolah-olah semua ikatan pada dirinya telah putus, seolah beban yang selama ini menghimpit hatinya telah tanggal.

Pertama, Wakil Dalai Lama sendiri sudah menjanjikan bahwa mulai sekarang, tidak akan ada lagi pendeta Lama yang mengganggunya, yang hendak memaksanya ikut ke Tibet menjadi Dalai Lama! Dan ke dua, urusan Hay Hay dengan Mayang telah dapat diselesaikan dengan baik, karena dia ikut pula bertanggung jawab, ikut pula membujuk Hay Hay, bahkan mengancam akan memusuhinya kalau Hay Hay tidak mau berjodoh dengan Mayang!






Dia bergidik membayangkan. Kalau sampai terlanjur terjadi pelanggaran dan hubungan suami isteri antara kedua orang yang masih sedarah itu, tentu dia sendiri merasa berdosa, menyesal bukan main. Dan Hay Hay tentu akan mendapatkan alasan yang kuat untuk melampiaskan kemarahan kepadanya tanpa dia mampu membela diri. Hay Hay tentu akan menganggapnya jahat dan mengatakan bahwa dia telah mendorong Pendekar Mata Keranjang itu terjerumus ke dalam lembah kehinaan! Untung juga keduanya memakai perhiasan kumbang merah itu sebagai kalung!

Kini semua telah lewat dan Han Siong dapat melakukan perjalanan dengan wajah berseri dan hati lapang. Ada lagi suatu hal yang menggembirakan hatinya. Kegagalan cintanya terhadap Siangkoan Bi Lian tidak menimpa dirinya sendiri! Kepahitan karena cinta gagal baru saja juga menimpa Hay Hay. Bahkan lebih parah daripada dia. Berarti dia mempunyai teman sependeritaan! Hal ini membuat dia merasa semakin dekat dengan Hay Hay!

Pemuda gemblengan ini dalam kegembiraannya lupa bahwa dia telah menjadi hamba dari pada ke-akuan yang menghinggapi hampir seluruh manusia di permukaan bumi ini. Orang yang sedang tertimpa malapetaka, yang sedang merasa sengsara, sedang berduka, akan merasa terhibur dan berkurang kedukaannya kalau ia melihat orang lain, apalagi yang dekat dengan dia, tertimpa kemalangan yang lebih besar dari pada kemalangan yang menimpa dirinya sendiri!

Dan orang yang sudah diperbudak ke-akuannya sendiri itu yang merasa terhibur dan berkurang kedukaannya kalau melihat orang lain tertimpa kedukaan yang lebih besar, tentu akan merasa tak senang dan iri hati kalau melihat orang lain memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pada keuntungan yang diperolehnya sendiri.

Seperti inilah kelemahan manusia yang tercengkeram nafsu-nafsunya sendiri. Nafsu selalu mendorong kita untuk menjadi yang paling baik, paling besar, paling penting dan tidak kalah oleh orang lain! Berbahagialah orang yang dapat melihat, merasakan, dan menyadari kelemahan yang ada pada dirinya ini. Karena hanya mereka yang waspada dan sadar sajalah dapat melihat ulah nafsu yang ada pada diri sendiri.

**** 102 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar