*

*

Ads

Minggu, 15 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 049

Apakah Si Kumbang Merah Tang Bun An sudah merasakan bahagia di dalam hidupnya? Apakah dia sekarang sudah merasa puas dengan keadaan hidupnya yang baru, di mana dia bergelimang dengan kehormatan, kekayaan dan kemuliaan?

Orang-orang menghormatinya, rumahnya besar dan dilayani pelayan-pelayan wanita yang muda-muda lagi cantik, dijaga pasukan pengawal dan hidup sebagai seorang pembesar yang otomatis menjadi bangsawan yang kaya raya. Apakah hidupnya bahagia? Memang senang, namun kesenangan bukanlah kebahagiaan.

Kesenangan hanyalah merupakan keadaan sepintas saja, selewat saja, bahkan ada pula kesenangan yang umurnya amat pendek. Setelah saat senang itu lewat, maka muncullah kebosanan dan kekecewaan. Kesenangan hanya sekedar pemuasan nafsu keinginan dan sesudah tercapai, maka kepuasan itu pun ternyata hanya sekelumit saja dan baru terasa bahwa apa yang dicapainya itu, kesenangan yang diidamkan itu, tidaklah sebesar ketika dikejarnya.

Kesenangan adalah muka yang lain dari kesusahan, ada suka tentu ada duka, ada puas tentu ada kecewa. Kesenangan hanyalah merupakan permainan perasaan yang dikuasai oleh nafsu. Sedangkan kebahagiaan bukanlah keadaan badan, melainkan keadaan jiwa! Keadaan jiwa yang bebas dari pada cengkraman nafsu. Jiwa yang tidak lagi terbungkus dan tertutup nafsu, jiwa yang sudah terbuka, sudah bersatu dengan Tuhan!

Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu membersihkan jiwa dari kurungan nafsu! lkhtiar manusia melalui pikiran dan akal budi tidak mungkin menundukkan nafsu, karena pikiran dan akal budi pun sudah bergelimang nafsu. Tidak mungkin nafsu dapat menundukkan nafsu. Hanya kekuasaan Tuhan yang akan bisa membersihkan jiwa yang bergelimang nafsu, atau jiwa yang tertutup oleh kekuasaan gelap, kekuasaan nafsu yang memikat manusia dengan segala macam bentuk kesenangan badani atau kesenangan pikiran dan hati.

Panca indera, pikiran, hati dan akal budi hanyalah alat pelengkap hidupnya jiwa dalam badan. Namun sungguh sayang, karena badan diperalat nafsu dan daya rendah, maka jiwa bagaikan tertutup dan terbungkus. Bagaimana mungkin kita membersihkan jiwa kita, betapa mungkin kita menundukkan nafsu kalau kita sudah bergelimang dengan nafsu?

Hanya kekuasaan Tuhan yang akan mampu membersihkan jiwa kita, dan satu-satunya ikhtiar yang dapat kita lakukan hanyalah menyerah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih! Penyerahan yang berarti keimanan yang mutlak, penyerahan total, dengan penuh ikhlas, kesabaran, dan ketawakalan.

Orang seperti Si Kumbang Merah Tang Bun An adalah manusia yang tak mau mengenal Tuhan, tak mau mengakui bahwa ada Yang Maha Kuasa di alam semesta ini. Dia mengira bahwa dirinya adalah sang penentu bagi dirinya sendiri, baik atau buruk berada di telapak tangannya.

Orang seperti inilah yang akhirnya akan terpeleset, tersesat ke dalam lembah kejahatan, tanpa merasa bahwa dia tersesat. Kalau sudah tertimpa mala petaka sebagai akibat dari perbuatannya sendiri, orang seperti ini baru mengeluh, lantas mencari-cari sasaran untuk dijadikan biang keladi mala petaka itu, dijadikan sebagai kambing hitam untuk melempar kesalahannya.

Orang yang tak mau mengakui kekuasaan Tuhan selalu menyombongkan diri sendiri bila berhasil, dan melemparkan kesalahan kepada pihak lain kalau gagal. Sebaliknya, orang yang percaya kepada kekuasaan Tuhan, dalam keadaan berhasil dengan rendah hati dia berterima kasih atas berkah Tuhan, dalam keadaan gagal dia mohon pengampunan atas segala kesalahannya kepada Tuhan.

Si Kumbang Merah Tang Bun An lantas merayakan kemenangan serta keberhasilannya, seakan-akan mabok dalam keberhasilannya. Namun segala kesenangan yang diraihnya melalui nafsu yang dilampiaskan tanpa batas lagi ini, hanya sebentar saja terasa nikmat olehnya. Dalam waktu beberapa bulan saja dia sudah mulai merasa bosan!

Belasan orang pembantu wanita, gadis-gadis cantik jelita dan manis itu sudah kehilangan daya tarik baginya, seperti sekumpulan bunga yang sudah tidak menarik lagi bagi seekor kumbang yang telah menghisap madu bunga-bunga itu sampai sepuasnya. Dan mulailah matanya menjadi jalang mencari-cari bunga lain!

Si kumbang Merah yang tadinya merasa bosan dengan cara hidupnya yang liar, lantas merindukan kekuasaan dan kedudukan yang dianggapnya akan mendatangkan kemuliaan dan kemewahan, kini sesudah memperoleh semua itu, bahkan rindu akan cara hidupnya yang lalu! Dan sekali ini, dia tidak perlu lagi mencari-cari ke kota-kota atau dusun-dusun seperti dahulu lagi. Kini wanita-wanita cantik seolah-olah berserakan di depan hidungnya!

Bagaimana tidak? Dia adalah panglima yang mengepalai pasukan pengawal istana, baik di dalam mau pun di luar istana. Karena itu, para thai-kam pengawal yang selalu berjaga di sebelah dalam istana, di bagian para puteri, juga menjadi anak buahnya. Dan di dalam istana bagian para puteri itu terdapat banyak wanita pilihan, wanita-wanita tercantik dari seluruh negeri! Maka mulailah si kumbang merah beraksi.

Biar pun usianya sudah lima puluh lima tahun, namun Tang Bun An menjadi seperti muda kembali, menjadi seekor kumbang merah yang beterbangan di antara bunga-bunga yang sedang mekar dengan indahnya di taman istana, hinggap dari satu ke lain kembang untuk menghisap madu manis sepuas hatinya!






Dengan ilmu kepandaiannya yang tinggi, tentu saja dengan mudah Si Kumbang Merah dapat menyelinap ke dalam kamar seorang selir atau dayang tanpa di ketahui orang lain. Baginya, tidak peduli wanita itu selir kaisar, atau bahkan puteri kaisar, atau dayang, asal muda dan cantik, tentu akan dirayunya.

Dia memang pandai merayu wanita, dengan rayuan maut yang membuat setiap wanita menjadi lemas dan bertekuk lutut, menyerahkan diri tanpa melawan lagi, bahkan dengan suka rela, dengan kehausan seorang wanita yang menjadi isteri atau selir kaisar dengan puluhan orang saingan! Maka dalam waktu beberapa bulan saja hampir seluruh selir dan dayang telah membiarkan diri dihisap oleh Si kumbang Merah. Bahkan banyak pula gadis puteri kaisar yang menyerah!

Namun Si Kumbang Merah Tang Bun An adalah seorang pria yang berpengalaman dan cerdik sekali. Dia tidak lagi berani melakukan paksaan atau pemerkosaan terhadap wanita di dalam istana seperti yang dahulu sering kali dia lakukan ketika dia masih liar sebagai Ang-hong-cu yang ditakuti orang. Tidak, dia tidak ingin mengorbankan kedudukannya.

Dia berlaku hati-hati dan hanya merangkul wanita yang menanggapi rayuannya sehingga selalu terjadi hubungan yang suka sama suka. Dia kini dapat menjaga pula agar jangan sampai ada puteri kaisar yang masih gadis menjadi hamil akibat perjinahan mereka. Dan dia pun tidak mau jatuh cinta seperti Tang Gun yang dianggapnya bodoh. Hubungannya dengan para wanita itu hanyalah hubungan nafsu semata, saling meminta dan memberi, setelah itu habis sudah, tidak ada ikatan dalam hati.

Tidak lama kemudian, semua selir dan dayang yang menjadi kekasihnya sudah rnenjadi sekutunya. Mereka itu beramai-ramai selalu melindungi dan menyembunyikan rahasia Si Kumbang Merah. Bagi mereka, Tang-ciangkun yang satu ini sungguh merupakan seorang pria yang amat menyenangkan!

Dan mereka semua tahu bahwa sekali rahasia itu terbuka, bukan hanya panglima jantan itu yang akan celaka, akan tetapi mereka semua pun akan menjadi korban. Mereka masih teringat akan nasib selir Hwee Lan dan dayang A Sui, dan mereka tidak ingin menjadi nikouw!

Karena hampir semua selir dan dayang terlibat, maka Si Kumbang Merah merasa aman. Bunga-bunga harum itu bukan hanya suka menyerahkan madu manis kepadanya, bahkan melindunginya pula.

Betapa pun juga, masih ada juga satu hal yang kadang-kadang mengkhawatirkan hati Si Kumbang Merah, yaitu permaisuri! Wanita berusia empat puluh tahun lebih yang masih tampak cantik dan amat berwibawa ini merupakan ganjalan dan juga merupakan ancaman bahaya bagi dia dan semua kekasihnya di dalam harem kaisar itu.

Permaisuri ini amat anggun dan juga angkuh. Sebagai seorang pria yang berpengalaman dia maklum bahwa tidak mungkin merayu dan menundukkan hati seorang wanita seperti permaisuri itu. Kalau saja tarikan mulutnya tidak sekeras itu, atau pandang matanya tidak setajam dan sedingin itu, mau rasanya dia mencoba merayu sang permaisuri. Walau pun usianya sudah empat puluh tahun lebih, namun dia juga merupakan seorang wanita yang amat menarik, setangkai bunga yang sama sekali belum layu.

Namun Ang-hong-cu Tang Bun An tidak berani mencoba hal ini karena sekali gagal, dia akan celaka. Walau pun dia mampu melarikan diri andai kata terjadi sesuatu, yang jelas dia akan kehilangan kedudukannya dan akan menjadi seorang buruan pemerintah. Berat!
Kekhawatiran Ang-hong-cu ini memang tidak meleset. Diam-diam, permaisuri yang juga memiliki kecerdikan itu sudah bisa 'pencium' bau rahasia ketidak beresan yang terjadi di dalam istana bagian puteri itu. Walau pun para selir dan dayang, juga para thai-kam (pria kebiri) pengawal yang bertugas di sana semua membantu Ang-hong-cu, akan tetapi ada beberapa orang thai-kam yang menjadi orang-orang kepercayaan sang permaisuri! Mereka inilah yang membocorkan rahasia itu kepada permaisuri!

Pada saat permaisuri mendengar bahwa banyak selir dan dayang yang telah 'mengotori' istana dengan perbuatan jinah mereka besama Panglima Tang, maka secara diam-diam permaisuri marah bukan main.

"Hemm, pelacur-pelacur itu...!" dia mengepal tangannya. "Awas, akan kubongkar semua ini!"

Tanpa adanya bukti yang nyata, sang permaisuri tidak berani melapor begitu saja kepada suaminya, yaitu kaisar. Kaisar harus dapat menangkap basah mereka itu, dan tentu saja hal itu dapat diatur dengan bantuan para thai-kam pengawal yang menjadi pembantunya yang setia!

Demikianlah, diam-diam permaisuri yang cerdik ini sudah mengatur siasat bersama para pembantunya yang setia. Dan laksana seekor laba-laba betina, dia telah menenun sarang yang penuh jebakan dan perangkap. Hal ini dilakukan dengan penuh rahasia sehingga sama sekali tak mencurigakan Si Kumbang Merah dan para wanita yang menjadi kekasih Ang-hong-cu itu.

Pada suatu malam, seperti biasa Si Kumbang Merah berada di kamar salah seorang selir kaisar. Selir itu masih muda, usianya tak lebih dari tiga puluh tahun, cantik jelita dan amat menarik, juga merupakan seorang di antara para selir yang tersayang oleh kaisar. Seperti biasa pula, dayang selir itu yang juga telah menjadi kekasih Si Kumbang Merah, melayani mereka berdua yang berpesta pora di dalam kamar.

Ang-hong-cu Tang Bun An demikian mabok kesenangan sehingga sesudah lewat tengah malam, dia pun sudah tertidur nyenyak dalam kamar itu, dalam pelukan dua kekasihnya. Sama sekali dia tidak tahu bahwa sejak memasuki bagian puteri itu gerak-geriknya sudah diamati oleh para thai-kam pengawal yang menjadi mata-mata permaisuri.

Untunglah bahwa selama ini Ang-hong-cu selalu bersikap baik dan royal sekali terhadap para pengawal. Para thai-kam pengawal yang tidak menjadi mata-mata permaisuri, masih setia kepada Ang-hong-cu. Panglima Tang ini adalah seorang atasan yang royal dengan hadiah, bahkan sering pula mengajarkan satu dua jurus ilmu silat tinggi kepada mereka. Maka, sebelum jerat yang dipasang sang permaisuri mengena, pintu kamar selir itu telah digedor dari luar oleh beberapa orang pengawal yang setia kepada Ang-hong-cu.

"Ciangkun..., Ciangkun... cepat buka pintu !" kata mereka.

Tentu saja Si Kumbang Merah terkejut sekali, apa lagi sesudah dia membuka pintu dan mendengar laporan seorang anak buahnya yang setia. "Ciangkun, sungguh celaka sekali. Entah apa yang terjadi, tahu-tahu Sribaginda datang berkunjung dan anehnya, kini semua jalan keluar telah dijaga oleh pengawal-pengawal kepercayaan Sang Permaisuri! Agaknya rahasia ciangkun sudah ada yang membocorkan. Cepat, mereka akan menuju ke sini!"

Setetah berkata demikian, para pengawal itu cepat mengundurkan diri karena tentu saja mereka tidak ingin terlibat. Mendengar laporan itu, selir dan dayangnya sudah menangis dengan wajah pucat dan tubuh gemetar ketakutan. Akan tetapi Si Kumbang Merah tenang saja. Dia menutupkan pintu kamar itu, lalu merangkul selir itu sambil berbisik,

"Kau pura-pura sakit, lekas berselimut!" Dan kepada dayang itu, dia pun berkata, "Engkau rawat majikanmu, memijat-mijat kakinya dan laporkan bahwa sejak sore tadi majikanmu merasa pening dan badannya lesu. Kalian berdua bersikap tenang saja, dan pura-pura kaget kalau ada yang menggedor pintu. Mengerti?"

Setelah berkata demikian, Si Kumbang Merah mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari saku bajunya kemudian mulailah dia berhias muka. Sebentar saja mukanya telah berubah menjadi wajah seorang wanita setengah tua! Dayang itu membantunya dengan pakaian yang lusuh dan tua sehingga kini dia pun telah menjadi seorang wanita tua yang berwajah lembut! Dan sekali berkelebat, dia sudah keluar dari jendela kamar itu. Daun jendela lalu ditutup kembali oleh sang dayang.

Dan benar saja, tak lama kemudian pintu kamar itu digedor dari luar, keras sekali. "Cepat buka pintu! Perintah Sribaginda!" terdengar teriakan itu.

Karena perasaan takut, selir itu menggigil ketakutan, mukanya pucat dan keringat dingin membasahi tubuhnya. la bersembunyi ke dalam selimut dan dayangnya segera membuka daun pintu itu, dengan perasaan takut yang ditahan-tahan pula. Setelah daun pintu dibuka dan melihat Sribaginda Kaisar di ambang pintu, dayang itu lalu menjatuhkan diri berlutut.

Kaisar tidak memperhatikan dayang itu, melainkan memandang ke seluruh kamar dengan sinar mata penuh selidik, lalu bertanya, "Apa yang dilakukan majikanmu?"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar