*

*

Ads

Rabu, 11 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 045

Malam yang gelap karena malam itu gelap bulan. Langit hanya dihiasi laksaan bintang, atau jutaan atau bahkan lebih. Tak terhitung! Biar pun tidak ada bulan, namun sinar lemah dari bintang-bintang itu bergabung dan mampu pula mengurangi kepekatan malam, bukan menjadi gelap gulita lagi melainkan remang-remang.

Akan tetapi, kompleks bangunan dalam lingkungan istana sama sekali tidak pernah gelap! Banyak sekali lampu-lampu gantung besar kecil, beraneka warna dan bentuk, menerangi bagian dalam dan luar istana. Bahkan di taman-taman bunga yang teratur indah terdapat lampu penerangan.

Malam itu sunyi sekali karena hawa malam itu amat dingin. Musim semi telah mulai, akan tetapi sisa musim salju masih meninggalkan hawa dingin yang menyengat tulang. Karena dinginnya, maka malam itu amat sunyi meski di lingkungan istana sendiri. Para penghuni istana, yaitu kaisar serta semua keluarganya, juga para dayang, para selir, para pelayan dan bahkan para pengawal, lebih suka berada di dalam bangunan dari pada di luar!

Di udara terbuka hawa dingin sungguh tak tertahankan. Para pengawal luar yang sedang melakukan penjagaan di luar kompleks bangunan lebih suka berkelompok di dalam gardu-gardu penjagaan di mana mereka dapat menghangatkan tubuh di dekat arang membara, atau perapian yang sengaja dibuat untuk sekedar menghangatkan badan melawan hawa dingin. Para penjaga menjadi malas untuk meronda sebab meronda berarti meninggalkan gardu dan memasuki tempat terbuka di mana mereka akan disambut oleh dekapan hawa yang amat dingin.

Lagi pula, siapakah yang akan berani mengganggu ketentraman istana? Berarti mencari mati konyol! Maling? Sebelum memperoleh sesuatu dia sudah akan mati kedinginan lebih dulu! Malam itu, malam yang dingin sunyi sehingga para penjaga menjadi lengah.

Akan tetapi, bagi seseorang yang sedang dimabok cinta dan dendam birahi, yang sedang menderita rindu, berkencan dengan kekasih yang dirindukan merupakan kewajiban yang harus dilakukan dengan sepenuh hati, dengan nekat dan kalau perlu mengorbankan diri! Jangankan hanya hawa dingin di malam sunyi itu, biar harus menghadapi rintangan yang lebih berat sekali pun, seorang yang sedang merindukan pertemuan dengan kekasihnya tidak akan mundur selangkahpun!

Demikian pula bagi pria yang kini sedang menunggu di dalam taman bunga sebelah barat istana itu. Dia bersembunyi di balik rumpun-rumpun bunga yang tumbuh lebat di sebelah kiri depan pondok indah itu. Pondok yang bercat merah dan diberi nama 'Sarang Madu' di depannya, nama itu tertulis indah di papan yang tergantung di depan pondok.

Nama ini diberikan kaisar karena dia merasa seolah-olah berada di sarang madu ketika sedang bersenang-senang dengan para selir dan dayang yang muda-muda dan cantik jelita di pondok merah itu. Nama Sarang Madu itu ada riwayatnya.

Ketika itu, pondok merah ini baru saja selesai dibangun dan belum ada namanya. Ketika kaisar bersama para selir tercinta tengah bersenang-senang di situ, kaisar melihat sebuah sarang lebah tergantung pada dahan pohon dekat pondok. Sarang lebah itu sudah penuh madu, nampak ada madu menetes-netes turun. Kaisar segera menyuruh pengawal untuk mengusir lebah-lebahnya dan menurunkan sarang lebah itu. Ternyata sarang itu memang penuh dengan madu! Tentu saja kaisar menjadi girang sekali, lalu bersama para selir dan dayang minum madu yang manis.

Karena peristiwa itulah maka pondok ini diberi nama Sarang Madu. Bukan hanya karena madu itu memang manis. Akan tetapi berpesta pora dengan para dayang dan selir yang cantik-cantik itu memang amatlah manisnya!

Dan bagi pria yang kini bersembunyi di dekat pohon Sarang Madu itu, memang pondok itu merupakan sarang madu yang sangat manis baginya. Semua kenangan manis, indah dan menggembirakan berada di dalam pondok itu sejak dia bertemu dan berhubungan dengan Hwee Lan!

Sekarang laki-laki itu menyelinap dekat tembok pondok yang lebih melindungi dirinya dari hembusan angin lembut sehingga sinar lampu gantung yang halus dapat menyentuhnya. Dia seorang laki-laki muda berusia kurang lebih dua puluh lima tahun, berpakaian sebagai seorang perwira dan dia nampak gagah sekali dalam pakaian yang cemerlang ini.

Sebuah pedang tergantung pada pinggangnya, dan topi bulunya nampak bersih. Bulu itu kelihatan putih sekali di atas rambutnya yang hitam panjang. Wajahnya tampan menarik dan jantan. Wajah yang disuka oleh kaum wanita. Tubuhnya jangkung dengan pinggang ramping, tubuh yang juga menjadi idaman wanita. Pendeknya, pemuda berusia dua puluh lima tahun ini amat menarik bagi wanita.

Seorang yang tampan, gagah dan memiliki kedudukan baik. Seorang perwira pengawal! Dari pangkatnya ini saja, yakni perwira pengawal dalam istana, mudah diduga bahwa dia bukanlah seorang pemuda lemah, melainkan seorang pemuda gemblengan yang memiliki kegagahan dan ilmu silat tinggi.

Perwira muda ini bernama Tang Gun. Baru dua tahun dia menjadi perwira di dalam istana dan dipilih oleh kaisar sendiri karena dia telah berjasa saat membantu pasukan pengawal membasmi perampok yang berani memberontak dan mengusik ketenangan kaisar ketika kaisar berburu binatang di hutan. Pemuda yang gagah perkasa dan yang pekerjaannya sebagai seorang pemburu itu lalu membantu para pengawal, bahkan dialah yang berhasil membunuh kepala perampok.






Mendengar tentang kegagahan pemuda ini, kaisar memanggilnya dan karena gembiranya kaisar lantas menganugerahkan pangkat perwira pengawal kepadanya. Bukan pengawal luar, akan tetapi pengawal dalam istana, sebuah pangkat yang hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar dipercaya oleh kaisar!

Tadinya Tang Gun hidup berdua saja dengan ibunya yang telah berusia empat puluh tiga tahun. Mereka hidup berdua dalam keadaan miskin karena ibunya adalah seorang janda dan kehidupan mereka hanya mengandalkan hasil buruannya. Bila dia berhasil membunuh seekor dua ekor kijang atau beberapa ekor kelinci, dagingnya lantas dibuat daging kering oleh ibunya, kemudian kulit dan daging kering itu dijual dan di tukar dengan beras, terigu dan bumbu-bumbu masak, juga untuk membeli pakaian. Mereka hidup di tempat terpencil, di dekat hutan.

Sejak kecil Tang Gun memang suka mempelajari ilmu silat. Dari kawan-kawannya, para pemburu, dia belajar silat dan mencari guru-guru silat yang pandai. Karena tekunnya dan tidak mengenal lelah, juga rajin mencari guru yang pandai, akhirnya dia menjadi seorang pemuda gemblengan yang pandai silat dan menjadi jago di antara para pemburu.

Ibunya selalu mengatakan bahwa ayah kandungnya telah meninggalkan mereka sejak dia masih kecil sekali. Menurut ibunya, ayah kandungnya adalah seorang pria she Tang dan ibunya menyerahkan sebuah benda berbentuk ukiran seekor kumbang yang terbuat dari emas dan batu permata. Si Kumbang Merah atau Ang-hong-cu, demikianlah julukan ayah kandungnya. Demikian menurut ibunya.

Dia tidak pernah mengenal ayahnya, hanya tahu bahwa ayahnya she Tang dan berjuluk Ang-hong-cu. Menurut ibunya, ayahnya adalah seorang yang sangat sakti dan kalau dia kelak melihat seorang pria yang mempunyai tanda mainan seperti yang dimilikinya, maka itulah ayahnya!

Tang Gun telah mencari keterangan di dunia kang-ouw tentang Ang-hong-cu. Akan tetapi, dengan kecewa dia mendengar bahwa sudah bertahun-tahun dunia kang-ouw tidak lagi mendengar nama Ang-hong-cu. Si Kumbang Merah itu seakan telah lenyap atau mungkin juga sudah mati! Maka Tang Gun menjadi putus asa dan tidak mencari lagi.

Pada saat dia masih menjadi seorang pemburu biasa, kenyataan bahwa dia tidak berayah lagi, bahkan dia tidak tahu di mana ayahnya, sudah mati atau belum, tidak merupakan hal yang perlu dirisaukannya benar. Dia hanyalah seorang pemburu miskin. Siapa yang akan memperhatikan dirinya dan siapa yang ingin mengetahui siapa ayahnya?

Akan tetapi, setelah dia menjadi seorang perwira pengawal di istana, hal itu menjadi amat penting! Ia kini seorang yang berkedudukan, dihormati dan disegani, bahkan cukup dekat dengan keluarga kaisar! Untuk mengangkat harga dirinya, terutama di kalangan pasukan dan juga di dunia persilatan, maka mulailah dia mengaku bahwa dia adalah putera Ang-hong-cu yang dikabarkan memiliki kesaktian hebat itu! Berita yang dibangga-banggakan inilah yang akhirnya sampai ke telinga Hay Hay lewat Siok Bi.

Karena dia memiliki wajah tampan menarik, tubuh yang kokoh kuat sehingga dia nampak gagah dan jantan, sejak remaja Tang Gun disukai oleh banyak wanita. Dan dia pun sadar akan ketampanannya, sadar bahwa banyak wanita menyukainya. Oleh karena itu, walau pun ibunya yang menjanda itu sering mendesaknya supaya segera menikah, Tang Gun selalu menolak. Dia merasa rugi kalau harus menikah.

Pertama, untuk menikah dia harus memiliki uang namun dia seorang yang miskin. Setelah menikah, berarti tanggungannya bertambah, tadinya hanya dua orang menjadi tiga orang, belum lagi kalau isterinya melahirkan anak. Ke dua, sesudah dia beristeri tentu rasa suka para wanita terhadap dirinya akan berkurang. Jauh lebih senang kalau dia masih bebas, dia dapat berpacaran dengan wanita mana pun yang suka kepadanya dan disukainya.

Maka mulailah Tang Gun dikenal sebagai seorang pemuda yang mata keranjang, selalu diburu wanita dan selalu berganti-ganti pacar! Betapa pun juga dia tak pernah melakukan pelanggaran. Tidak pernah dia memperkosa wanita, tak pernah pula dia mempermainkan isteri orang. Dia hanya menyambut uluran cinta seorang gadis atau seorang janda muda.

Sesudah dia berusia dua puluh tiga tahun dan diangkat menjadi perwira pengawal dalam istana, nafsu birahi yang selama ini memperhamba batin dan tubuhnya menjadi terkekang dan tak mudah dapat disalurkan. Dia kini telah menjadi seorang perwira pengawal dalam istana. Tentu saja dia tidak boleh sembarangan mengumbar nafsu seperti ketika dia masih tinggal di dusun. Dia harus menjaga namanya dan kini dia tinggal di kompleks perumahan para perwira yang berada di lingkungan istana, meski pun di bagian luar akan tetapi masih berada di belakang tembok yang mengelilingi istana.

Dia tinggal bersama ibunya di dalam sebuah rumah yang cukup indah walau pun sedang saja. Ada pula dua orang lainnya, lelaki dan wanita, yang menjadi pelayan rumah mereka. Dia hanya bisa mencari hiburan dan bersenang-senang apa bila dia sedang memperoleh giliran cuti. Dia sering pergi ke rumah pelesir yang jauh berada di sudut kota, menyamar sebagai seorang pemuda biasa.

Akan tetapi dia tidak dapat berkutik apa bila dia sedang bertugas atau berada di rumah,. Sebagai seorang perwira pengawal, apa lagi pengawal di dalam istana, dia harus selalu sopan dan menjaga kesusilaan. Sebagian besar para perwira pengawal, juga para prajurit pengawal yang mengawal bagian dalam istana, apa lagi yang mengawal bagian keluarga puteri kaisar, adalah para thai-kam (laki-laki kebiri). Dia sendiri tidak diharuskan menjadi thai-kam karena kaisar percaya kepadanya.

Karena tugasnya sebagai komandan pengawal dalam istana, maka sering kali Tang Gun memimpin rombongan pengawal melakukan perondaan di waktu malam. Bahkan sering pula dia mendapat giliran berjaga di dalam taman yang berhubungan dengan tempat para puteri. Karena itu sering pula dia melihat kaisar kalau Sribaginda ini sedang berjalan-jalan di dalam taman atau sedang bersenang-senang dengan para selir dan dayang di pondok-pondok indah. Tentu saja dia selalu bersikap hormat, berlutut sambil menundukkan muka, tidak berani mengangkat muka memandang Sribaginda dan para wanita cantik itu.

Biar pun matanya tidak dapat melihat, namun hidungnya masih bisa mencium keharuman yang keluar dari pakaian para wanita, juga telinganya bisa menangkap suara tawa merdu sekali, sepatah dua patah kata yang keluar dengan halus lembut seperti nyanyian merdu. Karena dia berwatak mata keranjang, maka jantungnya langsung terguncang hebat.

Lambat laun, setelah hampir dua tahun dia terbiasa dengan kesempatan seperti itu, maka mulailah dia berani bermain mata. Biar pun kepalanya ditundukkan, akan tetapi matanya mengerling ke atas. Makin kagumlah dia ketika melihat wanita-wanita cantik jelita dalam pakaian yang serba indah itu.

Tadinya dia hanya mampu melihat bagian bawah tubuh saja, dari kaki-kaki mungil sampai lutut yang tertutup sutera beraneka warna. Tapi kini dia dapat melihat wajah para pemilik kaki mungil itu. Ternyata dia tidak menemukan wanita yang angkuh dan tinggi hati seperti di dalam dongeng tentang puteri-puteri dan keluarga kaisar, melainkan wajah-wajah cantik jelita dan manis yang memandang kepadanya dengan penuh gairah! Mata yang jeli itu, mulut yang segar kemerahan itu, dengan jelas sekali menunjukkan betapa mereka sangat kehausan!

Tang Gun yang telah banyak bergaul dengan para wanita dapat melihat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kebanyakan dari para wanita muda itu, para selir serta dayang dari Kaisar, memandang kepadanya dengan penuh birahi!

Memang demikianlah keadaan para wanita muda dan cantik itu. Mereka melihat seorang perwira pengawal yang muda, tampan, ganteng, gagah dan jantan. Apa lagi mereka juga mendengar dari para thai-kam yang selalu bermuka-muka terhadap mereka bahwa Tang-ciangkun (Perwira Tang) ini, yang pernah menyelamatkan kaisar, adalah seorang perwira yang benar-benar jantan dan laki-laki tulen, bukan thai-kam! Tentu saja hal ini membuat mereka tertarik dan mereka selalu timbul birahi dan gairah setiap kali melihat perwira itu.

Memang seperti itulah keadaan para wanita muda yang menjadi penghuni istana raja di mana pun juga. Seorang kaisar sudah lajim mempunyai banyak sekali selir dan dayang, bisa sampai puluhan orang banyaknya. Hal ini tentu saja merupakan keadaan yang tidak seimbang.

Puluhan orang selir dan dayang itu adalah wanita-wanita yang masih muda, bagai bunga-bunga di taman yang sedang segar-segarnya, sedang mekar indah dan membutuhkan banyak sekali siraman dan curahan kasih sayang dan kemanjaan pria. Sebaliknya, kaisar yang sudah setengah tua itu tentu saja tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan badan dan batin mereka. Kaisar hanya mampu memberikan kedudukan dan kemewahan saja.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar