*

*

Ads

Jumat, 06 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 037

"Hemm, kalau engkau memang tidak suka lagi menjadi selir dan pembantu hartawan Coa itu, kenapai engkau tidak melarikan diri saja? Engkau bukan seorang wanita lemah, Siok Bi dan kulihat engkau mendapat kebebasan bergerak. Dengan mudah sekali engkau akan dapat melarikan diri meninggalkan kota Shu-lu ini ke tempat jauh!"

Gadis itu menggeleng kepala.
"Tidak mungkin, kongcu. Ah, engkau tidak tahu akan kekuasaannya. Dia memiliki banyak tukang pukul dan aku tentu dapat ditangkapnya dengan cepat dan menerima hukuman yang amat kejam. Tidak, kongcu. Melarikan diri bukanlah jalan yang baik."

"Kalau begitu, katakan saja terus terus terang bahwa engkau ingin bebas dan hidup sendiri."

Gais ini menundukkan mukanya dan menarik napas panjang.
"Pernah kukatakan hal itu kepadanya dan apa akibatnya? Aku dihukum cambuk sepuluh kali dan dia mengatakan bahwa aku telah menjadi miliknya karena sudah dibeli dari mendiang ayahku. Kalau aku ingin bebas, aku harus menebus diriku yang katanya kini harganya sudah menjadi lima puluh tail emas!"

"Wah, kenapa demikian banyak? Apakah dulu ayahmu menjualmu dengan harga seperti itu?"

Siok Bi menggeleng.
"Hanya beberapa tail emas, akan tetapi dia memperhitungkan bunganya yang tinggi selama lima tahun ini…….”

Hay Hay mengerutkan alisnya dan melirik ke arah buntalan uang emasnya. Lebih dari cukup untuk menebus diri Siok Bi!

“Siok Bi, kalau engkau sudah berhasil bebas dari Hartawan Coa, lalu kemana engkau hendak pergi? Bukankah ayahmu telah meninggal dunia? Apakah engkau mempunyai keluarga lain?"

Siok Bi kembali menggeleng kepalanya.
"Hanya seorang paman di kota raja, akan tetapi dia tentu tidak sudi menerima aku yang sudah bergelimang lumpur. Akan tetapi……. ada seorang pemuda…..” gadis itu berhenti dan matanya memandang kepada Hay Hay dengan penuh duka.

Hay Hay tersenyum.
"Aha! Kiranya engkau sudah mempunyai pillhan seorang kekasih? Bagus sekali kalau begitu!"

Siok Bi nampak tersipu.
"Bukan begitu, kongcu. Sesungguhnya, ada seorang pemuda yang dahulu suka berjudi. Dia sebetulnya seorang pemuda yang baik dan dia……. dia amat mencintaku. Ketika aku memberi nasihat agar dia berhenti berjudi, diapun menurut, berhenti tak pernah berjudi lagi dan kini dia bekerja, dagang kecil-kecilan. Dia amat mencintaku dan dia tentu akan menerimaku sebagai calon isterinya dengan hati bahagia……"

"Dan engkau tentu juga mencintanya, bukan?" .

"Sayang…….. sayang dia bukan engkau, kongcu…….! Ah, kenapa aku harus mengharapkan yang bukan-bukan? Aku kasihan dan suka padanya, akan tetapi terus terang saja, tidak mencintanya. Bagaimanapun juga, hidupku akan lebih terhormat dan terjamin kalau dapat menjadi isterinya."

Mendengar pengakuan yang jujur itu, Hay Hay merasa terharu. Gadis ini jatuh cinta padanya! Gadis ini tersesat ke jalan hitam bukan atas kehendaknya, melainkan terpaksa, dan ia berusaha untuk kembali ke jalan yang bersih. Agaknya, hanya dialah yang mampu menolongnya, menebusnya.

“Baiklah, Siok Bi. Kemenanganku di meja judi itu cukup untuk menebus dirimu. Aku akan menemui Coa Wan-gwe dan aku akan menebus dirimu dengan lima puluh tail emas!"

"Hay Kongcu…….. !”

Siok Bi menjerit kecil dan menubruk pemuda itu dengan hati penuh kebahagiaan sehingga keduanya berguling ke atas pembaringan. Siok Bi merangkul dan mencium, penuh perasaan terima kasih dan penuh kepasrahan diri.

"Kongcu…….” bisiknya diantara ciumannya, "sampai mati aku tidak akan mampu membalas budimu….. maka... hanya tubuhku inilah yang kumiliki, kuserahkan padamu untuk membalas budi dengan segala keiklasan….. ! Hay Kongcu……… aku kagum padamu, aku cinta padamu……. "

Gadis itu merintih ketika Hay Hay dengan halus mendorongnya lalu pemuda itu bangkit duduk. Tadinya diapun terseret gelombang nafsu dan membalas ciuman dan belaian gadis itu, namun kesadarannya membuat dia melihat betapa buruknya kalau dia lanjutkan. Seolah-olah dia menolong dengan pamrih imbalan yang demikian rendah! Dia bukan hendak membeli tubuh Siok Bi, melainkan kebebasannya!






"Siok Bi, sadarlah! Aku kagum dan suka pula padamu, akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa aku lalu ingin memperoleh imbalan darimu. Ingat, engkau sudah bersiap-siap menempuh jalan bersih bersama pemuda yang mencintamu. Maka, sejak saat ini, engkau harus menahan semua perasaanmu dan harus pula menjadi seorang calon isteri yang setia! Kalau begitu, baru engkau dapat mengharapkan akan membentuk rumah tangga bahagia dengan pemuda itu."

Wajah gadis itu menjadi merah dan ia segera meloncat turun dari atas pembaringan, membereskan pakaiannya, kemudian menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Hay Hay.

"Kongcu, aku menghaturkan banyak terima kasih dan juga mohon maaf atas kelancanganku tadi."

Gadis itu semakin kagum, akan tetapi juga jerih karena kini ia merasa bahwa pemuda ini bukanlah manusia biasa! Tidak mungkin ada pria, apalagi masih muda, yang mampu bertahan seperti itu, padahal keduanya sudah saling peluk dan saling berciuman di atas pembaringan dalam sebuah kamar! Padahal ia sudah siap menyerahkan diri dengan suka rela! Dan pemuda itu demikian pandai merayu, demikian pandai bercumbuan! Selama hidupnya, belum pernah Siok Bi mengalami hal seperti itu.

Hay Hay menyentuh kedua pundaknya dan menariknya berdiri, Hay Hay memandang wajah yang manis itu, tersenyum, kemudian memberi ciuman mesra pada dahi yang halus itu.

"Siok Bi, tidak perlu berterima kasih dan tidak perlu minta maaf. Uang itu hanyalah uang rumah judi, bukan uangku. Dan tentang maaf, terus terang saja, akupun amat suka kepadamu, dan alangkah akan mudahnya dan senangnya kalau aku menuruti bisikan nafsu. Akan tetapi, orang harus lebih dahulu sadar, waspada dan memperhitungkan segala perbuatan, bukan membuta karena nafsu. Kalau kita menuruti nafsu sekarang, nanti kita berdua akan merasa menyesal sekali. Terutama engkau, Siok Bi. Di sudut hatimu tentu akan timbul penyesalan karena engkau telah berkhianat terhadap cinta pemuda itu. Nah, katakan kemana aku harus menyerahkan uang itu kepada Hartawan Coa. Aku ingin urusan selesai sekarang juga."

"Ah, jangan sekarang, kongcu. Besok pagi saja, karena malam ini Hartawan Coa tidak berada di rumah. Dia bermalam di rumah penginapan ini!"

"Ehhh? Disini? Kenapa……. ?" Hay Hay bertanya heran.

Gadis itu mengerutkan alisnya.
"Aku sendiri tidak tahu. Akan tetapi dia sudah seringkali begitu, bermalam dimana saja dan itu tandanya bahwa dia memperoleh seorang korban baru, seorang gadis yang baru saja di dapatnya!”

Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar dan terdengar suara seorang laki-laki, suara yang parau dan dalam,

“Dimana kamar untukku? Harus yang paling baik!”

“Tentu saja, tentu saja…… tai-ya. Disana, di kamar paling kiri, sudah kami persiapkan……”

Siok Bi menaruh telunjuk ke depan mulutnya.
"Sttt, itu dia…….!" bisiknya.

Hay Hay lalu membuka daun pintu dan keluar dengan tenang. Dia sempat melihat seorang laki-lakl tinggi besar bermuka hitam bopeng! Dia terbelalak. Kiranya pemilik rumah judi, pemimpin dan kepala dari para bandar curang itu, bukan lain adalah hartawan yang sudah ada janji rahasia dengan isteri Gui Lok, pemilik rumah penginapan dan rumah makan Hok-lai-koanl

Dia melihat pria tinggi besar itu memasuki kamar terbesar di sebelah kiri, dan dua orang tukang pukul atau jagoan yang bertubuh kokoh kekar berjaga di luar kamar itu! Isteri Gui Lok itu, yang bernama Kim Hwa, si cantik genit, berjanji akan mengantarkan puteri tirinya setelah lewat jam duabelas malam ke kamar itu! Mempergunakan obat bius pula!

Dia harus mencegah terjadinya peristiwa terkutuk itu. Kasihan Ai Ling, gadis pendiam yang bagaikan bunga baru mekar itu harus dipetik secara paksa, direnggut oleh Hartawan Coa yang rakus ini! Diapun cepat masuk lagi ke dalam kamarnya.

"Kiranya si tinggi besar muka bopeng itukah Hartawan Coa?" katanya kepada Siok Bi.

Pantas saja gadis jelita ini merasa menderita. Wanita muda mana yang suka menjadi selir seorang laki-laki seperti itu yang kelihatannya kasar dan bengis? Siok Bi mengangguk.

"Siok Bi, engkau pulanglah. Besok akan kubereskan persoalanmu. Aku akan menemui dia di rumahnya dan menebus dirimu, kemudian kuantar engkau ke rumah calon suamimu."

Siok Bi merasa gembira sekali.
"Terima kasih , Hay Kongcu, terima kasih……..!” Ia menghampiri dan merangkul lagi, akan tetapi tiba-tiba dia menahan diri dan menatap wajah pemuda itu. Dua pasang mata saling bertaut. "Bolehkah aku……. , kongcu…….. ?"

Hay Hay tersenyum, mengangguk dan menerima ciuman hangat gadis itu, sebuah ciuman yang tidak lagi dicekam nafsu birahi, melainkan ciuman yang mengandung rasa haru, sukur dan terima kasih yang amat besar. Kemudian gadis itu melepaskan rangkulannya disertai isak tertahan, lalu keluar dari dalam kamar itu. Akan tetapi Hay Hay menangkap lengannya.

“Jangan, jangan lewat situ, lebih baik jangan terlihat bahwa engkau berada disini." katanya dan dia membuka jendela, lalu membantu Siok Bi meninggalkan kamarnya lewat jendela yang menembus ke dalam kebun yang gelap.

Setelah Siok Bi pergi, Hay Hay menutup daun jendela dari luar karena diapun meninggalkan kamarnya untuk melakukan pengintaian dalam usahanya menyelamatkan Al Ling dari ancaman bahaya yang lebih mengerikan dari pada maut!

Di dalam sebuah kamar di rumah yang letaknya tepat di belakang rumah penginapan, bahkan bergandeng dengan penginapan itu. Hay Hay menemukan orang yang dicarinya, yaitu Ai Ling. Kamar gadis itu cukup rapi dan bersih dan ketika Hay Hay tiba di luar kamar, ternyata Kim Hwa, ibu tiri gadis itu telah berada di dalam kamar! Kalau Ai Ling berpakaian sederhana saja, pakaian tidur yang longgar, sebaliknya Kim Hwa mengenakan pakaian yang indah seolah-olah ia hendak bepergian. Mukanya juga dirias dengan pesolek sekali.

Hay Hay teringat akan janji wanita genit itu untuk berkunjung ke kamarnya lewat tengah malam, dan mukanya menjadi merah. Agaknya wanita genit itu memang bersolek untuk berkunjung ke kamarnya dengan maksud yang tidak sukar untuk ditebak. Sungguh kasihan sekali ayah kandung Ai Ling mengawini seorang wanita seperti Kim Hwa. Bukan saja selalu siap untuk melakukan penyelewengan dan berjina dengan laki-Iaki lain, akan tetapi bahkan tidak ragu-ragu untuk menjebloskan puteri tirinya ke dalam lembah kehinaan, menjadikannya korban dan mangsa srigala berwajah manusia seperti Hartawan Coa!

"Ai Ling, kenapa engkau tidak mau makan? Makanlah, agar jangan masuk angin. Engkau tahu, kita mempunyai banyak pekerjaan dan kalau engkau jatuh sakit, kami akan sibuk bukan main."

"Aku tidak nafsu makan dan kepalaku agak pening," Ai Ling mengeluh, "biarkan aku tidur saja, tentu besok juga sudah sembuh."

"Mana bisa tidur dengan perut kosong? Kalau begitu, biar kau minum saja obat masuk angin. Manjur sekali obatku, pemberian Sinshe Tung. Biar kuambilkan sebentar"

Kim Hwa lalu keluar dari dalam kamar itu dengan menyeret sandalnya. Ai Ling menarik napas panjang dan duduk di tepi pembaringan. Tiba-tiba muncul seorang pemuda di dalam kamar itu. Ai Ling yang sedang melamun, terkejut bukan main ketika melihat bahwa yang muncul seperti setan itu adalah pemuda yang tadi pagi sarapan di rumah makan dan dilayaninya, pemuda tampan yang amat ramah dan menyenangkan hatinya. Saking kagetnya, hampir ia menjerit, akan tetapi Hay Hay cepat menaruh telunjuknya di depan mulut.

"Sssttt, tenanglah nona dan jangan berisik. Aku datang untuk membebaskanmu dari ancaman bahaya!"

"Apa….. apa maksudmu, kongcu ...? Aku tidak mengerti….. " Gadis itu masih takut-takut dan bingung.

"Sstt, dengarlah baik-baik. Ibu tirimu bermaksud mengorbankan engkau kepada Hartawan Coa, dan obat yang ia berikan itu adalah obat bius. Karena itu, ingat baik-baik, kalau ia datang memberikan obat, katakan saja bahwa engkau tidak suka dan agar ia sendiri yang minum obat itu. Mengerti?"

Gadis itu mengangguk dan masih bingung.
"Akan tetapi…… "

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar