*

*

Ads

Jumat, 06 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 038

"Ikuti saja petunjukku kalau engkau mau selamat." bisik Hay Hay dan pada saat itu terdengar bunyi sandal diseret.

Sekali berkelebat, tubuh Hay Hay sudah lenyap karena dengan cepat dia sudah, menyelinap ke balik pembaringan itu, tertutup kelambu dan lemari pakaian.

Daun pintu kamar terbuka dari luar dan masuklah Kim Hwa dengan langkahnya yang gemulai. Ia membawa sebuah cawan terisi cairan merah yang berbau harum.

"Nah, ini obat masuk angin. Minumlah, Ai Ling sayang, agar tubuhmu terasa segar dan besok kau dapat bekerja dengan rajin. Minumlahl.”

Ia menyerahkan cawan itu dan Ai Ling memandang cawan itu dengan alis berkerut. Ia masih merasa heran akan kemunculan Hay Hay dan semua ucapan pemuda itu. Akan tetapi, apa yang ia dengar dari pemuda itu bukan hal yang tidak boleh jadi! Ia tahu bahwa diam-diam ibu tirinya ini tidak suka kepadanya, apalagi ketika pada suatu hari ia pernah menegur ibu tirinya yang suka bercanda secara keterlaluan dan berlebihan dengan pegawai-pegawai pria.

Ia bahkan berani menduga bahwa ibu tirinya itu tentu mempunyai hubungan gelap dengan beberapa orang pegawai. Maka, tidak akan mengherankan kalau ibu tirinya mempunyai tipu muslihat busuk dan menjerumuskannya ke pelukan Hartawan Coa. Ia bergidik dan melihat betapa cawan itu seperti mengandung racun!

"Tidak, aku tidak mau minum. Aku mau tidur saja, harap kau suka minum saja sendiri obat itu!" katanya, teringat akan pesan Hay Hay.

Kim Hwa terbelalak. Sungguh ia merasa aneh sekali mengapa ucapan puterinya itu mempunyai kekuatan mendorongnya sehingga timbul suatu keinginan aneh dalam dirinya, yaitu untuk minum "obat" dalam cawan itu! Tentu saja cawan itu berisi obat pemberian Hartawan Coa yang ia campur dengan anggur merah.

"Apa? Kuminum sendiri………..?" ia berkata penuh keraguan, setengah berbisik.

Melihat sikap ibu tirinya ini, Ai Ling juga merasa heran dan teringat akan pesan pemuda aneh ltu, iapun menjawab.

"Benar, lebih baik kau minum sendiri obat itu!"

Dan kini terjadi keanehan dalam sikap Kim Hwa.
"Baik, kuminum saja sendiri, kuminum sendiri…….. " dan sepertl dalam mimpi, iapun lalu minum obat dalam cawan itu sampal habis!

Setelah minum obat itu, Kim Hwa melepaskan cawan kosong yang jatuh berkerontang di atas lantai, ia berdiri dengan tubuh bergoyang-goyang dan kedua matanya dipejamkan.

Ai Ling memandang khawatir. Obat itu adalah obat yang mengandung bius, membuat orang kehilangan kemauan, juga mengandung obat perangsang sehingga orang yang minum obat ini dalam keadaan tidak sadar akan menjadi hamba nafsu birahinya sendiri. Kim Hwa mengeluh, lalu tanpa pamit ia keluar dari kamar itu, diikuti pandang mata Ai Ling yang masih bingung dan khawatir.

Hay Hay muncul lagi, dipandang oleh Ai Ling yang masih menaruh curiga kepadanya. Akan tetapi pemuda itu tidak rnelakukan sesuatu yang tidak pantas, bahkan Hay Hay cepat berkata kepadanya,

“Ai Ling, cepat kau beritahukan kepada ayahmu bahwa ibu tirimu mengadakan pertemuan dengan Hartawan Coa di dalam kamar terbesar di rumah penginapan Hok-lai-koan. Suruh ayahmu pergi sendiri menangkap basah isterinya yang menyeleweng itu dan jangan takut! Aku akan melindunginya. Kim Hwa itu harus dihukum, Ai Ling, demi keselamatan ayahmu dan engkau sendiri. Cepat!"

Dan kembali Hay Hay berkelebat lenyap dari dalam kamar. Sejenak Ai Ling bengong dan bulu tengkuknya meremang. Apakah pemuda itu bukan manusia melainkan setan yang pandai menghilang? Ataukah dewa yang hendak menolong ia dan ayahnya? Ia tidak merasa heran mendengar betapa ibu tirinya menyeleweng, mengadakan pertemuan dalam kamar hotel dengan Hartawan Coa. Akhirnya ia turun dan pergi kekamar ayahnya.

Bagaikan seorang yang kehilangan ingatannya, Kim Hwa melalui pintu tembusan menuju ke ruangan rumah penginapan Hok-lai-koan. Yang dlingatnya hanya dua hal. Pertama mengantarkan Ai ling ke kamar Hartawan Coa, dan kedua pergi mengunjungi pemuda ganteng yang menarik hati, yang menginap di kamar nomor tujuh belakang. Akan tetapi, tubuhnya terasa demikian ringan dan ia tidak ingat lagi mengapa ia menjadi begitu, kepalanya juga ringan dan kosong!






Ketika tiba-tiba Hay Hay muncul, ia tidak terkejut dan tersenyum genit. Apalagi ketika Hay Hay berbisik,

"Manis, aku sengaja menjemputmu! Mari kita pergi ke kamarku sayang !"

Kim Hwa tertawa kecil dengan sikap genit lalu membiarkan dirinya digandeng oleh pemuda yang menarik hatinya itu dan ia malah menyandar dan mereka berdua berjalan sambil bergandeng tangan.

Hay Hay tidak membawa wanita itu ke kamarnya melainkan diajaknya menghampiri kamar besar dimana terdapat dua orang jagoan yang berjaga. Malam sudah larut, menjelang tengah malam dan suasana sunyi. Dua orang jagoan itu duduk di atas kursi, agak melenggut. Mereka tenang saja karena siapa yang akan berani mati mengganggu majikan mereka?

"Mari Ai Ling, marilah sayang……..”

Suara ini mengejutkan dua orang jagoan itu. Akan tetapi ketika mereka mengangkat muka, mereka melihat sekelebatan seorang pemuda bergandeng tangan dengan seorang wanita cantik. Anehnya, begitu mereka memandang, pemuda itu lenyap dan yang nampak adalah dua orang wanita muda yang sedang menghampiri mereka sambil saling bergandeng tangan.

Ketika lampu gantung menerangi wajah mereka, dua orang jagoan ini cepat berdiri dan menyeringai senang. Mereka sudah tahu bahwa majikan mereka menanti datangnya isteri pemilik rumah penginapan itu yang akan mengantarkan puterinya, dan ternyata kini mereka benar-benar muncul!

Melihat betapa gadis manis itu seperti orang mabok, tahulah mereka bahwa gadis itu telah minum obat bius, dan isteri pemilik rumah penginapan yang cantik genit itu senyum-senyum kepada mereka. Kedua orang “wanita” ini menghampiri pintu dan mengetuk tiga kali. Dua orang jagoan itu tidak menghalangi mereka, hanya saling pandang dan tersenyum-senyum penuh arti.

"Siapa mengetuk pintu?" terdengar suara yang parau dari dalam, suara Hartawan Coa yang memang sejak tadi belum tidur dan dengan tidak sabar menanti datangnya Kim Hwa yang berjanji akan mengantar Gui Ai Ling, si perawan jelita.

"Saya Kim Hwa, tai-ya, saya mengantarkan Ai Ling. Harap buka pintunya!"

Mendengar suara ini, tentu saja Hartawan Coa menjadi girang dan dia cepat membuka daun pintu. Mula-mula ia terkejut melihat bahwa yang berdiri di depan pintu adalah seorang pemuda yang tidak dikenalnya dan Kim Hwa, isteri pemilik rumah penginapan yang genit itu, akan tetapi ketika dia berkedip dan mendengar suara Kim Hwa,

"Saya Kim Hwa dan Ai Ling datang seperti yang saya janjikan, tai-ya," dan dia membuka mata, ternyata yang berdiri di depannya adalah Kim Hwa dan Ai Ling, gadis yang membuatnya selalu menelan air liur itu!

"Ahhh, engkau sudah datang, manis!" katanya sambil menggandeng tangan Ai Ling. "Mari masuk, manis!"

Ai Ling menurut saja digandeng masuk, dan Kim Hwa tersenyum.
"Bersenang-senanglah tai-ya dengan Ai Ling, saya harap tai-ya tidak lupa kepada saya."

Hartawan Coa yang sudah tidak sabaran itu, hanya mengangguk dan menutup kembali daun pintu tanpa menguncinya karena bukankah di luar sudah ada dua orang pengawalnya, jagoan-jagoan yang dapat dipercaya menjaga disitu semalam suntuk? Kim Hwa lalu melenggang pergi.

"Eih, nyonya muda. Hendak kemana? Apakah tidak mau menemani kami disini sebentar menghilangkan dingin dan kantuk?" seorang diantara dua penjaga itu menegur dan menggoda.

Kim Hwa hanya tersenyum.
"Lain kali saja, aku mempunyai keperluan lain." Dan iapun mempercepat langkahnya.

Setelah tiba di tempat gelap, ternyata bahwa "Kim Hwa" ini bukan lain adalah Hay Hay yang tadi mempergunakan kekuatan sihirnya untuk membuat mata dua orang jagoan dan juga mata Hartawan Coa melihatnya seperti Kim Hwa, sedangkan Kim Hwa sendiri yang sudah berada di bawah pengaruh obat bius itu mereka lihat sebagai Gui Ai Ling!

Hay Hay mengintai tak jauh dari situ. Tidak lama dia mengintai karena segera dia melihat seorang laki-laki gendut berlari-lari melalui pintu tembusan dari rumah Gui Lok, menuju ke rumah penginapan itu. Dia bukan lain adalah Gui Lok, pemilik rumah penginapan dan rumah makan Hok-lai-koan. Agak jauh di belakangnya dia melihat pula Ai Ling berjalan dengan muka khawatir.

Gui Lok yang menerima pelaporan puterinya bahwa isterinya mengadakan pertemuan gelap dengan laki-laki di dalam kamar hotelnya, tentu saja menjadi marah sekali dan dia langsung menuju kekamar besar, kamar istimewa termahal di rumah penginapannya itu. Ketika tiba di depan kamar, dua orang tukang pukul mencoba untuk menghadangnya, akan tetapi si gendut Gui Lok berteriak lantang.

"Ini rumah penginapanku sendiri! Siapa berhak melarang?"

Dua orang tukang pukul itu tentu saja tahu bahwa Gui Lok pemilik rumah penginapan itu, maka merekapun merasa sungkan, juga mereka terbelalak heran bukan main melihat Ai Ling berada di belakang si gendut itu! Bukankah tadi mereka melihat sendiri betapa gadis itu diantar oleh ibu tirinya memasuki kamar majikan mereka dan kini sedang dalam pelukan majikan mereka ? Bagaimana kini tahu-tahu gadis itu berada di luar kamar tanpa sepengetahuan mereka? Apakah tadi mereka bermimpi? Padahal mereka tidak pernah tidur.

Bagaimanapun juga, melihat adanya gadis itu, hati mereka tidak khawatir. Kalau gadis itu tidak berada di dalam kamar majikan mereka, apa yang mereka khawatirkan? Biarkan si gendut itu membikin ribut, kalau majikan mereka yang kini tentu sendirian saja keluar, tentu si gendut itu yang akan mendapat kemarahan! Kiranya majikan mereka sedang tidur sendirian di kamar itu!

Melihat dua orang penjaga itu tidak menghalanginya lagi, Gui Lok lalu menghampiri daun pintu kamar itu dan menggedor-gedor dengan keras.

"Buka pintu! Kim Hwa, engkau tidak perlu sembunyi! Aku sudah tahu bahwa engkau berada di dalam bersama laki-laki lain! Engkau perempuan busuk, pelacur hina, isteri yang menyeleweng tak tahu malu!"

Karena Gui Lok dilanda kemarahan hebat, maka dia berteriak-teriak seperti orang gila. Tentu saja teriakannya yang keras itu membangunkan semua tamu dan sebentar saja, semua kamar di rumah penginapan itu terbuka dan para tamu sudah keluar dari dalam kamar untuk menonton pertunjukan menarik itu.

Hay Hay juga keluar dari kamarnya, bersama para tamu ikut pula menonton. Ketika pandang matanya bertemu dengan pandang mata Ai Ling yang nampak khawatir, dia berkedip dan menganggukkan kepala, seolah memberi jaminan kepada gadis itu agar tidak usah takut karena ada dia yang akan melindunginya. Dan anehnya, melihat pemuda itu, hati Ai Ling menjadi agak tenteram, tidak lagi ketakutan seperti tadi.

"Hayo buka, kau perempuan laknat, pelacur hina tak tahu malu! Dorr-dorr-dorr!!"

Cui Lok terus menggedor pintu dengan kemarahan meluap, apalagi melihat munculnya banyak tamu. Semua orang melihat dan mengetahui betapa isterinya telah menyeleweng. Betapa malunya dia kalau tidak dapat membikin perhitungan dengan isterinya itu!

Dapat dibayangkan betapa kagetnya mereka yang sedang bermesraan di dalam kamar itu. Baru saja Hartawan Coa dan Kim Hwa mendapatkan kenyataan yang mengejutkan hati mereka berdua, Kim Hwa mulai ditinggalkan pengaruh obat bius dan ketika ia sadar lalu mendapatkan dirinya dalam pelukan Hartawan Coa, hampir saja ia menjerit. Bukankah seharusnya ia berada dalam pelukan pemuda tampan yang pandai merayu itu? Kenapa kini ia berada dalam rangkulan Hartawan Coa yang bertubuh tinggi besar seperti raksasa, penuh bulu kasar, mukanya hitam dan bopeng? Bukankah seharusnya Ai Ling yang berada di pelukan hartawan ini? Akan tetapi ia seorang wanita yang cerdik. Walaupun ia tidak mengerti mengapa bisa begini, namun ia pandai bersandiwara dan dengan manja ia lalu mempererat rangkulannya dan mengeluarkan suara rintihan manja.

Sementara itu, Hartawan Coa juga sudah tidak lagi terpengaruh kekuatan sihir yang dilepaskan Hay Hay tadi, dan kini dia melihat bahwa yang dipeluk dan digumulinya sejak tadi bukanlah gadis yang dirindukannya itu, melainkan isteri Gui Lok, nyonya muda yang cantik dan genit itu! Diapun terkejut mengapa bisa terjadi perubahan ini! Padahal tadi, jelas dia melihat bahwa yang dibimbingnya masuk adalah Ai Ling dan gadis itu tadi menurut saja tanpa melawan karena berada dalam pengaruh obat bius.

Akan tetapi, mengapa kini mendadak berganti orang? Bagaimanapun juga, hartawan ini memang cocok dengan Kim Hwa dan biarpun dia terheran, dia tidak begitu perduli lagi setelah merasakan kehangatan tubuh dan kepandaian Kim Hwa merayu dan melayaninya. Diapun mendekap semakin kuat dan keduanya tenggelam ke dalam gelombang nafsu yang tak pernah mengenal puas.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar