*

*

Ads

Kamis, 31 Mei 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 183

Gadis itu tersenyum, kemudian menuangkan isi botol itu, diterima oleh mulutnya yang terbuka sehingga ia dapat minum anggur itu tanpa menyentuh bibir botol dengan bibirnya.

Melihat mulut gadis itu terbuka, melihat rongga mulut yang merah sehat, gigi yang putih berkilau dan lidah yang merah jambu, bibir yang basah kemerahan pula, Hay Hay menelan ludah. Seorang gadis yang sehat dan bersih, dan memiliki daya tarik yang amat kuat justeru oleh kesederhanaannya!

"Hemm, engkau terlalu sopan, Nona." katanya setelah gadis itu mengembalikan botol anggur.

Gadis itu tidak menanggapi, melainkan memuji.
"Anggurmu sungguh enak."

"Dan ini untuk mencuci dan menyegarkan mulut!" kata Hay Hay, mengeluarkan empat buah pir dan memberikannya kepada gadis itu dua buah.

Wajah itu nampak berseri.
"Heii! Engkau seperti tahu saja akan buah kesukaanku!" teriaknya dan iapun segera makan buah pir yang banyak airnya itu, segar dan manis rasanya, dan memang merupakan pencuci mulut yang segar untuk menghilangkan amis dari daging ikan tadi.

Mereka kini makan buah dan duduk berhadapan di atas rumput. Tiba-tiba Hay Hay tertawa,

“Sungguh lucu sekali!"

"Apanya yang lucu?"

Gadis itu bertanya heran lalu memandangi tubuhnya, membereskan rambutnya yang agak awut-awutan karena ia mengira dirinya yang nampak lucu.

"Kita sudah menangkap ikan bersama, makan ikan dan minum anggur, kini makan buah bersama, seperti dua orang sahabat karib yang saling mengenal selama bertahun-tahun. Padahal kita baru saja saling jumpa secara kebetulan, bahkan kita belum mengenal nama masing-masing. Apakah kau kira tidak sepatutnya kalau kita saling memperkenalkan nama? Namaku adalah Hay Hay."

"Dan namaku Ling Ling."

"Heii! Nama kita juga mirip, hanya satu suku kata yang diulang. Ling Ling, nama yang indah dan manis sekali, sesuai dengan orangnya!"

Ling Ling adalah Cia Ling, puteri tunggal dari Cia Sun. Seperti telah kita ketahui, Cia Ling atau panggilannya Ling Ling ini meninggalkan tempat tinggal ayahnya di dusun Ciangsi-bun di sebelah selatan kota raja, berkunjung ke Cin-ling-pai. Kemudian ia meninggalkan Cin-ling-pai untuk melanjutkan perjalanannya merantau dan mencari pengalaman sebelum pulang ke rumah orang tuanya.

Dalam perjalanannya inilah ia mendengar akan persekutuan para tokoh dunia hitam yang kabarnya bersarang di dataran tinggi Yunan. Ia merasa tertarik. Persekutuan orang jahat itu tentu akan ditentang oleh para pendekar, pikirnya, mengingat akan cerita ayahnya tentang pengalaman ayahnya dahulu ketika masih muda, dimana para pendekar selalu siap untuk menentang gerakan para penjahat di dunia kang-ouw.

Inilah kesempatan baik untuk meluaskan pengetahuan, pikirnya. Demikianlah, gadis gagah perkasa ini tanpa ragu lagi lalu melakukan perjalanan menuju ke selatan, ke Yunan. Dan ketika tiba di Telaga Cou, dara perkasa ini tertarik sekali dan menyewa perahu kecil sampai perjumpaannya yang tak disangka-sangka dengan seorang pemuda yang aneh dan menarik hatinya.

Gadis ini mengalami cukup banyak godaan dan halangan di sepanjang perjalanannya, namun berkat ilmu silatnya yang tinggi, ia mampu mengatasi semua halangan, bahkan banyak menghajar orang-orang jahat yang berani mengganggunya, baik untuk merampok perbekalannya ataupun untuk mengganggu dirinya sebagai seorang gadis muda yang cukup menarik dan yang melakukan perjalanan sendirian saja.

Kini, mendengar kata-kata Hay Hay yang mengatakan bahwa namanya indah dan manis sekali sesuai dengan orangnya, gadis ini memandang dengan sinar mata tajam penuh selidik, dan sepasang alisnya berkerut sedikit. Namun, suaranya masih terdengar lembut dan sabar ketika ia bertanya.

"Apa maksudmu?"

Ia mulai merasa.curiga, mengira bahwa Hay Hay tiada bedanya dengan para lelaki yang pernah dijumpainya di dalam perjalanan yaitu pada akhirnya lelaki-lelaki itu hanya ingin merayunya dan menjatuhkannya!






Akan tetapi Hay Hay tersenyum lebar dan memandang dengan polos.
"Apa maksudku? Sudah jelas. Namamu itu, Ling Ling, terdengar merdu seperti nyayian dan indah manis, seperti pemiliknya. Apakah engkau belum tahu bahwa engkau adalah seorang gadis yang amat menarik, sederhana namun manis dan mengandung daya tarik bagaikan besi sembrani, Adik Ling Ling?"

Kalau tadinya Ling Ling sudah siap untuk menegur atau bahkan menghajar pemuda itu andaikata berani kurang ajar, kini gadis itu bimbang. Pemuda ini memang memujinya, bahkan kata-katanya mirip rayuan akan tetapi pandang matanya dan suaranya sama sekali bukan seperti para pria lain yang hendak berkurang ajar kepadanya. Mata itu demikian polos, dan suaranya juga datar saja seolah-olah bicara tentang kecantikannya merupakan hal yang lumrah dan sewajarnya, seperti seorang memuji keindahan setangkai bunga saja! Karena itu, iapun tidak dapat marah, melainkan mengamati wajah pemuda itu dengan penuh selidik.

"Hemm, baru sekarang ada orang mengatakan bahwa aku manis menarik. Hay-ko (Kakak Hay ), katakan, apanya sih yang manis menarik?"

Senang hati Hay Hay disebut Hay-ko setelah tadi dia menyebut Ling-moi (Adik Ling), terdengar demikian akrab dan mesra, seperti kakak beradik, atau seperti... pacar saja!

"Ha-ha, apamu yang menarik, Ling-moi? Entahlah, sukar untuk menentukan. Mungkin matamu yang lembut itu, atau mulutmu yang selalu tersenyum atau juga hidungmu yang cupingnya dapat kembang kempis lucu, atau rambutmu yang hitam panjang awut-awutan itu. Atau kesemuanya ditambah kesederhanaanmu, kelembutanmu, pakaianmu yang sederhana namun bahkan menonjolkan keindahan bentuk tubuhmu, waah, pendeknya engkau manis menarik!"

Kini Ling Ling tertawa. Bukan, bukan perayu kurang ajar yang mempunyai niat buruk, pikirnya. Pemuda ini lain sama sekali daripada para pria lainnya. Pria lainnya yang dijumpai, selalu memandang kepadanya dengan sinar mata yang jelas membayangkan kebangkitan nafsu berahi, senyum-senyum buatan untuk memikat, kata-kata rayuan yang juga isinya penuh dengan daya pikat, mata dan mulut yang jelas mengandung kekurangajaran.

Akan tetapi pemuda ini lain sama sekali. Biarpun rayuannya maut, lebih manis dan menyenangkan dibandingkan semua rayuan yang pernah didengarnya, namun sinar mata pemuda ini polos dan bersih dari nafsu, dan tidak ada nampak bayangan keinginan untuk memikat, apalagi kurang ajar. Maka iapun tertawa.

"Hi-hik, Hay-ko, engkau sungguh seorang perayu besar! Rayuanmu yang maut itu bisa membuat kepala seorang gadis menjadi tujuh keliling dan membuat ia bertekuk lutut dan takluk kepadamu! Apakah engkau seorang laki-laki mata keranjang yang suka merayu wanita?"

Hay Hay menarik napas panjang.
"Sudah mejadi nasibku barangkali, sudah suratan takdir bahwa selama hidupku, aku akan dicap sebagai seorang laki-laki mata keranjang! Hampir semua wanita menganggap aku mata keranjang dan perayu besar!"

"Tapi engkau memang perayu besar, Hay-ko. Selama hidupku, belum pernah aku dipuji laki-laki seperti yang kau lakukan tadi!" Ling Ling berkata, akan tetapi sambil tersenyum

Kembali Hay Hay menarik napas panjang.
"Itulah nasibku! Aku sama sekali tidak pernah merayumu, Ling-moi. Aku hanya jujur dan terus terang saja, mengatakan apa adanya. Memang engkau manis menarik, habis aku harus berkata bagaimana?"

"Apakah engkau selalu memuji setiap orang wanita yang kau jumpai?"

“Iya, sebagian besar. Karena bagiku, setiap orang wanita itu seperti juga bunga. Bunga itu bermacam-macam, baik bentuknya maupun warnanya, akan tetapi adakah bunga yang buruk? Semua indah dan semua cantik, dalam coraknya sendiri, memiliki keistimewaan sendiri. Dan aku memandang wanita seperti memandang bunga, aku selalu kagum akan keindahan seorang wanita seperti kagum kepada keindahan bunga. Salahkah kalau aku memuji keindahan itu?"

"Memuji keindahan bunga lalu ingin memetiknya?"

"Ah, tidak! Aku bukan perayu, Ling-moi! Aku suka akan keindahan, bagaimana mungkin aku ingin merusak keindahan itu? Tidak, aku hanya cukup puas dengan memandangnya, mengamati dan mengagumi kecantikannya."

Ling Ling memandang kagum.
"Engkau seorang laki-laki yang aneh, terlalu jujur dan tentu banyak mengalami hal-hal yang menyusahkan karena kejujuranmu itu, Hayko."

Tiba-tiba terdengar suara orang, suara yang parau dan kasar,
"Heh-heh, kiranya engkau sudah berada disini, Nona manis!"

Hay Hay masih duduk dan hanya memutar tubuh untuk memandang saja. Akan tetapi Ling Ling sudah meloncat dan bangkit berdiri. Hay Hay memperhatikan tiga orang yang muncul itu. Mereka itu adalah tiga orang laki-laki yang usianya antara empat puluh dan lima puluh tahun. Ketiganya mengenakan pakaian serba putih!

Yang dua orang bertubuh tinggi besar dan nampak kokoh kuat, dengan lengan berotot dan sepasang mata yang liar, muka mereka kehitaman, seorang berjenggot panjang dan seorang lagi tanpa jenggot. Orang ke tiga, yang pakaiannya juga putih seperti dua orang terdahulu, lebih tua beberapa tahun, akan tetapi orang ke tiga ini bertubuh pendek gendut seperti bola.

Yang membuat Hay Hay terkejut adalah muka orang ini, karena muka ini agak pucat. Hal ini bukan berarti bahwa orang gendut itu berpenyakitan. Kepucatan mukanya berbeda dengan pucatnya orang yang tidak sehat. Hay Hay mengenal orang itu sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi hanya dengan melihat mukanya.

Dia pernah mendengar dari para gurunya bahwa di dunia kang-ouw banyak terdapat ilmu sesat diantaranya latihan hawa sakti yang dapat membuat wajah orang itu menjadi pucat, akan tetapi semakin pucat wajahnya, semakin kuat sin-kang sesat yang dilatihnya.

Dugaan Hay Hay ini memang tepat. Tiga orang itu adalah anggauta perkumpulan Kui-kok-pang (Perkumpulan Lembah Iblis), sebuah perkumpulan di Lembah Iblis yang berada di lereng Gunung Hong-san. Perkumpulan.Kui-kok-pang ini dipimpin oleh ketuanya yang bernama Kim San, seorang yang berilmu tinggi dan mukanya sepucat mayat.

Seperti juga ketuanya, semua anggauta Kui-kok-pang mengenakan pakaian serba putih, dan ketinggian tingkat mereka dapat dilihat dari keadaan muka mereka. Yang lebih pucat berarti lebih tinggi kedudukannya dan ilmu kepandaiannya.

Dua orang tinggi besar yang mukanya kehitaman, dengan kepucatan yang hampir tidak nampak karena kulit muka yang hitam, menunjukkan bahwa mereka berdua adalah anggauta-anggauta biasa saja yang masih rendah tingkatnya, dan mereka lebih mengandalkan tenaga otot daripada tenaga sakti. Akan tetapi orang ke tiga, yang bertubuh pendek gendut seperti bola, mukanya pucat dan ini menunjukkan bahwa tingkatnya lebih tinggi daripada kedua orang temannya yang bermuka hitam.

Ketika mendengar teguran parau dan kasar tadi, Ling Ling cepat menengok. Ketika melihat dua orang laki-laki tinggi besar yang mukanya kehitaman, seketika wajah Ling Ling berubah merah dan iapun meloncat bangun, berdiri sambil bertolak pinggang, sepasang matanya mengeluarkan sinar berapi ketika memandang kepada mereka.

"Hemm, kiranya kalian anjing-anjing hitam yang kurang ajar itu berani muncul kembali! Apakah kalian masih belum jera dan.minta dihajar lagi?" kata Ling Ling.

Dua orang laki-laki muka hitam itu saling pandang, kemudian mereka menoleh kepada laki-laki perut gendut sambil berkata.

"Nah, engkau dengar sendiri, Suheng! Ia memang seorang gadis yang sombong dan memandang rendah kepada kita!" kata Si Hitam yang berjenggot kambing.

Si Pendek perut gendut melangkah maju menghadapi Ling Ling. Sejenak dia tidak bicara apapun, hanya mengamati wajah gadis itu dengan sinar mata mencorong, kemudian dia berkata, suaranya kecil seperti suara tikus terpencet, sehingga terdengar lucu dan berlawanan dengan tubuhnya yang gendut.

"Nona, agaknya engkau tidak tahu, bahwa kami adalah orang-orang Kui-kok-pang! Agaknya Nona baru saja memasuki dunia kang-ouw, seperti burung yang baru belajar terbang sehingga tidak mengenal kami. Oleh karena itu, kalau Nona mau bersikap manis dan minta maaf, kamipun akan menyudahi urusan ini dan menganggap bahwa Nona masih kanak-kanak yang tidak tahu akan kebesaran Kui-kok-pang."

Mendengar disebutnya nama Kui-kok-pang, diam-diam Hay Hay terkejut karena dia sudah mendengar akan nama besar perkumpulan itu. Akan tetapi dia harus tahu dulu akan duduk perkaranya sebelum berpihak, maka sebelum Ling Ling yang bersikap tenang namun marah itu menjawab, dia sudah mendahului.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar