*

*

Ads

Minggu, 27 Mei 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 165

Gadis itu mengamati dan benar saja, tulang di tengkuk kijang itu patah dan ada tanda menghitam bekas sambitan. Ia mengerutkan alisnya, akan tetapi lalu mengangkat bangkai kijang itu dan dipanggulnya.

"Tak peduli, yang jelas ada tanda sambitan diantara matanya. Kijang ini punyaku, aku yang membunuhnya dan engkau mau apa?"

"Tidak mau apa-apa, hanya ingin sebagian dagingnya untuk mengisi perutku yang lapar."

"Hemm, kijang ini punyaku, aku yang menentukan harus diberikan kepada siapa!"

"Apakah engkau masih mempunyai kawan lain yang membutuhkan dagingnya, Nona?"

"Tidak, aku hanya seorang diri."

"Kalau begitu, untuk kita berdua juga sudah lebih daripada cukup!”

"Itu urusanku! Aku boleh memberikan kepada siapa dan menolak memberi siapapun. Dan aku tidak akan memberi padamu yang tolol dan kurang ajar!"

"Ehh? Aku kurang ajar?"

"Semua laki-laki kurang ajar!"

Hay Hay merasa penasaran dan perutnya terasa panas. Gadis ini keterlaluan galaknya, tidak ketulungan lagi.

"Dan semua perempuan tak tahu diri!"

Gadis itu membanting bangkai kijangnya, kemudian telunjuknya menuding hampir mengenai hidung Hay Hay sehingga pemuda itu melangkah mundur.

"Apa kau bilang? Berani kau mengatakan bahwa semua perempuan tak tahu diri? Apakah Ibumu bukan perempuan? Kalau begitu Ibumu juga tak tahu diri?"

"Dan engkau bilang semua laki-laki kurang ajar! Apakah Ayahmu bukan laki-laki? Kalau begitu Ayahmu juga kurang ajar?"

"Sialan engkau berani memaki Ayahku!" bentak gadis itu.

"Engkau juga lebih dulu memaki Ibuku!"

"Apa ? Jadi engkau hendak menantang aku herkelahi? Boleh, kalau memang engkau sudah bosan hidup!" Gadis itu memasang kuda-kuda.

"Siapa mau berkelahi? Aku hanya menuntut hakku, akan tetapi kalau engkau memang sudah begitu kelaparan, kalau dapat menghahiskan semua daging kijang ini, silakan, aku dapat mencari yang lain."

Hay Hay mundur dan menghindarkan perkelahian. Bagaimanapun juga, dia kagum kepada gadis ini walaupun gadis ini liar, herani, dan galaknya bukan buatan lagi.

"Nah, bilang saja kalau tidak berani!"

Gadis itu mengomel dan memanggul lagi bangkai kijang. Ketika ia hendak melangkah pergi, Hay Hay mengomel lirih.

"Huh, gembulnya! Apa tidak akan meledak pecah perut kecil itu nanti!"

Kaki yang sudah melangkah itu ditahan lagi dan untuk ke dua kalinya bangkai kijang itu dibanting.

"Kau bilang apa tadi? Aku gembul dan perutku akan pecah kalau makan daging kijang ini?"

Hay Hay tersenyum mengejek.
"Aih, engkau memang pemarah, Nona. Siapa bilang engkau yang gembul dan akan pecah perutnya? Aku tidak pernah menyebut siapapun juga!"






Kembali bangkai kijang itu dipanggul dan kini Hay Hay memandang sambil mengerahkan kekuatan sihirnya.

"Sungguh aneh, Nona cantik mengaku menangkap kijang, padahal yang dipanggulnya bangkal anjing!"

Kembali kaki yang baru melangkah lima tindak itu ditahan dan gadis itu kembali menengok, siap untuk memaki, akan tetapi lebih dahulu ia melirik ke arah kepala kijang yang berada di atas pundaknya.

"Ehhhh….??"

Ia berseru kaget dan melempar bangkai itu dari pundaknya karena memang sebenarnyalah kata-kata pemuda itu, yang dipanggulnya bukan bangkai kijang, melainkan bangkai anjing! Matanya terbelalak menatap bangkai anjing yang menggeletak di atas tanah kemudian ia mencari-cari dengan pandang matanya. Apakah ia salah pungut tadi? Dimana bangkai kijang yang diperebutkan tadi?

Sementara itu, sambil tersenyum Hay Hay mengambil bangkai itu dan dipanggulnya sambil berkata,

"Kalau aku memang merobohkan seekor kijang asli!"

Dengan pandang matanya gadis itu mengikuti semua gerakan Hay Hay dan kini ia terbelalak kaget. Bangkai "anjing" yang dilemparkannya tadi, ketika kini dipanggul oleh pemuda itu, mendadak berubah menjadi bangkai kijang yang tadi lagi!

"Hei, keparat, tunggu!" bentak gadis itu sambil meloncat dan mengejar, melampaui Hay Hay dan kini menghadang di depannya.

"Hemm, mau apa lagi? Apakah ingin minta sebagian daging kijangku karena perutmu sudah lapar sekali seperti perutku?"

"Keparat, kembalikan kijangku!" gadis itu membentak dan sikapnya siap untuk menyerang!

Melihat sikap itu, Hay Hay mengalah.
"Hemm, kijangmu? Baiklah. Aneh, tadi dibuang setelah diambil orang lain, ribut-ribut dan memintanya kembali."

"Habis, tadi kulihat seperti….." ia menahan kelanjutan kata-katanya, lalu melanjutkan ketus, "Biar saja! Mau kubuang, mau kuambil, mau kuapakan juga, sesuka hatiku karena kijang itu memang milikku. Kau mau apa?"

Hay Hay menarik napas panjang akan tetapi tetap tersenyum. Dilepaskan bangkai itu dari pundaknya dan gadis itupun menyambar kaki kijang dan dipanggulnya lagi, siap untuk pergi cepat-cepat dari situ.

Akan tetapi Hay Hay cepat berkata, kembali mengerahkan kekuatan sihirnya,
"Sungguh aneh sekali. Gadis yang cantiknya seperti dewi kahyangan, kini memanggul bangkai seekor ular besar! Apakah ia doyan daging ular?"

Gadis itu tadinya tidak mau peduli, akan tetapi begitu ia melihat bangkai di pundaknya, wajahnya berubah agak pucat. Kini bukan anjing atau kijang yang dilihatnya, melainkan kepala seekor ular yang besar! Dan tubuh bangkai itupun tubuh ular yang panjang dan besar, melingkar-lingkar di atas pundaknya, terasa dingin dan licin. Menjijikkan! Akan tetapi gadis itu agaknya kini mengeraskan hatinya, bahkan mulutnya menyuarakan isi hatinya.

"Tidak peduli biar bangkai kijang atau bangkai anjing, bangkai ular, gajah atau bangkai setan sekalipun!"

Agaknya ia mengeraskan hatinya untuk mengusir rasa ngeri yang memenuhi hatinya dan iapun melangkah lagi untuk cepat meninggalkan pemuda itu dan setelah tidak nampak lagi, tentu ia akan cepat membuang jauh-jauh bangkai ular yang menjijikkan itu!

Melihat ini, Hay Hay tersenyum dan kagumlah dia akan kekerasan hati gadis itu. Seorang gadis yang luar biasa menarik dalam pandangannya, usianya tidak akan lebih dari delapan belas tahun, gagah dan galak namun wajahnya manis bukan main, terutama sekali mulutnya.

Mulut itu nampak manis selalu, baik sedang cemberut, marah atau sedang terkejut dan ketakutan. Dan hidung yang kecil mancung itu, cuping hidungnya yang tipis itu seperti bergerak-gerak, lucu bukan main dan kerling matanya dapat meruntuhkan hati laki-laki yang bagaimanapun alimya! Gadis yang hebat! Yang memiliki daya tarik yang istimewa dan lain lagi daripada gadis-gadis yang pernah ditemuinya.

Dan melihat betapa gadis itu dengan sekali sambit, mengenai kepala kijang, diantara kedua matanya, dapat dilihat bahwa gadis inipun tentu memiliki ilmu silat yang cukup lihai. Cara ia mengangkat dan memanggul kijang itu saja sudah membuktikan pula akan kekuatannya.

"Wah, hati-hati, Nona! Hati-hati, ular itu masih hidup! Dan ular seperti itu gigitannya membahayakan, mengandung racun!" Tiba-tiba Hay Hay berseru keras.

Sesungguhnya gadis itu sudah merasa jijik dan ngeri sekali dan ia sudah mengerahkan tenaganya untuk berlari cepat. Selagi ia hendak berhenti dan membuang bangkai ular itu, tiba-tiba saja ia mendengar suara pemuda itu tepat di belakangnya!

Peringatan itu membuat ia terkejut setengah mati dan rasa jijik ngerinya bertambah, apalagi ketika ia mengerling dan melihat betapa kepala ular yang tadinya terkulai mati itu, kini sudah terangkat dan mulutnya ternganga lebar seperti hendak mencaplok kepalanya! Dan tubuh ular itupun menggeliat-geliat di atas pundaknya, mengelus lehernya mendatangkan rasa dingin yang menjijikkan.

"Ihhh…!!"

Ia menjerit dan tentu saja ia cepat membuang bangkai ular yang tiba-tiba hidup kembali itu ke atas tanah dan iapun melompat ke belakang dengan muka pucat. Ketika ia berlari cepat tadi, Hay Hay semakin kagum. Ternyata gadis itu memiliki ilmu berlari cepat yang cukup hebat sehingga dia sendiripun payah mengejarnya dan hampir tertinggal. Maka diapun cepat tadi meneriakkan kata-kata yang mengandung sihir.

Saking kaget dan jijiknya, gadis itu sampai tidak ingat betapa pemuda yang menjengkelkan itu ternyata mampu mengejarnya. Dengan mata terbelalak saking jijik dan ngerinya, ia memandang ular besar yang kini bergerak-gerak di atas tanah.

"Kalau engkau tidak menghendakinya, biarlah aku yang akan membawanya pergi karena memang kijang ini hakku, Nona!" kata pemuda itu dan kini tiba-tiba saja gadis itu melihat bahwa "ular hidup" itu bukan lain adalah bangkai kijang tadi yang dipanggul oleh pemuda itu di atas punggung dan tengkuknya, kedua tangan pemuda.itu masing-masing memegang dua kaki depan dan belakang bangkai kijang. Pemuda itu melompat dan melarikan diri.

Gadis itu membanting kaki kanannya dan secepat kilat iapun mengejar. Ginkangnya (ilmu meringankan tubuh) memang hebat, dan sebentar saja ia sudah dapat menyusul Hay Hay dan melewati tubuh pemuda itu, menghadang sambil berteriak.

"Berhenti dulu kamu!"

Hay Hay masih tersenyum.
"Eh, engkau lagi, Nona? Ada apa lagi? Apakah akhirnya engkau menuntut bagian separuh dari daging kijang ini yang memang menjadi hakmu? Aku suka menyerahkan dengan senang hati dan…."

"Cukup!" Gadis itu membentak lagi dan kini untuk kesekian kalinya, telunjuk tangan kirinya menuding, hampir menyentuh hidung Hay Hay yang melangkah mundur selangkah. "Kiranya engkau ini iblis, tukang sihir, dukun lepus, penipu dengan permainan sulap! Manusia iblis seperti engkau ini berbahaya sekali bagi masyarakat kalau dibiarkan hidup dan aku akan membasmi dan membunuhmu!"

Berkata demikian, secepat kilat gadis itu menyerang dengan tangan kiri yang menyambar ke arah dada Hay Hay dan sekali ini benar-benar pemuda itu terkejut bukan main melihat betapa pukulan itu amat hebatnya.

Bercuitan suara pukulan itu dan mendatangkan hawa pukulan yang amat kuat, juga amat cepatnya sehingga hampir saja tiada waktu lagi baginya untuk menangkis. Terpaksa ia melempar tubuhnya ke belakang, berjungkir balik.

"Crakkk…!"

Dan tubuh bangkai kijang yang berada di punggungnya itu terobek perutnya oleh cengkeraman tangan gadis itu! Hay Hay semakin kaget dan cepat melepaskan bangkai kijang dan memandang dengan mata terbelalak. Kiranya pukulan itu walaupun sudah dapat dia hindarkan, berubah menjadi cengkeraman dan mungkin saja punggung atau tengkuknya akan termakan cengkeraman kalau tidak ada perisai istimewa berupa perut kijang!

Perut itu terobek dan isi perutnya terburai! Bukan main hebatnya serangan gadis ini, pikirnya dan untuk sesaat dia terpukau. Tentu saja gadis ini hebat dan lihai, dan Hay Hay tentu akan lebih terkejut lagi kalau mengetahui siapa ia. Gadis. ini bukan lain adalah Cia Kui Hong, puteri ketua Cin-ling-pai dan cucu Pendekar Sadis!

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar