*

*

Ads

Selasa, 22 Mei 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 145

Mendengar nama mereka disebut, dua pasang suami isteri iblis itu menjadi marah dan merekapun bangkit dari tempat duduk mereka.

“Kami adalah Lam-hai Siang-mo!” bentak Ma Kim Li.

“Kami sepasang suami iteri Guha Iblis Pantai Selatan, engkau mau apa menyebut nama kami?” bentak pula Tong Ci Ki.

Gadis itu bukan lain adalah Siangkoan Bi Lian, atau seperti yang dianggapnya sendiri Cu Bi Lian karena sejak kecil ia dijadikan anak angkat oleh suami isteri Cu Pak Sin. Seperti telah diceritakan di bagian depan, ketika terjadi perkelahian antara dua kakek Iblis Pak Kwi Ong dan Tung Hek Kwi melawan dua pasang suami isteri itu yang dibantu banyak anak buahnya, dua orang kakek itu mengamuk dan karena orang kampung dapat diajak oleh dua pasang suami isteri itu mengeroyok, maka banyak orang kampung, termasuk pula Cu Pak Sin dan isterinya, tewas di tangan dua orang kakek itu mengatakan bahwa mereka membunuh Cu Pak Sin karena orang itu ikut berpihak kepada dua pasang suami isteri iblis.

Dengan demikian, kematian Cu Pak Sin dan isterinya adalah akibat dari ulah Lam-hai Siang-mo dan suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan. Inilah sebabnya mengapa Bi Lian mencari dua pasang suami isteri ini untuk membalas kemataian ayah ibunya, yang sesungguhnya bukanlah ayah ibu kandungnya.

Ketika ia bertemu dengan Hay Hay, ia mendengar bahwa dua pasang suami isteri yang dianggapnya musuh besar itu berada di daerah selatan, maka iapun mencari-cari dan akhirnya mendengar bahwa ia dapat menemukan mereka di tempat ini.

Ketika tadi ia tiba di depan pintu gerbang dan melihat banyak orang berjaga dengan ketat, ia tidak mau menimbulkan keributan dan dengan kepandaiannya yang tinggi, ia dapat melompati pagar tembok tanpa diketahui penjaga. Akan tetapi ketika ia tiba di depan pintu tempat diadakannya rapat dan hendak masuk, dua orang penjaga menghadangnya dan terpaksa ia mendorong mereka sampai terpelanting ke dalam ruangan itu.

Ketika dua pasang suami isteri itu bangkit memperkenalkan diri, Bi Lian memandang kepada mereka dengan sinar mata tajam.

“Bagus, akhirnya dapat juga kutemukan kalian!”

“Hemm, setelah bertemu, engkau mau apakah?” bentak Siakoan Leng marah karena dia melihat betapa gadis muda itu sama sekali tidak menghormati mereka, bahkan memandang rendah.

“Masih kau tanya lagi mau apa? Mau membunuh kalian berempat tentu saja!” jawab Bi Lian.

“Bocah lancang mulut!”

Ma Kim Li membentak dan iapun meloncat ke depan dan langsung menyerang Bi Lian. Si Jarum Beracun ini meloncat ke atas dan menerkam dengan kedua tangan membentuk cakar. Suaminya, dan pasangan suami iseri yang lain hanya menonton saja karena mereka percaya bahwa Ma Kim Li tentu cukup tangguh untuk menghajar gadis muda itu. Agaknya memalukan kalau mereka harus maju mengeroyok seorang anak yang sepantasnya menjadi anak, bahkan cucu mereka.

Namun Bi Lian menghadapi serangan dahsyat ini dengan tenang saja. Ia hanya kelihatan mengangkat tangan kirinya dengan jari tangan terbuka, mendorong sambil mengeluarkan bentakan nyaring.

”Haiiik!”

Dan akibatnya, tubuh Ma Kim Li yang masih terapung di udara itu, terdorong ke belakang dan terbanting ke atas lantai! Tentu saja Siankoan Leng terkejut bukan main dan tubuhnya sudah melayang ke atas, lalu dia menubruk ke arah kepala Bi Lian dengan serangan dahsyat dan mematikan karena yang diserangya adalah ubun-ubun kepala gadis itu.

Menghadapi serangan dahsyat yang jauh lebih berbahaya daripada serangan Ma Kim Li ini, Bi Lian menggeser kakinya ke kiri, kemudian tubuhnya membalik ke kanan dan kedua tanggannya mendorong. Dari posisi diserang, ia kini bahkan menjadi penyerang dari samping dan Siangkona Leng masih mencoba menangkis ke arah kanannya dari mana dorongan itu datang.

Akan tetapi seperti juga apa yang dialami Ma Kim Li tadi, tubuhnya terdorong ke kiri dan terbanting jatuh ke atas lantai! Melihat ini, Kwee Siong dan Tong Ci Ki yang tadinya sudah siap menyerang, menjadi terkejut dan meragu. Tak disangka oleh mereka bahwa gadis muda yagn muncul dan menyatakan hendak membunuh mereka berempat itu demikian lihainya!






“Biar aku yang menghadapi gadis ini!”

Tiba-tiba terdengar suara Kim San, dan Ketua Kui-kok-pang ini sudah meloncat ke depan Bi Lian.

“Akan tetapi kami yang ia cari, Kim-pangcu!” kata Kwee Siong.

“Sudahlah, kalian berempat adalah pihak tuan rumah, tidak enak kalau aku sebagai tamu mendiamkan saja ada orang membikin kacau disini. Hei, Nona Muda, siapa engkau dan mengapa pula engkau datang-datang hendak membunuh dua pasang suami isteri itu?”

Sebagai Ketua Kui-kok-pang, Kim San sudah mempunyai banyak pengalaman, akan tetapi dia merasa heran melihat gerakan gadis itu tadi ketika merobohkan Lam-hai Siang-mo sedemikian mudahnya walaupun suami isteri itu tidak sampai terluka parah. Akan tetapi diapun maklum bahwa di dunia para pendekar banyak bermunculan pendekar-pendekar muda yang tidak dikenalnya.

Bi Lian memandang orang tinggi kurus yang mukanya pucat seperti mayat hidup itu, tersenyum mengejek dan menjawab.

“Mayat hidup, aku tidak mempunyai urusan dengan kamu, oleh karena itu aku tidak mau memperkenalkan namaku. Sebaliknya, siapakah engkau ini yang begini lancang berani mencampuri urusan pribadiku?”

Ketua Kui-kok-pang itu memiliki watak yang tinggi hati dan melihat seorang gadis muda seperti Bi Lian, tentu saja dia memandang rendah. Biarpun gadis itu tadi telah merobohkan Lam-hai Siang-mo, dia menganggap bahwa hal itu terjadi karena suami isteri itu kurang hati-hati dan terburu nafsu, juga karena tingkat kepandaian mereka memang belum mencapai tingkat tinggai seperti dia. Kini, mendengar pertanyaan Bi Lian, dia berkata dengan mulut menyeringai.

“Ha-ha, engkau ini gadis muda agaknya baru saja keluar dari sarang dan belum banyak mengenal tokoh dunia! Aku bernama Kim San dan akulah Ketua Kui-kok-pang! Sebaiknya engkau batalkan saja niatmu itu dan ikut bersamaku ke Hong-san, menjadi anggauta Kui-kok-pang dan engkau akan hidup senang.”

“Kui-kok-pangcu, kalau boleh aku menasihatimu, jangan engkau mencampuri urusan pribadiku dengan dua pasang suami isteri iblis itu. Minggirlah dan biarkan mereka berempat maju, atau engkau akan menyesal nanti!” kata Bi Lian dengan sinar mata tajam seperti kilat menyambar.

“Ha-ha, engkau memang anak bandel dan sombong. Nah, rasakan tanganku!”

Kim San yang maklum bahwa gadis ini tidak mungkin dapat ditundukkan dengan halus, sudah menerjang ke depan. Gerakannya aneh, kaku seperti gerakan mayat setiap kali menggerakkan kaki tangan, ada hawa panas menyambar.

Melihat lawan menggunakan tangan kanan menyerangnya dengan cengkeraman ke arah leher dan tangan kiri yang sudah siap di atas kepala, Bi Lian menggeser kakinya ke belakang.

Akan tetapi cepat sekali tangan kiri yang tadi mengancam di atas kepala itu menyambar turun, mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala Bi Lian. Gerakan itu cepat sekali dan juga kaki mayat hidup itu sudah bergeser ke depan mengejarnya. Melihat keanehan dan kecepatan gerakan lawan tahulah Bi Lian bahwa lawan memiliki tingkat kepandaian yang cukup tinggi, lebih tinggi dari pada tingkat kepandaian Lam-hai Sing-mo. Iapun lalu mengerahkan tenaga sin-kangnya dan mengangkat tangan untuk menangkis ke atas. Dari telapak tangannya nampak uap mengepul!”

“Dukkk ….!”

Kedua telapak tangan itu bertemu, keduanya mengandung hawa panas dan mereka berdua terdorong mundur dua langkah. Ternyata tenaga mereka seimbang dan tentu saja melihat kenyataan ini, Ketua Ku-kok-pang terkejut dan heran bukan main. Dia memiliki sin-kang yang amat kuat, bagaimana mungkin seorang gadis semuda itu mampu menahan tenaganya itu, bahkan dalam adu tenaga tadi sempat membuat dia terdorong sampai dua langkah? Dengan hati-hati diapun kini menerjang lagi, lebih cepat dan lebih dahsyat daripada tadi.

Bi Lian sudah mengukur tenaga lawan, maka kini ia tahu bahwa dengan mengadalkan tenaga, sukar baginya untuk menang. Iapun lalu mengerahkan ilmu gin-kang (meringankan tubuh) yang dipelajarinya dari Pak-kwi-ong. Begitu ia mengelak dan bergerak cepat, lawannya mengeluarkan seruan kaget.

Tentu saja Kim San kaget setengah mati kalau melihat betapa gadis itu tiba-tiba lenyap dari depannya dan hanya nampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu gadis itu telah membalas serangannya dari arah kirinya. Diapun menangkis dan berusaha mendesak lawan dengan serangan bertubi-tubi. Namun, Bi Lian dapat pula mengelak dengan mudahnya, kemudian mempergunakan kegesitannya untuk menyelinap dan membalas dari berbagai jurusan.

Menghadapi kecepatan gerakan gadis itu, Kim San merasa bingung juga. Dia megeluarkan suara menggereng dan mengamuk, namun serangan-serangannya itu hampir dapat dikatakan ngawur saja karena yang diserang hanyalah tempat kosong.

Memang sukar bagi Ketua Kui-kok-pang itu menghadapi lawan yang memiliki gerakan jauh lebih cepat darinya. Dia hanya melihat bayangan berkelebatan dan menyerang bayangan itu dengan ngawur. Sebaliknya, setiap kali Bi Lian menyerang dari sudut yang sama sekali tidak diduganya, Kim San menjadi repot dan terdesak hebat.

Setelah lewat tiga puluh jurus, Ketua Kui-kok-pang itu menjadi pening juga. Gadis itu bergerak amat lincahnya, berputar-putar sekeliling dirinya, membuat Kim San terpaksa ikut berputaran dan hal ini membuatnya menjadi pusing dan ketika ujung kaki Bi Lian menyentuh sambugan lutunya, disusul tamparan pada pundak, Ketua Kui-kok-pang itu tidak dapat mempertahankan dirinya lagi dan diapun roboh!

Khawatir kalau lawannya terus menyerang yang akan membahayakan nyawanya, terpaksa Ketua Kui-kok-pang ini menggulingkan tubuhnya, bergulingan terus sampai ke tempat duduk para tamu baru dia meloncat berdiri, akan tetapi roboh lagi karena kaki yang tertendang itu masih setengah lumpuh! Dan ternyata gadis itu hanya berdiri bertolak pinggang sambil tersenyum mengejek, sama sekali tidak mengejarnya.

“Siangkoan Leng, Ma Kim Li, Kwee Siong dan Tong Ci Ki, kalian berempat majulah untuk meneriam kematian, dan tidak perlu melibatkan orang lain yang tidak mempunyai urusan denganku.”

Kata Bi Lian menantang empat orang itu. Lam-hai Siang-mo tadi roboh akan tetapi tidak terluka dan kini mereka berempat itu saling pandang, timbul keberanian karena ditantang berempat maju bersama.

“Siapakah engkau dan mengapa engkau memusuhi kami?” bentak Kwee Siong, kemarahan menutupi kegelisahannya.

“Biarlah kalain berempat mendengar agar tidak mati penasaran. Tentu kalian berempat masih ingat ketika kalian bersama anak buah kalian mengeroyok Pak-kwi-ong dan Tung-hek-kwi. Kalian menghasut orang-orang dusun itu untuk ikut mengeroyok sehingga banyak orang dusun tewas, diantaranya adalah Ayah Bundaku! Nah, kini kalian harus menebus kematian Ayah Ibuku itu dengan nyawa kalian!”

Tentu saja empat orang itu masih ingat akan peristiwa yang terjadi belasan tahun yang lalu itu, mereka pernah memusuhi dua orang kakek iblis itu yang dahulu meninggalkan mereka memperoleh Sing-tong. Bahkan dalam pengeroyokan itupun mereka gagal, banyak anak buah mereka tewas di tangan dua orang kakek sakti itu.

Sebelum mereka membantah atau menjawab, tiba-tiba terdengar suara ketawa. Suara itu seperti tikus terjepit, mencicit tinggi. Hek-hiat Mo-ko itu, telah maju menghadapi Bi Lian. Sejenak ia berdiri berhadapan dengan Bi Lian, memandang gadis itu dari kepala sampai ke kaki dan berkali-kali mengeluarkan suara memuji.

Hek-hiat Mo-ko ini, biarpun cebol, memang terkenal pula mata keranjang dan cabul. Sejak tadi dia sudah tertarik sekali dengan kemunculan Bi Lian yang demikian jelita, manis dan gagah perkasa pula. Dia memandang kagum. Seorang gadis muda dan cantik mampu mengalahkan Kui-kok-pangcu, sungguh bukan main hebatnya dan pantas untuk menjadi isterinya! Dia memang belum mempunyai seorang isteri yang sah.

Melihat munculnya Si Cebol yang memandangnya seperti hendak menelannya dengan sinar matanya, Bi Lian mengerutkan alisnya.

“Manusia sepotong siapakah engkau dan mau apa memandangku sambil cengar-cengir seperti tikus?”

Bi Lian sengaja memakainya tikus mengingat suara ketawanya yang seperti bunyi tikus mencicit tadi.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar