*

*

Ads

Selasa, 21 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 152

Kita tinggalkan dulu ayah dan anak yang sedang bertanding dengan hebatnya itu, dan mari kita menengok keadaan di dalam pondok. Karena tenggelam ke dalam lamunan ketika berada di taman tadi, Ang-hong-cu Tang Bun An lupa keadaan dua orang puteranya yang telah ditotok dan ditinggalkan di dalam pondok tadi. Selain lengah, juga dia memandang ringan mereka, mengira bahwa kedua orang pemuda itu sudah diberi pelajaran dan tentu tidak akan berani bertingkah.

Mula-mula Cun Sek yang terbebas dari totokan. Dia dapat bergerak dan mengomel panjang pendek.

"Ayah jahat, tega dia menipu anak-anaknya sendiri……. !" omelnya dan dia lalu membebaskan totokan pada diri Tang Gun. Tang Gun yang dapat bergerak, segera hendak menyerangnya.

"Jangan salah paham, Gun-te! Kita telah ditipu oleh tua bangka itu. Kalau kita maju bersama, dia tentu merasa berat, maka dia mengadu kita. Setelah engkau roboh, dia menotokku!"

"Eh? Kenapa begitu?"

"Hemm, tak salah lagi. Dia hendak menguasai sendiri dua orang gadis kita."

Tang Gun mengepal tinju.
"Hemm, aku sudah rnelupakan apa yang telah dia lakukan kepada ibuku. Aku hendak menganggap dia ayahku yang sejati dan aku mau berbakti kepadanya. Tidak tahunya dia…. dia….”

“Sama dengan aku, Gun-te. Dia orang yang amat jahat dan curang, bahkan tega mencurangi anak-anaknya sendiri. Mari kita lihat apakah dua orang gadis kita masih ada."

Mereka berdua memasuki dua kamar itu dan legalah hati mereka ketika mereka melihat bahwa Kui Hong dan Bi Lian masih rebah terlentang di atas pembaringan dalam keadaan tertotok. Mereka menambahkan lagi totokan agar dua orang gadis itu tidak dapat bergerak dalam waktu yang cukup lama.

"Kalau begitu, mari kita cari dia dan kita keroyok dia!" seru Tang Gun dengan marah.

"Nanti dulu, Gun-te…….. " Cun Sek menggosok-gosok dagunya sambil memandang kepada tubuh Bi Lian. "Memang belum tentu kalau kita kalah melawan dia akan tetapi seandainya kita kalah tentu usaha kita sia-sia belaka. Dua orang gadis kita tentu akan dirampasnya. Oleh karena itu, sebaiknya kalau kita memiliki dulu kekasih kita masing-masing, setelah itu baru kita pergi mencarinya. Kalau begitu, andaikata kita kalah sekalipun, dua orang gadis itu sudah menjadi milik kita!"

"Ah, benar sekali ……. engkau benar, toa-ko!" kata Tang Gun dan diapun segera lari ke dalam kamar sebelah dimana menggeletak tubuh Siangkoan Bi Lian dalam keadaan yang sama dengan Kui Hong, yaitu tak mampu bergerak dan lemas tertotok.

Dua orang gadis yang tak mampu bergerak itu, tubuh mereka lemas tertotok, hanya dapat memandang dengan mata mendelik penuh kemarahan saja ketika dua orang pemuda itu menghampiri mereka di atas pembaringan masing-masing.

Tang Gun memasuki kamar dimana Bi Lian rebah terlentang dan menutupkan daun pintu kamar itu. Dengan napas memburu dan wajah merah dia duduk di tepi pembaringan Bi Lian. Gadis itu memandang kepadanya dengan mata mendelik penuh kebencian.

"Sumoi, kenapa engkau memandangku seperti itu? Aih, sumoi, semua ini kulakukan demi cintaku kepadamu. Aku sayang padamu, sumoi, aku cinta padamu………."

Bi Lian membuang muka. Beberapa kali ia mencoba untuk mengerahkan tenaganya, namun sia-sia saja. Totokan pertama saja belum lenyap pengaruhnya dan tadi Tang Gun sudah menotoknya lagi. Ia membenci orang yang pernah diterima ayah ibunya menjadi suhengnya ini. Kalau saja ia mampu bergerak, tentu dibunuhnya orang ini, dipenggalnya kepalanya, ditembusinya jantungnya dengan pedang.

"Sumoi, engkau akan menjadi korban Si Kumbang Merah. Karena itu, untuk menyelamatkanmu, demi cintaku kepadamu, terpaksa aku akan menggaulimu. Terpaksa, sumoi, agar engkau lebih dulu menjadi milikku dan Si Kumbang Merah tidak akan menjamahmu lagi dan engkau……. menjadi isteriku, Bi Lian."

Bi lian bukan hanya tertotok yang membuat ia tidak mampu bergerak, bahkan ia tidak mampu bersuara. Dapat dibayangkan betapa sakit rasa hatinya ketika Tang Gun mulai merangkulnya, menindihnya, memeluk dan menciumi mukanya, pipinya, hidung dan bibirnya tanpa ia mampu mengelak, Dan perasaan hatinya seperti disayat-sayat ketika ia melihat dan merasa betapa tangan pemuda itu mulai menggerayangi tubuhnya dan membuka matanya dan air mata mulai menitik keluar dari pelupuk matanya, tanpa dapat ditahannya.

Siangkoan Bi Lian adalah seorang gadis yang berhati tabah, pemberani, bahkan galak dan keras sehingga ia pernah mendapat julukan Tiat-sim Sian-li (Dewi Berhati Besi) di dunia kang-ouw. Bahkan menangispun seperti pantangan baginya. Jarang sekali ia menangis. Akan tetapi sekali ini, menghadapi ancaman yang baginya lebih mengerikan dari pada maut, ia tidak dapat menahan air matanya. Ia akan diperkosa orang, akan diperhina orang tanpa mampu mengelak, tanpa mampu membela diri, bahkan tidak mampu bersuara untuk memaki!

“Jangan menangis, isteriku. Aku sayang padamu, aku tidak akan menyakitimu, sayang……. " kata Tang Gun ketika melihat air mata mengalir keluar dari kedua mata itu dan dengan nafsu semakin menggelora, diapun mengecup pipi yang basah air mata itu.

Makin deras air mata mengalir dari kedua mata Bi Lian. Kubunuh kau, kubunuh kau………!!! Kalimat ini berulang-ulang diucapkan di dalam hati. Ia tidak berani membuka mata dan akan menerima aib yang akan menimpa dirinya itu untuk mempertebal rasa dendam dan bencinya.

“Brakkkk!" pada saat terakhir yang amat gawat bagi kehormatan Siangkoan Bi Lian itu, tiba-tiba pintu kamar itu jebol ditendang orang dari luar.






Sesosok bayangan menyambar ke arah Tang Gun yang siap menanggalkan pakaian dari tubuhnya sendiri.

Tang Gun terkejut, mencoba untuk mengelak sambil menangkis. Namun, masih saja tendangan kaki orang itu menyerempet pahanya dan diapun meloncat dari atas pembaringan sambil mencabut pedang Kwan-im-kiam!

“Sumoi…….!”

Han Siong memanggil lirih melihat sumoinya menggeletak terlentang dalam keadaan sudah telanjang bulat sama sekali. Cepat dia menggerakkan tangannya menotok jalan darah di pundak dan tengkuk gadis itu.

"Cepat berpakaian, sumoi!"

Bi Lian dapat bergerak. Biarpun kaki tangannya masih terasa kaku, ia cepat meraih pakaiannya dan mengenakan pakaiannya dengan tergesa-gesa.

Tang Gun marah bukan main. Diumpamakan daging sudah di depan mulut, kini tergelincir lepas.

"Keparat busuk!" bentaknya dan diapun menyerang dengan pedang Kwa-im-kiam.

Akan tetapi, Han Siong sudah mengerahkan kekuatan sihirnya dan kini dia menuding ke arah pedang di tangan Tang Gun sambil membentak dengan suara nyaring penuh wibawa.

"Engkau memegang ular itu untuk apa?"

Tang Gun tertegun.
"Ular…….. ?"

Dan otomatis dia memandang ke arah pedang di tangan kanannya dan matanya terbelalak lebar, mukanya pucat seketika.

"Ular……. !!" teriaknya dan dia melemparkan pedang itu ke atas lantai dengan jijik karena yang dilihatnya bukan lagi pedang, melainkan seekor ular yang dipegang tangan kanannya.

Timbul perasaan takut di hatinya dan diapun hendak melarikan diri melalui pintu yang dijebol itu. Akan tetapi, nampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu sumoinya, Siangkoan Bi Lian, telah berdiri di ambang pintu menghadangnya!

"Suheng, serahkan keparat ini kepadaku. Tolonglah Cia Kui Hong, ia berada di kamar sebelah!" kata Siangkoan Bi Lian.

Mendengar ini, Han Siong meloncat keluar dari dalam kamar itu.
"Jahanam busuk, sekarang kita membuat perhitungan sampai tuntas!" kata Bi Lian dengan sikap tenang, namun sepasang matanya mencorong seperti mata naga dan mukanya merah karena ia sudah marah sekali. Tang Gun merasa jerih sekali.

"Sumoi ……. aku telah khilaf…… maafkanlah aku sumoi dan biarkan aku pergi. Aku menyesal…… "

"Jahanam busuk! Engkau telah membohongi dan menipu orang tuaku sehingga engkau berhasil mencuri ilmu silat kami! Kemudian, aku yang menjadi sumoimu sudah bersusah-payah hendak membantumu mencari musuhmu. Kiranya engkau adalah anak Ang-hong-cu dan bersekongkol dengan ayahmu untuk menawanku secara curang dan pengecut! Semua ini ditambah lagi dengan perbuatanmu yang terkutuk tadi. Engkau hendak memperkosa aku! Dan sekarang engkau minta maaf? Hemmm, orang she Tang! Biar membunuhmu sampai seratus kali, hutangmu masih belum lunas!"

Tang Gun merasa takut sekali. Ketika sumoinya itu menjadi tawanan, diapun tidak lagi menyembunyikan kenyataan dirinya bahwa dia bernama Tang Gun dan putera Ang-hong-cu, maka sekarang Bi Lian sudah mengetahui semua rahasianya. Bagaikan seekor anjing tersudut, matanya melirik ke sana-sini mencari lubang untuk melarikan diri. Dan pandang matanya melihat pedang Kwan-im-kiam yang tadi dibuangnya karena pedang itu berubah menjadi ular. Kini pedang itu menggeletak disana, tidak lagi berbentuk ular, melainkan sebatang pedang biasa! Tahulah dia bahwa tadi dia berada di bawah pengaruh sihir! Kini, melihat Kwan-im-kiam menggeletak disana, matanya berkilat dan tiba-tiba dia membuat gerakan ke kiri, menubruk ke arah pedang itu.

"Deessss…….!!"

Tubuhnya terpelanting oleh sebuah tendangan yang datang dari kiri dan mengenai lambungnya. Tang Gun cepat meloncat bangun lagi dan ternyata pedang Kwan-im-kiam telah berada di tangan Bi Lian. Gadis itu tersenyum mengejek.

"Pedang ini terlalu bersih untuk dijamah tanganmu yang kotorr” katanya dan menyimpan kembali pedang itu kedalam sarung pedang yang sudah diambilnya dari atas meja, lalu memasang pedang itu di punggungnya.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar