*

*

Ads

Senin, 20 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 149

Mendengar perintah ini, Hay Hay dan Han Siong menjadi bingung juga. Dan sebelum mereka dapat melakukan sesuatu, terdengar ledakan-ledakan dan nampak asap putih mengepul memenuhi tempat itu. Para anggauta Ho-han-pang sudah mengeluarkan saputangan dan menutupi mulut dan hidung dengan saputangan yang mengandung obat penawar racun pembius itu.

"Awas, tahan napas dan menyingkir!" teriak Sim Ki Liong memperingatkan Hay Hay dan Han Siong. "Nona Mayang, kau pakai saputangan ini!"

Dia meloncat ke dekat Mayang dan menyerahkan sehelai saputangan biru. Mayang menerima saputangan itu dan mengikatkan depan mulut dan hidungnya. Ada bau harum aneh yang melindunginya dari asap pembius dan Mayang masih dapat memutar cambuknya untuk melindungi diri dari pengeroyokan, juga untuk membalas.

Hay Hay dan Han Siong menahan napas dan melompat ke tempat yang tidak dipenuhi asap. Sim Ki Liong bergulingan dan pedangnya menyambar-nyambar dari bawah, merobohkah tiga orang pengeroyok yang terbabat kaki mereka.

"Pengkhianat!"

Terdengar bentakan nyaring. Ketika itu, Ki Liong sedang memutar pedang menangkis hujan senjata para anggauta Ho-han-pang dan Ji Sun Bi, maka ketika kaitan itu menyambar dengan dahsyatnya, dia kurang cepat dan tahu-tahu pundak kirinya telah terkena kaitan yang berada di ujung rantai yang dimainkan oleh Han Lojin.

"Aduhhh……!"

Ki Liong berteriak karena merasa betapa pundaknya nyeri bukan main. Melihat ini, Mayang cepat menyerang Han Lojin dengan cambuknya.

"Tarrr……. !"

Akan tetapi, tangan kiri Han Lojin menangkap ujung cambuk dan menarik dengan tenaga yang amat kuat, Mayang terhuyung ke depan.

"Lepaskan!"

Tiba-tiba Hay Hay menerjang dari samping dengan tusukan pedang ke arah lengan kiri yang menangkap ujung cambuk. Han Lojin terkejut sekali, tidak mengira bahwa Hay Hay berani masuk lagi ke dalam medan pertempuran yang penuh asap pembius. Terpaksa dia melepaskan ujung cambuk Mayang, dan kesempatan itu dipergunakan oleh Ki Liong untuk mencabut keluar kaitan dari pundak kirinya. Dia bergulingan sampai jauh dan meloncat berdiri, pundak kirinya berdarah.

Pek Han Siong sendiripun terpaksa berloncatan ke tempat yang bebas asap dan keadaan empat orang muda itu kini terancam dan mereka terdesak hebat. Pada saat yang amat berbahaya bagi mereka itu, terdengar suara hiruk-pikuk dan muncullah puluhan orang perajurit!

Melihat ini, tentu saja orang-orang Ho-han-pang menjadi terkejut dan ketakutan. Bagaimanapun juga, kalau melawan perajurit pemerintah yang tentu jumlahnya ratusan, bahkan ribuan orang, mereka merasa gentar! Dan yang memimpin pasukan itu adalah seorang panglima tinggi bersama Menteri Cang Ku Ceng sendiri!

Bagaimana Menteri Cang dapat muncul pada saat yang amat tepat itu? Ketika Cia Kui Hong meninggalkan istana Menteri Cang Ku Ceng, gadis itu yang terikat janji dengan Han Lojin dan tidak berani membuka rahasia, hanya menganjurkan agar pembesar yang bijaksana itu melakukan penyelidikan dan bertanya kepada Hong-houw (permaisuri) lagi tentang rahasia laki-laki yang pernah mengacau di bagian puteri istana kaisar.

Setelah gadis itu pergi, Menteri Cang termenung dan akhirnya dia mengambil keputusan untuk menjumpai sang permaisuri. Dengan bijaksana dan halus dia membujuk permaisuri untuk bercerita demi keselamatan negara dan demi kehormatan istana kaisar. Akhirnya, berceritalah permaisuri tentang petualangan bekas perwira Tang Bun An dan betapa ia sendiri tidak berdaya karena diancam oleh perwira itu setelah perhiasannya dicuri.

Mendengar ini, Menteri Cang terkejut dan marah bukan main. Memang dahulunya dia sudah menaruh curiga kepada perwira itu, akan tetapi karena tidak ada bukti, diapun tidak mampu berbuat sesuatu. Kini, setelah mendengar keterangan Hong-houw sendiri, tentu saja dia tidak ragu-ragu lagi.

Seorang yang sudah berani membuat kekacauan di istana, berbuat cabul, berani memaksa Hong-houw untuk menyimpan rahasia, adalah orang yang jahat dan berbahaya sekali. Biarpun kini memimpin perkumpulan yang dinamakan Ho-han-pang dan yang kelihatannya membantu pemerintah dan mengamankan keadaan, namun kalau orang seperti itu dibiarkan bebas menyusun kekuatan, kelak tentu akan berbahaya sekali bagi keselamatan negara. Karena itu, dia lalu menghubungi panglima pasukan keamanan, mengerahkan pasukan dan diapun ikut memimpin pasukan itu menyerbu Ho-han-pang.






Tentu saja Han Lojjn terkejut bukan main ketika melihat pasukan yang besar jumlahnya datang menyerbu. Tahulah dia bahwa permainannya telah tamat, harapannya telah hancur dan semua usahanya selama ini sia-sia belaka. Kini bahkan keselamatan dirinya terancam. Tiba-tiba dia lalu melemparkan sebuah benda ke atas tanah. Benda itu meledak dan tempat itu penuh asap hitam. Karena khawatir kalau-kalau asap itu beracun pula, Hay Hay lalu melompat ke belakang sambil berseru kepada Han Siong dan Mayang agar menjauhkan diri dari asap.

"Asap ini hanya menggelapkan, tidak beracun. Halangi mereka melarikan diri!" terdengar Sim Ki Liong berseru. Akan tetapi, Hay Hay, Han Siong dan Mayang sudah berloncatan ke belakang.

Ketika asap menipis, pasukan pemerintah menyerbu lagi dan terjadi pertempuran yang berat sebelah. Kalau tadi Hay Hay dan Han Siong yang kemudian dibantu Mayang dan Sim Ki Liong menghadapi pengeroyokan puluhan orang banyaknya, kini puluhan orang Ho-han-pang harus menghadapi serbuan ratusan orang perajurit!

Sim Ki Liong sendiri yang tidak takut menghadapi asap itu, tidak pernah melepaskan Ji Sun Bi dan biarpun wanita itu berusaha untuk melarikan diri, namun ia selalu dihadang oleh Ki Liong. Ia menjadi marah dan nekat, lalu menggunakan pedangnya yang tinggal sebuah itu untuk menyerang Sim Ki Liong. Ki Liong menangkis dan Mayang melihat Ki Liong tidak lari dari asap, segera melompat maju lagi membantu pemuda itu mengeroyok Ji Sun Bi. Menghadapi Sim Ki Liong sendiri saja Ji Sun Bi sudah kewalahan, apalagi ada Mayang disitu yang memutar cambuknya dengan dahsyat.

"Tar-tar-tarrr…….!”

Cambuk itu meledak-ledak di atas kepala Ji Sun Bi. Wanita ini menggerakkan pedangnya untuk melindungi kepala dan menangkis cambuk itu. Akan tetapi saat itu, Sim Ki Liong sudah menyerangnya dengan pedang yang menusuk dada.

Terkejutlah Ji Sun Bi. Ia membuang diri ke samping untuk mengelak, akan tetapi kaki Sim Ki Liong sudah menyambar dan mengenai lambungnya. Ia mengeluh dan terpelanting. Pada saat itu, ujung cambuk di tangan Mayang menyambar dan mematuk ubuh-ubun kepalanya. Ji Sun Bi terkulai dan tewas seketika karena ubun-ubun kepalanya pecah oleh patukan ujung cambuk.

Sementara itu, Pek Han Siong dan Hay Hay sibuk mengamuk sambil mencari-cari Han Lojin, Tang Gun dan Tang Cun Sek. Namun, tiga orang itu telah menghilang di balik asap tebal tadi. Ketika melihat betapa Mayang dan Ki Liong telah berhasil merobohkan Ji Sun Bi, Hay Hay meloncat ke dekat Ki Liong.

"Kemana larinya mereka?"

Sim Ki Liong maklum siapa yang dimaksudkan Hay Hay.
"Ada jalan rahasia menuju ke lorong bawah tanah. Mari!"

Ki Liong mendahului mereka memasuki sebuah ruangan yang nampaknya seperti ruangan sembahyang dimana terdapat sebuah meja sembahyang besar, lengkap dengan lilin bernyala dan hio yang masih berasap. Di samping meja terdapat sebuah singa batu yang indah ukirannya. Ki Liong menangkap singa batu ini dan mengerahkan tenaga, lalu memutar singa itu. Terdengar suara keras dan meja sembahyang itupun bergeser, membalik dan nampaklah sebuah lubang dimana terdapat tangga menurun.

"Lorong ini menuju ke tempat tahanan bawah tanah. Mari kutunjukkan!" Diapun mendahului masuk, diikuti Mayang, kemudian Hay Hay dan Han Siong.

Benar saja, lorong itu membawa mereka ke tempat tahanan bawah tanah. Masih ada beberapa orang anak buah Ho-han-pang disitu. Mereka ini roboh oleh amukan Sim Ki Liong dan Mayang. Akan tetapi, semua kamar tahanan telah kosong. Cia Kui Hong dan Siangkoan Bi Lian telah lenyap dari tempat tahanan itu.

"Ah, tentu mereka telah dilarikan oleh Ang-hong-cu dan dua orang pembantunya itu!" kata Hay Hay.

"Dua orang pembantu itu adalah Tang Gun dan TangCun Sek, dua orang putera Han Lojin……. " kata Sim Ki Liong.

"Aahhh……… !" Hay Hay memandang kepada Ki Liong dengan sinar penuh selidik. "Sim Ki Liong, kalau benar engkau telah menyadari diri dan insaf, hendak merobah jalan hidupmu, katakan, kemana mereka itu pergi?”

Sim Ki Liong memandang kepada Mayang dan menarik napas panjang. Sungguh dia merasa malu sekali kepada Mayang dan merasa menyesal mengapa dia mempunyai latar belakang yang hitam. Sukar mengharapkan balasan cinta kasih dari Mayang. Akan tetapi cinta kasihnya terhadap gadis itu telah mengubah pandangan hidupnya, menyadarkannya bahwa dunia hitam, jalan sesat bukanlah jalan yang baik dan tidak menuju kebahagian.

“Aku tidak dapat memastikan kemana mereka pergi. Akan tetapi, ada jalan keluar rahasia dari lorong ini, menuju ke belakang perumahan Ho-han-pang menembus gunung. Inipun belum pernah kulalui sendiri, hanya menurut keterangan han Lojin. Mari……!”

Kembali Sim Ki Liong menjadi petunjuk jalan dan di sudut ruangan tahanan paling belakang, dia menggerakkan batu-batu tertentu yang menyembunyikan alat rahasia di dinding. Terdengar suara berderit dan dinding itupun bergerak, dan muncullah sebuah pintu kecil.

"Mayang, Ki Liong, kalian kembali ke depan. Biar aku dan Han Siong saja yang melakukan pengejaran. Dan katakan kepada Menteri Cang bahwa kami melakukan pengejaran terhadap Han Lojin, kami akan berusaha menangkapnya!"

Setelah berkata demikian, Hay Hay dan Han Siong memasuki pintu rahasia itu melakukan pengejaran. Mayang ragu-ragu, akan tetapi Ki Liong menyentuh lengannya.

"Kakakmu benar. Terlalu berbahaya bagimu untuk ikut mengejar, dan mungkin di luar sana masih membutuhkan bantuan kita. Marilah, taati pesan kakakmu."

Keduanya lalu keluar dari lorong bawah tanah. Di luar masih terjadi pertempuran dan merekapun segera terjun ke dalam pertempuran membantu pasukan pemerintah. Para anak buah Ho-han-pang melawan mati-matian, namun pertempuran itu berat sebelah dan tak lama kemudian, seluruh anak buah Ho-han-pang telah dapat digulung, ada yang tewas, terluka atau tertangkap.

Menteri Cang Ku Ceng yang menerima laporan dari perwira pasukan bahwa Mayang dan Sim Ki Liong tadi membantu pasukan membasmi gerombolan Ho-han-pang, menerima mereka dengan ramah. Apalagi ketika mendengar bahwa Mayang adalah adik Hay Hay dan Sim Ki Liong masih saudara seperguruan dengan Cia Kui Hong, pembesar itu menjadi kagum. Dia lalu bertanya bagaimana keadaan Cia Kui Hong dan Hay Hay.

"Tai-jin, tadinya saya sendiri, enci Kui Hong dan enci Siangkoan Bi Lian ditawan oleh ketua Ho-han-pang. Sekarang, kedua orang enci itu agaknya dilarikan oleh ketua Ho-han-pang dan para pembantunya akan tetapi kakakku Hay Hay dan tai-hiap Pek Han Siong sedang melakukan pengejaran. Bahkan kini saya dan Sim Ki Liong ini hendak melakukan pengejaran pula untuk membantu mereka."

"Baik sekali, kami harapkan agar mereka yang menjadi pengacau di kota raja itu dapat ditangkap."

Mayang dan Ki Liong lalu cepat pergi melakukan pengejaran terhadap Han Lojln, mengikuti jejak Hay Hay dan Han Siong melalui terowongan rahasia yang merupakan jalan keluar pintu belakang.

**** 149 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar