*

*

Ads

Senin, 20 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 148

Ya, terjadi perubahan besar dalam diri atau batin Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid Pendekar Sadis dan isterinya di Pulau Teratai Merah itu. Dia sungguh-sungguh jatuh cinta kepada Mayang, merasa kasihan dan ingin menolong gadis itu, bukan sekedar ingin memuaskan gairah nafsunya seperti Tang Cun Sek dan Tang Gun.

Dengan mudah mereka membuat tiga orang gadis itu roboh terbius dalam kamar tahanan, kemudian mereka membuka pintu kamar itu dan otomatis mereka memondong gadis yang menjadi pilihan hati masing-masing.

Para penjaga yang melihat tiga orang pembantu utama ini, tidak ada yang berani bertanya, bahkan mereka keluar dari tempat itu ketika Ki Liong memerintahkan mereka pergi. Kemudian, tanpa mengeluarkan sepatah katapun, tiga orang itu berpencaran, menuju ke kamar tahanan yang lebih kecil sambil memondong gadis pilihan masing-masing.

Kalau Tang Gun dan Tang Cun Sek yang memondong Bi Lian dan Kui Hong bermaksud membawa gadis mereka ke kamar dan menggaulinya dengan paksa selagi mereka itu terbius, sebaliknya Ki Liong membawa Mayang ke kamar paling sudut. Dia memang sudah mempersiapkan obat penawar bius.

Dia menutupkan pintu kamar itu, merebahkan Mayang di atas pembaringan, kemudian dia mempergunakan obat penawar bius yang diciumkan di depan hidung gadis itu. Tak lama kemudian Mayang mengeluh lirih dengan menggerakkan pelupuk matanya. Begitu gadis itu membuka mata dan melihat Sim Ki Liong yang duduk di dekat pembaringan, ia meloncat dan siap menyerang.

"Tenanglah, nona, dan jangan berisik," bisik Ki Liong. "Aku telah membawamu kesini dan menyadarkanmu dari obat bius. Aku ingin menyelamatkanmu, ingin mengajakmu lari dari tempat ini……."

Mayang menghentikan gerakannya yang tadinya siap menerjang itu dan ia memandang Ki Liong dengan alis berkerut dan sinar mata penuh kecurigaan.

"Engkau? Hendak menolong aku? Bukankah engkau seorang pembantu Ho-han Pang-cu yang paling lihai? Sim Ki Liong namamu, bukan? Tidak perlu kalian membujuk. Sampai mati aku tidak akan mau menyerah!”

“Ssttt, nona Mayang. Aku bersungguh-sungguh. Engkau harus cepat lari dari sini, aku akan mengawalmu dan aku yang akan menahan dan melindungimu kalau ada yang mengejarmu nanti. Bersiaplah ………"

"Hemm nanti, dulu!" Mayang tetap merasa curiga. "Sim Ki Liong, kalau engkau tidak berbohong lalu apa artinya ini? Mengapa engkau mendadak mengkhianati pimpinanmu dan hendak menolong aku?”

Dengan sinar mata tajam penuh selidik gadis itu mengamati wajah yang tampan itu, masih penuh kecurigaan.

"Nona, tidak perlu berpanjang cerita. Waktu kita sedikit sekali. Selagi pangcu berada di taman, kita dapat melarikan diri. Mengapa aku menolongmu? Mengapa? Karena aku cinta padamu. Nah, aku telah berterus terang, percaya atau tidak terserah kepadamu. Aku tidak ingin melihat engkau celaka!"

Mayang memandang bengong. Bagaimana ia dapat percaya? Ada orang jatuh cinta secara tiba-tiba begitu saja kepadanya! Dan harus diakuinya bahwa pemuda ini tampan dan gagah, berilmu tinggi.

"Tapi kau……. kau jahat! Kau membantu Ang-hong-cu yang jahat!" tiba-tiba ia berkata. "Aku tidak sudi kau tolong!"

Wajah pemuda itu nampak pucat dan pandang matanya sedih. Dia merasa seperti ditampar. Baru sekarang dia merasa sedih ada orang mengatakan bahwa dia jahat! Ah, betapa inginnya untuk menjadi seorang pendekar, bukan penjahat. Semua cita-cita untuk hidup senang kini tidak ada artinya sama sekali dibandingkan dengan penyambutan cintanya terhadap gadis ini. Apapun akan dia korbankan demi cintanya.

Pandang mata itu. Ah, tidak dapat dia menahannya. Ingin dia menangis, ingin dia minta ampun kepada Mayang ingin dia melihat Mayang tidak menganggapnya sebagai orang jahat.

"Nona, aku memang telah tersesat, akan tetapi setidaknya bantulah aku kembali ke jalan benar dengan membiarkan aku menolongmu. Lihat senjatamu pecut sudah kupersiapkan. Nah, terimalah senjatamu dan mari kuantar engkau pergi dari sini. Cepat, sebelum terlambat. Percayalah, aku melakukan ini karena aku cinta padamu, karena aku ingin kembali ke jalan benar. Aku tidak mengharapkan balas jasa darimu……. "

Mayang menerima senjatanya dan iapun mengangguk.
"Mari, tunjukkan jalan keluarnya……”






"Ssttt…….. !"

Ki Liong memberi isarat agar gadis itu tidak mengeluarkan suara karena pada saat itu dia mendengar suara gaduh yang lapat-lapat memasuki tempat itu melalui lorong bawah tanah. Dan dia mendengar suara orang berlari-lari masuk, kemudian disusul teriakan seorang anggauta Ho-han-pang,

“Semua siap! Ada musuh mengacau! Pangcu memanggil semua anggauta untuk menghadapi musuh!"

Kemudian terdengar suara Tang Cun Sek dan Tang Gun berlari keluar pula dari tempat itu.

"Mari kita keluar, cepat!" kata Sim Ki Liong dan dia menangkap lengan kiri Mayang, lalu diajaknya berlari keluar.

Mayang tidak menolak. Iapun merasa tegang karena kini ia mendengar suara orang bertempur di luar sana. Mungkin kakaknya sudah datang untuk menolongnya!

"Tapi, bagaimana dengan enci Kui Hong dan enci Bi Lian?" tanyanya ragu.

"Mereka masih terbius, tidak banyak waktu untuk menyadarkan mereka, aku khawatir terlambat. Engkau lari lebih dulu, nanti akan kuusahakan menolong mereka pula!" kata Ki Liong.

Dia melihat kesempatan baik. Selagi ada kekacauan disitu, akan lebih mudah baginya untuk menyelundupkan Mayang keluar. Asal tidak kepergok Han Lojin, orang lain tidak akan ada yang berani menghalanginya.

Ketjka mereka akhirnya tiba di luar bangunan itu, mereka melihat dua orang pemuda dikeroyok oleh puluhan orang. Ki Liong segera mengenal dua orang yang dikeroyok itu. Tang Hay dan Pek Han Siong, dua orang yang merupakan lawan paling lihai yang pernah dia hadapi.

"Ah, itu Hay-koko dan Pek Tai-hiap! Aku harus membantu kakakku!" kata Mayang dan iapun menerjang orang-orang yang mengepung Hay Hay dan Han Siong itu dari luar.

Sepak-terjangnya menggiriskan, cambuknya meledak-ledak dan terdengar orang-orang berteriak kesakitan ketika cambuknya memperoleh korban.

"Hay-ko……. , aku datang membantumu!" teriak Mayang dengan penuh semangat.

“Mayang………! Hati-hati…..!”

Hay hay berseru khawatir sekali karena maklum betapa lihainya pihak lawan. Dia melihat betapa Ji Sun Bi dan beberapa orang tokoh Ho-han-pang menyambut adiknya itu. Dia khawatir, akan tetapi juga tidak dapat membantu adiknya karena dia sendiri bersama Han Siong sejak tadi sibuk menghadapi pengeroyokan banyak orang.

Kalau hanya menghadapi Ji Sun Bi seorang saja, satu lawan satu, kiranya Mayang tidak akan mudah dikalahkan. Akan tetapi, Ji Sun Bi dibantu banyak orang sehingga Mayang repot juga menghadapi pengeroyokan itu.

"Tar-tar-tarrr……. !"

Cambuknya rneledak-ledak, merobohkan dua orang pengeroyok, akan tetapi pada lecutan ke tiga, ujung cambuknya membelit golok seorang pengeroyok lain. Sebelum ia sempat menarik kembali cambuknya, Ji Sun Bi menyerangnya dengan tusukan pedang dari kiri, mengarah lambungnya. Mayang menggeser tubuh ke kanan dan pedang itu lewat di samping tubuhnya, akan tetapi pada saat itu, pedang ke dua di tangan kiri Ji Sun Bi membabat ke arah kaki Mayang!

"Tranggg……. !" Pedahg itu terpental dan hampir terlepas dari tangan Ji Sun Bi.

“Ihhh! Kau…..?”

Ji Sun Bi berseru marah ketika melihat bahwa yang menangkis pedangnya tadi, yang menolong Mayang adalah Sim Ki Liong!

Akan tetapi Ki Liong tidak menjawab, bahkan segera menyerangnya dengan pedang yang sudah dicabutnya dan dipergunakan untuk melindungi Mayang tadi. Ji Sun Bi terkejut dan marah sekali, menangkis dengan pedang kanan.

“Trangggg…….. !!"

Pedangnya terlepas dari pegangannya karena Ki Liong memang telah mengerahkan tenaga sepenuhnya dan di lain saat, sebuah tendangan telah membuat wanita itu terjengkang! Ji Sun Bi bergulingan untuk menghindarkan diri dari serangan lanjutan, dan iapun terkejut bukan main, di samping penasaran dan marah melihat Sim Ki Liong yang pernah menjadi pemimpinnya itu kini membalik!

"Tar-tarrr….. !”

Cambuk di tangan Mayang yang meledak-ledak dan menyambar-nyambar ke arah tubuh Ji Sun Bi yang bergulingan itu. Ji Sun Bi memutar pedangnya untuk melindungi tubuh dan terus bergulingan ke arah anak buah Ho-han-pang.

Karena banyak anggauta Ho-han-pang yang membantunya membendung serangan Mayang, maka wanita itu dapat lolos dari cambuk Mayang. Akan tetapi ia kehilangan sebatang pedang dan pahanya terasa nyeri oleh tendangan Sim Ki Liong.

"Mayang……..!”

Hay Hay berseru girang melihat adiknya masih dalam keadaan selamat. Akan tetapi dia terbelalak keheranan melihat Sim Ki Liong kini dikeroyok oleh Ji Sun Bi dan beberapa anggauta Ho-han-pang!

Pemuda itu membantunya, atau lebih tepat, membela dan membantu Mayang! Hay Hay adalah seorang yang cukup cerdik untuk dapat menduga apa yang telah terjadi dengan pemuda gemblengan Pulau Teratai Merah itu. Tidak salah lagi. Tentu Sim Ki Liong jatuh cinta kepada Mayang dan dia membalik, menentang kejahatan demi cintanya kepada adiknya itu!

Akan tetapi, dia tidak sempat untuk bicara lagi karena dia dikepung dan dikeroyok banyak orang. Pek Han Siong juga melihat Mayang dan merasa girang walaupun hatinya masih khawatir sekali karena dia tidak melihat dua orang gadis lainnya, terutama sekali Siangkoan Bi Lian.

Akan tetapi diapun sibuk seperti Hay Hay menghadapi pengeroyokan para anggauta Ho-han-pang. Ternyata para anggauta Ho-han-pang rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup tangguh sehingga pengeroyokan mereka yang demikian banyak itu membuat Hay Hay dan Han Siong kewalahan juga, walaupun mereka kini dibantu oleh Mayang dan Sim Ki Liong.

Di lain pihak, Han Lojin juga merasa penasaran bukan main, apalagi melihat Sim Ki Liong yang membantu pihak lawan.

"Sim Ki Liong, manusia busuk pengkhianat hina!" Bentaknya ketika melihat betapa pemuda itu melindungi dan membela Mayang. "Engkau berani melawan kami?"

“Han Lojin, demi cintaku yang murni, aku siap untuk membela Mayang dengan nyawa!" kata Sim Ki Liong sambil mengamuk di samping Mayang.

Mendengar ucapan itu, diam-diam Hay Hay tersenyum. Cinta mampu merobah watak manusia, mampu menguasai manusia untuk melakukan apa saja, baik maupun tidak menurut penilaian orang lain.

Diam-diam Han Lojin kagum bukan main kepada Hay Hay dan Pek Han Siong karena kedua orang ini sukar di tundukkan. Dan diapun tahu betapa lihainya Sim Ki Liong, maka biarpun dia mengeroyok empat orang muda itu dengan banyak orang, namun agaknya banyak anak buahnya yang terluka atau tewas sebelum dia memperoleh kemenangan.

Dilain pihak, Hay Hay dan Han Siong yang belum berhasil membebaskan Bi Lian dan Kui Hong, juga merasa bingung. Mereka tidak dapat mempergunakan ilmu sihir mereka karena selain Han Lojin atau Ang-hong-cu memiliki kekuatan batin yang cukup tangguh untuk melawan kekuatan sihir mereka, juga terlalu banyak orang yang mengeroyok sehingga sukar untuk dapat menguasai mereka dengan kekuatan sihir. Terpaksa mereka berdua mengamuk, mengandalkan pedang pusaka di tangan mereka.

"Pergunakan asap pembius!"

Tiba-tiba terdengar perintah Han Lojin kepada para anak buahnya yang masih banyak menganggur dan hanya mengepung tempat itu karena jumlah mereka terlalu banyak untuk dapat maju semua.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar