*

*

Ads

Minggu, 19 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 145

Dia telah berbohong kepada ibunya. Dia telah mempunyai pilihan hati, sudah lama, semenjak dia bertemu dengan sumoinya yang dicari-carinya. Siangkoan Bi Lian, sumoinya juga bekas tunangannya. Bayang-bayang gadis itu masih selalu melekat di hatinya. Akan tetapi sumoinya itu dengan jujur dan gagah menyatakan bahwa ia tidak mempunyai perasaan cinta kepadanya, dan minta agar tali perjodohan yang diikatkan oleh suhu dan subonya itu dibikin putus. Biarpuh demikian, diam-diam dia masih selalu mengenang sumoinya itu, bahkan masih mengharapkan sekali waktu sumoinya itu akan dapat merasakan cinta kasihnya dan dapat pula menerima dan membalasnya.

"Tok-tok-tok!" Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya dan dia menoleh ke arah pintu.

"Buka saja pintunya, tidak dikunci." katanya.

Daun pintu didorong dan terbuka dari luar. Pelayan yang tadi nampak berdiri disitu, membawa baki yang penuh dengan mangkok piring yang terisi makanan masih panas mengepulkan asap yang sedap.

"Kongcu, ini makanan yang kongcu pesan. Kongcu hendak makan di ruangan makan ataukah di dalam kamar ini saja?"

"Bawa masuk saja, paman. Aku ingin makan disini saja."

Mangkok dan panci terisi makanan itu ditaruh di atas meja oleh pelayan yang diam-diam merasa heran mengapa seorang pemuda yang begini halus memesan masakan sedemikian banyaknya. Akan tetapi, keheranannya berubah ketika Han Siong berkata sambil menahannya setelah dia hendak pergi.

"Paman, harap duduk disini dan temani aku makan. Rasanya tidak enak makan sendirian. Marilah, paman. Aku sudah memesan makanan untuk dua orang, bukan?"

Pelayan itu sejenak tertegun. Kini mengertilah dia mengapa pemuda itu memesan masakan demikian banyaknya. Dan dia terheran-heran melihat seorang tamu mengajaknya makan bersama. Di dalam pekerjaannya selama belasan tahun sebagai pelayan, belum pernah dia mengalami hal seaneh ini. Akan tetapi, karena sikap Han Siong demikian ramahnya, diapun duduk di atas bangku berhadapan dengan pemuda itu, terhalang meja, setelah dia menutupkan daun pintu.

"Terima kasih, kongcu. Engkau baik sekali dan memang sesungguhnya saya juga belum makan siang ini." Dia meragu sejenak. "Akan tetapi, kongcu, mengapa kongcu mengajak saya seorang pelayan, untuk makan bersama? Belum pernah saya mendapat kehormatan seperti ini."

"Terus terang saja, paman. Ketika melihat paman, aku segera merasa suka sekali karena wajah paman mirip sekali dengan wajah seorang pamanku yang tinggal jauh di selatan dan sudah bertahun-tahun tidak pernah kutemui."

Kata Han Siong. Tentu saja ini hanya merupakan alasan yang dicari-cari. Dia sengaja menjamu pelayan ini karena ingin mencari keterangan pertama dari pelayan ini.

Mereka makan dan minum, kesempatan inilah yang dipergunakan oleh Han Siong untuk melakukan penyelidikannya. Setelah bertanya tentang keadaan pelayan itu dan mendengar bahwa pelayan itu sejak kecil tinggal di kota raja dan sudah belasan tahun bekerja di rumah penginapan itu, Han Siong lalu berkata, dengan sikap sambil lalu.

"Kalau begitu, engkau tentu mengenal atau setidaknya mengetahui dimana tempat tinggal seorang perwira yang bernama Tang Bun An, paman."

"Perwira Tang…….. Bun An? Sungguh aneh!"

"Kenapa aneh, paman?"

"Katakan dulu, kongcu. Ada urusan apakah kongcu mencari perwira she Tang itu?"

"Aku mempunyai urusan pribadi yang sangat penting dengan dia, paman,” kata Han Siong girang, tidak mengira akan semudah itu mendapatkan keterangan tentang perwira Tang Bun An yang sedang dicari oleh Bi Lian itu. "Tahukah engkau dimana dia sekarang?"

Han Siong kecewa ketika melihat pelayan itu menggeleng kepala.
“Saya tidak tahu dimana dia sekarang, kongcu. Tentu saja saya tahu siapa dia. Tang Ciangkun tadinya amat terkenal di kota raja sebagai penolong kaisar dan dia menjadi perwira di istana. Akan tetapi sudah lama dia mengundurkan diri dan sekarang entah berada dimana.”

"Kalau begitu, mengapa engkau tadi terheran dan mengatakan aneh ketika aku bertanya tentang dia kepadamu, paman?"






"Memang saya merasa heran karena baru kemarin dulu, dua orang yang bermalam disini, kebetulan yang pria juga menginap di kamar ini, juga mereka bertanya-tanya tentang seorang perwira she Tang, dan sekarang kongcu juga menanyakan orang yang sama. Bukankah itu suatu kebetulan yang aneh?"

"Hemm, siapakah dua orang itu? Apakah seorang gadis cantik dan seorang pemuda?"

“Tepat sekali! Ah, kiranya kongcu mengenal mereka? Mereka itu aneh sekali, setelah bermalam disini, pagi-pagi sekali pemuda itu pergi. Kemudian, ada tamu yang mengajak gadis itu pergi dan mereka tidak pernah kembali lagi, padahal mereka belum membayar sewa kamar….”

"Jangan khawatir, paman. Aku yang akan membayar sewa kamar mereka! Katakan, bukankah gadis itu cantik jelita, bertubuh ramping, berkulit putih mulus, ada tahi lalat kecil di dagu, mukanya bulat telur?"

Pelayan itu mengerutkan alisnya.
"Ia memang cantik jelita dan bertubuh tinggi ramping. Akan tetapi saya tidak berani terlalu memperhatikan karena ia kelihatan galak. Entah ada tahi lalat di dagunya atau tidak, kongcu. Adapun tentang sewa kamar, biarpun mereka belum membayar, telah diselesaikan dan dibayar oleh Ho-han-pang, jadi tidak perlu menyusahkan kong-cu."

Han Siong merasa heran. Dia belum yakin apakah gadis dan pemuda yang menginap di rumah penginapan ini benar Bi Lian dan suheng barunya itu. Akan tetapi mengapa mereka bertanya-tanya tentang perwira Tang? Tentu sumoiriya. Dia tidak boleh terlalu mendesak dan menimbulkan kecurigaan pelayan itu, maka dia lalu mengajak pelayan itu melanjutkan makan minum sampai kenyang.

"Aihh, sudah lama saya tidak menikmati masakan mahal seperti ini, kongcu. Terima kasih, kongcu." kata pelayan itu sambil menyusut bibirnya dengan lengan bajunya.

"Dan tentang pemuda dan gadis itu, kongcu. Sekarang aku dapat membayangkan mereka. Pasangan yang serasi sekali. Gadis itu cantik manis walaupun kelihatan galak, tapi kecantikannya berbau asing. Ia bukan gadis Han, kongcu. Agaknya peranakan dari barat, dari Sinkiang atau Tibet. Dan pemuda itu memakai caping lebar wajahnya tampan dan ia periang……."

"Apakah pakaiannya berwarna biru?"

"Benar, biru dengan garis-garis kuning!" kata pelayan itu girang. "Kongcu mengenal mereka?"

Han Siong mengangguk. Tentu saja dia mengenal Hay Hay yang selalu mengenakan pakaian biru bergaris kuning dan bercaping lebar itu! Dan gadis peranakan Tibet yang cantik itu, siapa lagi kalau bukan Mayang? Kiranya merekapun sudah tiba di kota raja dalam usaha mereka mencari Ang-hong-cu, dan agaknya Hay Hay juga menaruh curiga kepada perwira she Tang itu karena Ang-hong-cu juga she Tang.

Akan tetapi, apa pula peranan Ho-han-pang dalam urusan ini? Kenapa Ho-han-pang membayar hutang Hay Hay dan Mayang kepada rumah penginapan ini? Dia tahu bahwa bukan watak Hay Hay, apalagi Mayang, gadis yang angkuh dan memiliki harga diri yang tinggi itu, untuk begitu saja meninggalkan kamar yang rnereka sewa tanpa bayar!

"Tahukah engkau dirnana dua orang itu sekarang? Kebetulan sekali rnereka itu adalah sahabat-sahabatku."

"Saya tidak tahu, kongcu. Hanya setelah mereka pergi, datang orang-orang Ho-han-pang membayar rekening mereka dan dalam percakapan rnereka dengan majikan kami, mereka mengatakan bahwa dua orang muda itu menjadi tamu Ho-han-pang dan mereka datang untuk membayar uang sewa kamar."

Tentu saja Han Siong menjadi girang dan juga curiga terhadap perkumpulan yang memakai nama gagah itu. Ho-han-pang, perkumpulan orang gagah!

"Dimana markas Ho-han-pang itu, paman? Aku ingin menyusul dua orang sahabatku itu."

“Aihh! Kongcu belum mengenal Ho-han-pang? Biarpun belum lama berdiri, perkumpulan ini sudah terkenal sekali di kota raja dan semenjak perkumpulan itu berdiri, keadaan di kota raja aman, tidak pernah ada gangguan penjahat. Markasnya di luar kota, kongcu, di sebuah bukit."

Pelayan itu lalu memberi petunjuk. Setelah menyelidiki dimana letaknya Ho-han-pang dan tidak berhasil bertanya lebih banyak karena pelayan itu nampaknya jerih untuk banyak bicara tentang Ho-han-pang, Han Siong meninggalkan buntalan pakaiannya di dalam kamar dan keluar dari rumah penginapan itu.

Pada siang hari itu juga dia keluar dari kota raja menuju ke bukit yang menjadi sarang Ho-han-pang untuk melakukan penyelidikan, apakah benar Hay Hay dan Mayang menjadi tamu di perkumpulan itu dan kalau benar demikian, mengapa.

**** 145 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar