*

*

Ads

Minggu, 19 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 143

Kalau saja Hay Hay langsung berkunjung ke Ho-han-pang, tentu dia akan dapat bertemu dengan Siangkoan Bi Lian. Akan tetapi Hay Hay tidak mau langsung berkunjung. Mayang sudah ditawan orang-orang Ho-han-pang. Kalau dia datang berkunjung, sama saja artinya dengan menyerahkan diri karena mereka tentu akan mempergunakan Mayang sebagai sandera untuk membuat dia tidak berdaya dan dia tahu bahwa kalau mereka mengancam Mayang, tentu dia tidak berani menggunakan kekerasan.

Tidak, dia tahu bahwa dia berhadapan dengan pihak lawan yang licik dan curang. Dia tidak boleh datang berkunjung begitu saja. Dia harus lebih dulu melakukan penyelidikan dan kalau mungkin, lebih dulu membebaskan Mayang sebelum bertindak lebih lanjut. Dia masih menduga-duga mengapa perkumpulan yang namanya begitu gagah, Ho-han-pang, perkumpulan orang-orang gagah, memusuhinya bahkan menawan Mayang. Dan cara yang mereka pergunakan itu jauh dari pada pantas dilakukan oleh para ho-han (patriot gagah)!

Setelah mempergunakan kepandaiannya yang tinggi, menyusup mengelilingi dinding tembok yang mengepung perkampungan yang menjadi sarang Ho-han-pang, Hay Hay mendapat kenyataan bahwa penjagaan dilakukan ketat sekali oleh para anak buah Ho-han-pang yang rata-rata nampak muda dan gagah itu. Terutama di dua buah pintu gerbangnya, disitu terjaga oleh lebih dari dua puluh orang! Dan di sepanjang dinding yang tinggi sekitar dua meter itu selalu terdapat peronda sehingga akan sukarlah bagi orang luar untuk memasuki tempat itu tanpa diketahui para peronda dan penjaga.

Dengan ginkangnya yang tinggi, tentu tidak sukar bagi Hay Hay untuk meloncat dan menyelinap masuk ke balik dinding tembok. Akan tetapi dia ingin yakin agar dapat masuk tanpa diketahui orang. Kalau sampai ada yang melihatnya, akan berbahayalah, bukan lagi diri sendiri melainkan bagi Mayang! Tentu mereka itu akan mengancam untuk mencelakai Mayang kalau sampai diketahui dia memasuki sarang perkumpulan itu.

Dia ingin masuk tanpa diketahui, agar mendapat kesempatan untuk membebaskan Mayang terlebih dahulu sebelum bentrok secara terbuka dengan mereka. Diapun tidak tahu mengapa Ho-han-pang memusuhinya.

Hay Hay teringat akan nasihat kakek yang dijumpainya bersama Mayang di dusun sebelah luar kota raja. Kakek itu menasihati bahwa perjalanan tidak aman, bukan karena gangguan perampok, melainkan karena adanya orang-orang gagah dari Ho-han-pang yang suka merayu dan menggoda gadis-gadis cantik untuk dijadikan isteri mereka!

Dia semakin tertarik dan ingin sekali mengetahui, perkumpulan apa gerangan yang bernama Ho-han-pang itu. Kalau melihat namanya, sepatutnya sebuah perkumpulan yang baik, bukan perkumpulan orang jahat. Tapi mengapa kini memusuhinya dan menggunakan siasat busuk untuk menawan Mayang?

Baik adalah suatu keadaan batin, suatu mutu batin yang wajar, tidak dibuat-buat, seperti keadaan pohon mawar yang mengeluarkan bunga mawar yang indah dan harum, tanpa disengaja.

Perbuatan yang nampaknya baik belum tentu baik mutunya, karena perbuatan itu dapat saja palsu, nampaknya saja baik namun itu hanya merupakan cara untuk mendapatkan sesuatu. Yang berpamrih selalu palsu. Batin yang bersih dari pada cengkeraman nafsu daya rendah, akan membuahkan perbuatan yang baik, wajar, bahkan tidak diketahui sebagai baik oleh pelakunya sendiri.

Oleh karena itu, kebaikan tidak mungkin dapat dilatih atau dipelajari, karena kalau demikian, maka kebaikan yang dilakukan dengan sengaja itu hanya perbuatan munafik belaka, sengaja dilakukan agar mendatangkan sesuatu yang diinginkan oleh si pelaku.

Kebaikan adalah bebas dari perhitungan pikiran. Kebaikan adalah sesuatu yang dilandasi cinta kasih. Seorang ibu yang menyusui anaknya tidak akan merasa bahwa ia melakukan suatu kebaikan wajar dan tidak disengaja, dasarnya cinta kasih. Dan cinta kasih hanya menyinari batin yang bebas dari pengaruh pikiran yang bergelimang nafsu daya rendah!

Matahari sudah condong ke barat. Hay Hay cepat menyelinap ke balik sebatang pohon ketika melihat ada dua orang peronda berjalan menuju ke tempat itu sambil bercakap-cakap. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Kenapa pang-cu menyuruh kita berjaga dengan ketat dan waspada? Bukankah semua pengacau telah tertawan? Dan kalau yang datang itu hanya gadis-gadis cantik, untuk apa kita takut?"






"Wah, engkau tidak tahu! Tiga orang gadis cantik itu memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi sehingga sepuluh orang dari kita belum tentu akan mampu mengalahkan mereka!"

"Hemm, kalau begitu, tentu pangcu akan berpesta pora karena kemenangannya. Apakah ketiga-tiganya akan dimiliki dan dinikmati pangcu sendiri?"

"Hushhh, jangan mencari penyakit!" bisik kawannya. "Apapun yang akan dilakukan pangcu dan para pembantu utamanya, bukan urusan kita, itu urusan tingkat tinggi!"

Keduanya berjalan melewati pohon dimana Hay Hay bersembunyi dan tiba-tiba Hay Hay keluar dari balik pohon dan sejak tadi dia memang telah mengerahkan kekuatan sihirnya.

"Ssttt……. !"

Dua orang itu terkejut dan cepat membalikkan tubuh mereka. Mereka memandang terbelalak dan nampak bingung. Hay Hay tadi sudah mengintai ke arah gardu di depan pintu gerbang dimana berkumpul para anak buah Ho-han-pang dan melihat seorang diantara mereka yang agaknya menjadi pimpinan dan disebut Ciong-toako.

"Hemm, kenapa kalian bengong? Apakah tidak mengenal lagi pemimpinmu, aku orang she Ciong ini?"

"Ahh, Ciong-toako!" kata yang tinggi kurus.

"Ciong-toako mengejutkan kami saja!" kata orang ke dua yang perutnya agak gendut.

"Kalau meronda baik-baik, jangan melamun," kata Hay Hay yang telah berhasil membuat dua orang itu melihat dia sebagai "Ciong-toako".

"Kalian tahu bukan? Bahwa pang-cu kita telah menawan tiga orang gadis yang lihai sekali?"

Tentu saja ucapan ini dikeluarkan sesuai dengan apa yang baru saja didengarnya dari percakapan mereka. Dua orang itu mengangguk-angguk.

"Kalian tahu dimana tiga orang tawanan kita itu dikurung, bukan?"

"Tahu, toako. Di kamar tahanan bawah tanah………"

"Bagus! Akan tetapi tutup mulutmu dan jangan ceritakan hal ini kepada siapapun juga. Hati-hati kalau terdengar pihak musuh." kata Hay Hay.

"Tidak mungkin, toako. Pula, lorong bawah tanah itu selain rahasia juga dijaga ketat oleh para pembantu utama pangcu. Siapa yang akan mampu masuk kesana?"

"Hemm, bagaimanapun juga, kalian yang berjaga di luar harus hati-hati. Tahukah kalian dimana sekarang pangcu berada?" .

"Tadi kami melihat pang-cu pergi ke puncak bukit kecil itu, mungkin pergi ke taman kesayangannya."

Seorang dari mereka menunjuk ke arah bukit kecil yang menjulang di tengah perkampungan itu. Bukan bukit, hanya merupakan bagian yang lebih tinggi saja dan di bawah gundukan itulah tahanan bawah tanah itu dibuat.

"Sudah, lanjutkan perondaanmu!" katanya dan diam-diam dia mengerahkan kekuatan sihirnya untuk membuat mereka berdua itu melupakan pertemuan ini.

Setelah mereka pergi diapun meloncati pagar dinding itu dan memasuki daerah perkampungan Ho-han-pang. Dia merasa lega bahwa dia telah memperoleh keterangan yang amat diharapkan, yaitu tempat dimana Mayang ditahan. Dia yakin bahwa diantara tiga orang wanita tawanan mereka. Dan dia tahu pula dimana adanya sang ketua yang menawan Mayang dan mengundangnya.

Untuk mencoba menolong Mayang bukan hal mudah. Mayang ditahan di dalam tempat tahanan di bawah tanah, dan dijaga ketat oleh para pembantu utama Ho-han-pang. Sebaliknya sang ketua berada di gundukan tanah seperti bukit kecil itu, dan mungkin berada di taman kesayangannya disana. Mungkin seorang diri. Adalah lebih mudah untuk menemui ketua itu dan kalau perlu menangkapnya, memaksanya membebaskan Mayang, daripada menghadapi semua anak buah Ho-han-pang dan dikeroyok banyak orang sebelum sempat membebaskan Mayang.

Dengan kecepatan gerakannya yang ringan, Hay Hay menyusup-nyusup diantara pohon-pohon dan rumah-rumah perkampungan Ho-han-pang. Dua kali dia kepergok orang, akan tetapi dengan cepat dia menggunakan ilmu sihirnya, dan dua kali dia dapat lolos dari perhatian orang-orang itu yang percaya bahwa yang mereka lihat itu hanya bayangan saja.

Akhirnya, dengan jantung berdebar tegang Hay Hay lari naik mendaki gundukan tanah seperti bukit kecil yang berada di tengah perkampungan itu. Sebuah bukit kecil yang di puncaknya dijadikan sebuah taman bunga yang indah oleh ketua Ho-han-pang!

**** 143 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar