*

*

Ads

Minggu, 19 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 142

Bi Lian yang khawatir kalau Ang-hong-cu yang dibencinya itu melarikan diri, juga untuk melindungi suhengnya agar jangan terjebak oleh jai-hwa-cat yang kini menjadi ketua Ho-han-pang itu, mendahului Tang Gun dan melangkah dengan cepat di belakang Han Lojin.

Tang Gun berjalan di belakangnya sehingga ia tidak tahu betapa pemuda itu nampak tegang sekali. Memang hati Tang Gun gelisah memikirkan sumoinya ini! Dia telah jatuh cinta kepada sumoinya yang cantik manis dan gagah perkasa ini dan setelah kini jelas bahwa sumoinya tidak saja enggan membantu Han Lojin bahkan memaksanya untuk mengadu nyawa, dia merasa khawatir karena dia tahu bahwa ayahnya itu, Han Lojin, kini hendak menggunakan siasat untuk menjebak Bi Lian.

Dan dia tahu pula bagaimana perangkap itu dipasang dan apa yang harus dilakukannya. Dia sayang kepada Bi Lian, akan tetapi juga taat kepada ayahnya. Akan tetapi karena dia sudah mendapat ketegasan dari ayahnya bahwa sumoinya hanya akan ditawan dan tidak akan diganggu atau dibunuh, kemudian bahkan akan dipergunakan siasat agar sumoinya suka menyerahkan diri kepadanya dan dengan suka rela menjadi isterinya, hatinyapun lega dan dia hanya mentaati saja perintah ayahnya yang kini menjadi atasannya.

Dia tahu pula bahwa kini para pembantu ayahnya tentu sudah berjaga-jaga dan mengepung tempat itu sehingga betapapun lihainya sumoinya, ia tidak akan mampu lolos dari tempat ini.

Biarpun hatinya penuh dengan kecurigaan, namun Bi Lian tidak merasa gentar ketika tuan rumah memasuki sebuah lorong yang menuju ke bawah, menuju ke ruangan bawah tanah! Ia hanya menoleh ke arah suhengnya sebentar.

"Hati-hati, suheng." bisiknya dan Tang Gun mengangguk. Engkaulah yang harus berhati-hati, sumoi, katanya di dalam hati.

Lorong bawah tanah itu membawa mereka di depan sebuah kamar berpintu besar.
"Nah, didalam kamar ini kalian dapat menemukan orang yang kalian cari. Bukalah pintunya dan masuklah." Kata Han Lojin.

Tang Gun melewati sumoinya, hendak membuka pintu itu, akan tetapi Bi Lian sudah menangkap lengannya.

"Suheng, jangan! Waspada terhadap perangkap orang jahat!"

Karena lengannya dipegang, Tang Gun tidak jadi membuka daun pintu dan menoleh kepada Han Lojin yang tertawa.

"Ha-ha-ha, nona Siangkoan Bi Lian yang gagah perkasa itu ternyata penakut. Nona, apakah engkau tidak berani membuka pintu itu? Apakah harus aku yang membukakannya untuk kalian?"

Bi Lian tersenyum mengejek.
"Ang-hong-cu, aku sama sekali tidak takut kepadamu, hanya tidak-percaya dan curiga kepadamu. Bukan takut melainkan hati-hati terhadap kecuranganmu! Bukalah pintunya dan biarkan kami melihat dulu siapa yang berada di dalam kamar ini."

Han Lojin tertawa, diam-diam kagum kepada gadis perkasa itu. Seorang gadis yang gagah berani dan cerdik, seperti juga Cia Kui Hong maka akan menguntungkan sekali kalau gadis ini mau menjadi pembantunya. Dia sudah mengatur siasat sebelumnya dan merasa girang bahwa hal ini dia lakukan karena kalau tidak, akan berbahaya menghadapi amukan gadis seperti ini. Sebelum dia membawa Bi Lian ke depan kamar tahanan bawah tanah dia telah membuat dua orang tawanan di kamar itu, Mayang dan Cia Kui Hong, roboh pingsan oleh asap pembius.

"Ha-ha-ha, Siangkoan Bi Lian, akan kubuka pintunya. Kau lihatlah baik-baik siapa yang berada di dalam kamar ini!" katanya sambil maju menghampiri pintu kamar.

Bi Lian menggerakkan tangan dan mencabut lagi pedang pusaka Kwan-im-kiam yang tadi telah ia simpan di sarung pedangnya.

Daun pintu terbuka dan Bi Lian melangkah ke ambang pintu, memandang ke dalam, Tang Gun berada pula di belakangnya dekat sekali dan ikut menjenguk ke dalam.

Kamar itu cukup luas akan tetapi tidak ada meja atau kursi di situ. Hanya ada kasur tebal di atas lantai dan sebuah kamar kecil di sudut. Dan di atas kasur itu nampak dua orang wanita rebah terlentang seperti dalam keadaan tidur. Bi Lian memandang penuh perhatian, demikian pula Tang Gun yang sama sekali tidak mengenal dua orang gadis itu.

Dua orang gadis yang keduanya cantik jelita. Dia hanya tahu bahwa ayahnya akan menggunakan tipu muslihat dan perangkap untuk menangkap dan menundukkan sumoinya, akan tetapi dia tidak tahu dengan cara bagaimana.

Tiba-tiba Han Lojin mendorong punggung Tang Gun, pemuda ini mengerti dan diapun menabrak. sumoinya yang berada di depannya dari belakang sambil berteriak,






"Celaka, sumoi......!"

Ketika merasa betapa suhengnya terdorong dari belakang dan kedua tangan suhengnya itupun mendorong punggungnya, Bi Lian terkejut. Sama sekali ia tidak menyangka bahwa yang diserang bukan ia melainkan suhengnya yang berada di belakangnya. Dan iapun agak lengah karena kagetnya ketika mengenal seorang diantara dua orang wanita yang rebah telentang di dalam kamar itu.

Ia mengenal Cia Kui Hong! Dan pada saat ia terkejut itu, Tang Gun yang berada di belakangnya terdorong ke depan dan pemuda itupun mendorongnya. Tidak ada jalan lain baginya kecuali cepat mendoyongkan tubuh ke kiri sambil meloncat ke dalam kamar, lalu membalik. Ia melihat suhengnya terdorong ke depan dan terhuyung, dan yang mendorong suhengnya itu bukan lain adalah Ang-hong-cu!

"Keparat!"

Serunya, akan tetapi terlambat karena ketika ia meloncat tadi, daun pintunya segera ditutup dari luar oleh Han Lojin. Ia melompat ke pintu untuk mencegah, namun pintu itu terbuat dari besi dan sudah tertutup. Dicobanya untuk mendorong daun pintu, namun sia-sia belaka.

"Sumoi, mari kita buka pintu itu!"

Tang Gun juga meloncat dan membantu sumoinya. Keduanya mengerahkan tenaga sin-kang, namun pintu itu terlampau kuat!

"Ha-ha-ha-ha!"

Han Lojin tertawa bergelak dari luar pintu. Suaranya masuk melalui lubang kecil yang biasanya dipergunakan penjaga untuk memasukkan makanan dan minuman untuk tawanan yang berada di dalam kamar itu.

"Tan Hok Seng dan Siangkoan Bi Lian, sekarang kalian tinggal pilih. Menyerah dan suka menjadi pembantu kami, bersama-sama bekerja dalam Ho-han-pang untuk menguasai dunia kang-ouw, ataukah kalian akan kami bunuh perlahan-lahan sebagai tawanan kami!"

Mendengar ini, Tang Gun mengerti bahwa dia sengaja dipergunakan oleh ayahnya untuk menjebak sumoinya. Dengan begini, sumoinya tidak akan menyangka buruk terhadap dirinya, karena bukankah dia sendiripun ikut pula terjebak dan tertawan?

"Beng-cu, kami tidak mempunyai permusuhan denganmu. Bukankah Beng-cu dahulupun sudah menolongku? Kenapa kami ditawan? Kalau kami tidak disuruh melakukan kejahatan, tentu saja kami mau membantumu dan……"

"Suheng…….!" Bi Lian membentak suhengnya yang terdiam. Gadis itu lalu menghadapi lubang di pintu dan suaranya lantang ketika ia menjawab, "Ang-hong-cu! Biarpun gerombolanmu memakai nama Ho-han-pang (Perkumpulan Orang Gagah), siapa percaya? Aku tidak sudi membantumu dan tentang ancamanmu, aku tidak takut mati! Kalau engkau gagah dan bukan seorang pengecut yang curang, mari kita bertanding satu lawan satu sampai seorang diantara kita mampus di ujung pedang!"

Akan tetapi Han Lojin hanya menjawab dengan suara ketawanya yang riang. Agaknya dia girang sekali melihat betapa dengan mudahnya dia telah berhasil menjebak gadis yang berbahaya itu. Gembira dia membayangkan betapa gadis yang keras dan liar itu akhirnya akan menjadi lunak dan tunduk kepadanya, menyerahkan segalanya dengan suka rela.

Dia merasa muda kembali membayangkan betapa dua orang gadis pendekar yang berilmu tinggi, dalam waktu dekat akan berada di dalam pelukannya. Cia Kui Hong dan Siangkoan Bi Lian, merekalah yang akan menjadi wanita taklukannya terakhir, yang akan mendatangkan perasaan bangga di hatinya di samping kepuasannya merusak kehidupan dua orang wanita, wanita pendekar pula!

Suara ketawa itu makin menjauh dan juga langkah kaki Han Lojin terdengar meninggalkan lorong bawah tanah itu. Setelah langkah kaki itu tidak terdengar lagi, Bi Lian cepat menghampiri Kui Hong yang menggeletak seperti orang tidur itu.

"Cia Kui Hong……!" ia berseru heran dan memeriksa.

Hatinya lega karena Kui Hong tidak terluka dan pingsan saja. Ia mengenal Kui Hong sebagai seorang gadis yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, tidak kalah dibandingkan dirinya sendiri, namun ternyata menjadi tawanan pula disini. Ia dapat menduga bahwa Kui Hong terjebak pula, seperti ia dan suhengnya. Ia memeriksa gadis kedua yang juga rebah telentang dan keadaannya sama dengan Kui Hong. Tidak terluka, dan pingsan. Ia tidak mengenal gadis itu, yang melihat wajahnya seperti peranakan asing.

Ketika ia menengok, ia melihat suhengnya sedang memeriksa keadaan kamar tawanan itu, seolah mencari jalan keluar. Iapun bangkit berdiri.

"Bagaimana, suheng? Apakah ada bagian lemah yang memungkinkan kita keluar?"

Tang Gun menarik wajah duka dan khawatir, menggelengkan kepalanya, kemudian berbalik dia bertanya,

"Siapakah gadis-gadis itu, sumoi? Agaknya engkau telah mengenal mereka."

"Yang peranakan asing ini aku tidak kenal, akan tetapi gadis ke dua ini tentu saja aku mengenalnya dengan baik. Ia seorang pendekar wanita yang berilmu tinggi, pendekar kenamaan dari Cin-ling-pai. Sungguh mengherankan sekali bagaimana seorang gadis yang lihai seperti ia dapat menjadi tawanan disini."

"Sumoi, hal itu membuktikan betapa lihainya Beng-cu, ketua Ho-han-pang itu. Apakah tidak lebih baik kalau kita membantu perkumpulan orang gagah itu daripada menentangnya dan membiarkan diri kita terancam bahaya?"

"Suheng! Engkau tidak tahu betapa jahat dan kejinya Ang-hong-cu! Kalau engkau tahu, tentu tidak akan berpendapat seperti itu! Kita harus menentang iblis busuk itu. Sampai mati aku tidak sudi membantu iblis seperti dia!"

Tan Gun menundukkan mukanya yang nampak sedih. Ini bukan dibuat-buat, karena memang dia merasa sedih sekali melihat betapa sumoinya amat membenci Han Lojin, ayah kandungnya! Dia merasa sayang kepada Siangkoan Bi Lian dan mengharapkan dapat menjadi suami gadis perkasa yang cantik jelita itu, akan tetapi gadis itu demikian membenci ayahnya. Kalau sumoinya itu mengetahui bahwa dia bukan Tan Hok Seng, melainkan Tang Gun putera Ang-hong-cu, tentu sumoinya itu akan membencinya pula.

“Akan tetapi………. Dia…… eh, dia pernah menyelamatkan aku, dan sikapnya kepadaku demikian baik……."

Bi Lian memandang suhengnya dan iapun mengerti. Ang-hong-cu menjebak karena ia memusuhi jai-hwa-cat itu, dan karena ia dan Ang-hong-cu bermusuhan, kini suhengnya itu terbawa-bawa dan menjadi tawanan pula.

"Tan-suheng, aku menyesal sekali bahwa engkau ikut pula tertawan. Akan tetapi, jangan khawatir, suheng. Kita masih hidup dan kita berdua akan mampu membela diri. Bahkan kalau kita dapat bebas dari sini, aku tidak akan terjebak lagi dan akan kubasmi Ang-hong-cu dan sarangnya. Betapapun muluk nama yang dia pakai untuk perkumpulannya, pasti di dalamnya busuk! Dan disini masih ada Cia Kui Hong. Ia amat lihai, bahkan mungkin lebih lihai dari pada aku, maka kita bertiga pasti akan dapat membasmi Ang-hong-cu dan anak buahnya. Siapa tahu, mungkin gadis peranakan asing inipun memiliki kepandaian. Biar kucoba sadarkan Kui Hong."

Bi Lian berjongkok dekat Kui Hong yang masih pingsan, sedangkan Tang Gun hanya berdiri memandang saja. Tiba-tiba dia melihat asap putih memasuki kamar itu dari lubang kecil dari mana biasanya penjaga memasukkan makanan dan minuman.

"Sumoi awas…….!!!” teriaknya.

Bi Lian cepat meloncat sambil membalikkan tubuhnya. Iapun melihat asap itu dan sekali bergerak, tubuhnya sudah mendekati lubang itu dan sekali tangannya bergerak, sinar hitam lembut menyambar keluar dari lubang. Terdengar teriakan kesakitan di luar dan asap berhenti berhembus masuk.

Mudah diduga bahwa jarum-jarum halus yang dilepas oleh Bi Lian tadi mengenai sasaran dan orang yang melepas asap itu tentu menjadi korban jarum beracun! Ilmu ini dipelajarinya dari kedua orang gurunya yang pertama, yaitu Pak Kwi Ong dan Tung Hek Kwi!

Tang Gun terbatuk-batuk. Dia telah terkena pengaruh asap putih tadi. Tersedot olehnya asap tadi yang membuatnya terbatuk-batuk dan pusing. Akan tetapi Bi Lian bersikap lebih berhati-hati. Ketika tadi ia menyerang, ia menahan napas sehingga asap itu tidak sampai tersedot dan kini ia meloncat ke belakang menjauhi lubang.

Akan tetapi, terdengar suara mendesis dan ketika ia memandang ke kanan kiri dan atas ia terkejut sekali. Asap putih menyerbu kamar itu dari mana-mana, dari lubang-lubang tersembunyi, bahkan dari atas!

Bi Lian menyambar selimut yang berada di atas kasur dan menggunakan selimut itu untuk diputar-putar mengusir asap yang mendekatinya. Akan tetapi karena lubang-lubang di kamar tahanan itu tidak terlalu banyak sedangkan asap yang masuk banyak sekali, maka asap yang diusir dengan putaran selimut itu hanya berpusing di dalam kamar itu saja dan akhirnya membalik lagi ke arah Bi Lian.

Gadis itu menahan napas dan terus melawan sekuat tenaga. Ia melihat betapa suhengnya sudah terhuyung kemudian terkulai pingsan. Ia masih terus melawan sampai akhirnya iapun harus bernapas dan tersedotlah asap ke dalam paru-parunya. Ia mencium bau yang keras dan wangi, yang membuatnya terbatuk-batuk dan iapun terkulai lemas, pingsan.

**** 142 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar