*

*

Ads

Minggu, 19 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 141

"Han Lojin?" Siangkoan Bi Lian memandang kepada Tang Gun dengan mata terbelalak. "Kau katakan tadi Han Lojin yang kau temui disana?"

Melihat sumoinya nampak terkejut mendengar disebutnya nama Han Lojin, Tang Gun bersikap hati-hati.

"Sumoi, apakah engkau pernah mendengar nama Han Lojin? Dialah yang dahulu menyelamatkan aku, dialah pendekar yang memakai kedok hitam, yang telah membebaskan aku dari hukuman pengasingan dan memberi bekal uang kepadaku."

Mendengar ini, Bi Lian menjadi semakin terkejut dan heran.
"Aihh, kiranya dia? Kiranya Ang-hong-cu yang telah menolongmu……. "

“Ang-hong-cu….?” Tang Gun berseru kaget, bukan pura-pura karena dia memang terkejut bukan majn mendengar sumoinya telah mengetahui bahwa Han Lojin adalah Ang-hong-cu! “Sumoi, Han Lojin ini adalah seorang pang-cu yang terhormat dari Ho-han-pang! Bahkan dia diakui sebagai seorang Beng-cu.”

Bi Lian mengerutkan alisnya. Ia mengenang kembali pengalamannya ketika ia bersama Pek Han Siong, Hay Hay dan para pendekar lain membantu pemerintah untuk membasmi gerombolan pemberontak yang dipimpin oleh Lam-hai Giam-lo.

Pada waktu itu, muncul Han Lojin yang juga berjasa membantu pemerintah dalam menumpas pemberontak itu. Kemudian ternyata bahwa Han Lojin adalah ayah kandung Hay Hay, bahwa Han Lojin adalah Ang-hong-cu, kumbang merah jahat penghisap kembang itu, jai-hoa-cat (penjahat cabul pemetik bunga) yang pernah menggemparkan dunia persilatan.

Kalau kini Han Lojin muncul sebagai ketua rerkumpulan para hohan (patriot), hal itu tidaklah aneh. Akan tetapi, bagaimanapun dalam pandangannya, Ang-hong-cu adalah seorang penjahat cabul yang tidak pantas dibiarkan hidup! Apalagi penjahat cabul itu telah memperkosa atau menodai kehormatan Pek Eng, adik kandung Pek Han Siong, suhengnya dan bekas tunangannya. Semua pendekar yang ketika itu membantu penumpasan pemberontak, menganggap Ang-hong-cu jahat walaupun berjiwa patriot, dan mereka semua tentu saja menentang dan memusuhinya. Apalagi ia sendiri yang sepatutnya membalaskan penghinaan yang dilakukan penjahat itu atas diri Pek Eng adik Pek Han Siong, dan Cia Ling.

"Hemmm, begitukah, suheng? Lalu, mengapa pula sekarang suheng hendak mengajak aku menemuinya?"

"Sumoi, dia mengundangku ke markas Ho-han-pang dan dia berjanji akan memberi tahu kepadaku dimana adanya Tang Bun An yang kucari itu."

"Lalu, mengapa aku harus ikut serta denganmu?"

"Mengapa tidak, sumoi? Bukankah engkau pergi bersamaku untuk membantuku? Selain aku ingin memperkenalkan engkau dengan penolongku itu, juga aku mengharapkan bantuanmu kalau-kalau aku bertemu dengan musuhku dan berkelahi dengan dia."

"Baiklah, suheng. Akan tetapi kalau kemudian ternyata olehku bahwa penolongmu itu adalah Ang-hong-cu yang jahat, jangan salahkan aku kalau aku menentangnya, dan berusaha untuk membunuhnya. Penjahat keji itu harus dibasmi, kalau tidak, akan berjatuhan lagi korban diantara para wanita muda yang dipermainkannya!"

Tang Gun bergidik mendengar ancaman yang terkandung di dalam ucapan itu dan dia merasa tegang. Akan tetapi bagaimanapun juga dia harus mentaati Han Lojin, bukan saja karena telah menjadi pembantunya, akan tetapi terutama sekali karena Han Lojin adalah ayahnya.

Mereka lalu berangkat menuju ke bukit di luar pintu gerbang kota, dirnana markas Ho-han-pang berdiri. Diam-diam Bii Lian yang tetap mencurigai Han Lojin, telah mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau untuk turun tangan membunuh jai-hoa-cat yang dibencinya itu. Bukan saja karena Han Lojin telah menodai Pek Eng dan Cia Ling, dua orang gadis pendekar yang dikagumi dan disukanya, akan tetapi juga karena Han Lojin telah membuat Hay Hay terkena fitnah dan orang-orang, juga ia sendiri dahulu, menuduh Hay Hay yang melakukan semua perkosaan atau perbuatan busuk itu, karena Han Lojin memberi kesan ke arah itu. Jai-hoa-cat itu melakukan perbuatan terkutuk, dan menjerumuskan Hay Hay yang menjadi sasaran pula dari kemarahan para pendekar karena dia disangka menjadi pelakunya.

Sementara itu, Han Lojin juga sudah membuat persiapan. Dia mengumpulkan tiga orang pembantu utamanya, yaitu Sim Ki Liong, Tang Cun Sek dan Ji Sun Bi. Cun Sek tidak mengenal Siangkoan Bi Lian, akan tetapi Sim Ki Liong dan Ji Sun Bi terkejut sekali ketika mendengar keterangan Han Lojin bahwa gadis perkasa itu akan datang berkunjung.

Terutama sekali Sim Ki Liong. Mendengar bahwa gadis itu yang pernah menjadi musuhnya dalam pemberontakan yang dipimpin Lam-hai Giam-lo dimana dia menjadi pembantu utama, kini akan muncul di depannya, tentu saja dia merasa tegang bukan main. Apalagi ketika Han Lojin mengatakan bahwa gadis perkasa itu adalah puteri musuh besarnya, yaitu Siangkoan Ci Kang! Kalau dia belum sempat membalas sakit hati orang tuanya kepada Siangkoan Ci Kang, biarlah dia akan lebih dulu membalasnya lewat puteri musuh besarnya itu. Agaknya Han Lojin dapat menduga isi hati pembantunya, maka diapun berkata dengan suara berwibawa.






"Siangkoan Bi Lian akan datang dibawa suhengnya yang bernama Tang Gun. Mereka itu akan kutarik sebagai pembantuku. Tang Gun sudah menyatakan suka menjadi pembantuku dan bekerja sama dengan kalian, akan tetapi, kita harus dapat membujuk dulu Siangkoan Bi Lian agar suka pula membantu kita. Kalau ia tidak mau membantu, terpaksa harus menggunakan kekerasan……"

"Jangan khawatir, bengcu! Saya yang akan memaksanya!" kata Sim Ki Liong sambil mengepal tinju dan dengan hati panas karena dendam.

"Ki Liong, aku tidak menghendaki engkau mengganggu gadis itu! Kalau ia mau membantuku, sukurlah. Andaikata tidak, aku akan menangkapnya dan kalian hanya membantuku. Aku tidak ingin mengganggu atau membunuh, melainkan hendak menundukkannya agar ia suka membantuku, seperti halnya dua orang gadis yang kini telah menjadi tawanan kita. Kita lihat saja bagaimana sikapnya nanti. Kalau ia berkeras tidak mau membantu bahkan mengambil sikap bermusuhan, kita harus menggunakan akal."

Han Lojin lalu mengatur siasat dan para pembantunya tentu saja tidak berani membantah. Bahkan Sim Ki Liong hanya mengangguk setuju, walaupun hatinya masih dibakar dendam. Gadis itu puteri musuh besarnya, bahkan gadis itu pernah pula membantu pemerintah membasmi pemberontakan Lam-hai Giam-lo dimana dia mengambil bagian sehingga berarti menggagalkan cita-citanya pula. Dan kini Han Lojin hendak menarik gadis itu sebagai pembantu, bekerja sama dengan dia.

Demikian, ketika Tang Gun dan Bi Lian tiba di pintu gerbang markas perkumpulan Ho-han-pang, keadaannya nampak tenang saja. Para anggauta Ho-han-pang yang bertugas jaga telah diatur sebelumnya sehingga mereka itu menyambut kedatangan pemuda dan gadis itu dengan sikap ramah dan hormat.

"Kami ingin bertemu dengan Ho-han Pang-cu." Kata Tang Gun kepada beberapa orang pria muda yang berjaga di pintu gerbang masuk.

Mereka itu nampak gagah dan tampan.
"Apakah ji-wi (anda berdua) itu saudara Tan Hok Seng dan nona Siangkoan Bi Lian?" tanya kepala jaga.

"Benar," kata Tang Gun.

"Ah, selamat datang di Ho-han-pang. Pang-cu memang sudah memesan kepada kami bahwa ji-wi akan datang berkunjung. Mari, silakan masuk dan saya antarkan ji-wi ke ruang tamu."

Mereka berdua mengikuti pemuda tinggi besar itu dan diam-diam Bi Lian siap siaga. Bagaimanapun juga, kalau benar ketua Ho-han-pang ini adalah Han Lojin alias Ang-hong-cu, ia tetap curiga dan harus berhati-hati. Ia tidak mungkin dapat percaya begitu saja terhadap seorang seperti Ang-hong-cu!

Mereka dibawa masuk ke sebuah ruangan yang luas. Ruangan tamu ini besar dan hanya terisi belasan buah bangku yang dikelilingi sebuah meja bundar yang besar. Selebihnya kosong sehingga leluasa berlatih silat, bahkan untuk bertanding sekalipun.

Dengan hati-hati Bi Lian memasuki ruangan itu dan kepala jaga mempersilakan mereka duduk dan menunggu.

"Harap ji-wi menunggu sebentar. Pangcu tentu akan datang menyambut ji-wi disini karena kedatangan ji-wi sudah dilaporkan." Kepala penjaga itu lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Bi Lian mempelajari ruangan itu dengan pandang matanya. Selain pintu besar di depan, terdapat pula dua buah pintu di belakang dan di kiri yang entah menembus kemana. Jadi, kalau pihak tuan rumah menghendaki, ia sudah terkepung di ruangan itu. Namun ia bersikap tenang dan sama sekali tidak merasa gentar. Juga ia melihat betapa suhengnya berusaha untuk bersikap tenang, namun dari pandahg mata suhengrlya ia tahu bahwa suhenghya itu merasa gelisah dan matanya tak tenang memandang ke sana-sini.

Daun pintu di sebelah dalam terbuka dan muncullah seorang laki-laki berusia lebih dari setengah abad, namun masih nampak ganteng dan gagah, dengan pakaian yang rapi, kumis jenggot terpelihara baik dan penampilan yang memikat. Dia tersenyum dan pandang matanya bersinar tajam. Begitu melihat pria ini, Bi Lian langsung bangkit berdiri dan menatap tajam. Ia tidak salah lihat. Itulah Han Lojin yang dahulu pernah dilihatnya. Itulah Ang-hong-cu, Si Kumbang Merah!

"Kau…… Ang-hong-cu…….!!” Bi Lian berkata dan sepasang matanya mengeluarkan sinar kilat.

Diam-diam Han Lojin bergidik. Gadis ini berbahaya sekali, mirip Cia Kui Hong. Kalau menjadi lawan, akan mengancam keselamatannya. Akan tetapi dia tersenyum dan membungkuk dengan sikap hormat.

"Aih, kiranya sumoi dari Tan Hok Seng adalah nona Siangkoan Bi Lian yang gagah perkasa! Pernah kita saling bertemu dan bekerja sama membantu pemerintah ketika membasmi gerombolan pemberontak yang dipimpin Lam-hai Giam-lo! Selamat datang di Ho-han-pang, nona! Kami akan merasa terhormat dan gembira sekali kalau kita dapat bekerja sama lagi dalam membantu pemerintah di segala bidang."

Akan tetapi, dengan senyum sindir Bi Lian menggerakkan tangan kanannya dan nampak sinar berkelebat dan tahu-tahu tangan kanan itu telah memegang sebatang pedang yang bercahaya. Itulah Kwan-im-kiam, pedang pusaka ampuh pemberian orang tuanya. Dengan pedang melintang depan dada, Bi Lian menudingkan telunjuknya ke arah muka Han Lojin dan suaranya terdengar lantang.

"Ang-hong-cu, tidak perlu banyak cakap lagi dan keluarkan senjatamu! Aku harus membunuhmu demi membalaskan kekejian yang kau lakukan terhadap Pek Eng, Cia Ling dan banyak wanita lain, juga demi menjaga keselamatan wanita-wanita lain. Keluarkan senjatamu dan mari kita mengadu nyawa!"

"Aih, nona Siangkoan! Kami mengundang kalian berdua kesini untuk membantu kalian menemukan orang yang kalian cari, bukan untuk bermusuhan………!" kata Han Lojin sambil memandang kepada Tang Gun.

Pemuda itu menjadi bingung melihat sikap sumoinya dan diapun cepat melangkah ke depan sumoinya.

"Eh, sumoi, kenapa begini? Bengcu ini adalah penyelamatku, juga dia akan menunjukkan dimana adanya orang yang kucari-cari….”

"Suheng, dia inilah Ang-hong-cu, orang yang amat jahat dan kejam. Aku harus membunuhnya, demi keselamatan dan keamanan para wanita lemah yang tidak berdosa!"

Gadis itu dengan sikap yang galak sudah melangkah maju hendak menyerang Han Lojin. Melihat ini, Tang Gun cepat meloncat ke depan gadis itu, menghalanginya.

"Sumoi, kuminta, jangan engkau menyerangnya dulu. Biarkan dia menunjukkan dulu dimana aku dapat bertemu dengan musuhku, setelah itu baru, engkau boleh berurusan dengan dia. Kalau engkau menyerangnya, tentu dia tidak mau membantuku menunjukkan tempat dimana Tang Bun An bersembunyi!”

Bi Lian mengerutkan alisnya, matanya mencorong menatap wajah Han Lojin yang masih tersenyum-senyum dengan tenangnya. Ia tahu bahwa kalau ia berkeras menyerang Han Lojin, tentu saja Ang-hong-cu itu tidak akan sempat memberi tahu lagi dimana adanya musuh besar Tang Gun. Maka, ia menahan diri dan mengangguk.

"Baiklah, akan tetapi aku tidak akan melepaskan dia, aku harus mengikuti kemana dia membawamu pergi!"

"Ha-ha-ha, nona Siangkoan Bi Lian yang gagah dan cantik jelita. Jangan khawatir, nona. Aku tidak akan melarikan diri dan setiap saat aku siap untuk melayanimu. Sekarang, karena sudah berjanji dengan bekas perwira ini, aku akan melayaninya lebih dulu, untuk menunjukkan tempat dimana dia dapat menemukan sahabat lamanya, ha-ha!"

"Tak perlu banyak cakap lagi. Tunjukkan tempat orang itu kepada suheng, kemudian kita bertanding sampai engkau mampus di ujung pedangku untuk pergi menghadapi hukumanmu di neraka!" bentak Bi Lian.

"Beng-cu, marilah! Kau tunjukkanlah dimana adanya Tang Bun An!"

"Mari kalian ikuti aku!" kata Han Lojin sambil tersenyum dan diapun tidak menoleh lagi, melangkah memasuki pintu belakang.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar