*

*

Ads

Rabu, 15 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 135

"Lebih dari pada pengecut dan tolol, engkau mungkin sudah gila!"

Mayang berteriak, tidak kalah galaknya dan walaupun ia rebah telentang tanpa mampu menggerakkan tubuhnya, namun ia membelalakkan matanya yang sipit, hidungnya kembang kempis dan mulutnya cemberut penuh kemarahan.

"Masih perlu penjelasan lagi? Engkau pengecut karena engkau menyerang dan menotokku secara curang, tanpa memberitahu bahwa engkau akan menyerangku. Tidak curang dan pengecutkah itu? Kalau memang gagah, kenapa tjdak terang-terangan saja menantang? Kaukira aku takut kepadamu? Dan tentang tolol, engkau memang bodoh dan tolol bukan main. Kaubilang hendak menjadikan aku sebagai sandera agar engkau dibebaskan? Apakah engkau ingin melawak di atas panggung? Aku sendiri menjadi tawanan di sini! Bagaimana mungkin pangcu dari Ho-han-pang mau membebaskan engkau karena engkau menawan aku? Tawanan menyandera tawanan? Apakah ini tidak gila namanya?"

Belum pernah selama hidupnya Kui Hong dimaki-maki orang seperti itu, dimaki pengecut, curang, tolol, bodoh, bahkan gila! Akan tetapi kemarahannya masih kalah oleh keheranannya mendengar semua ucapan itu. Iakah yang gila, ataukah gadis ini yang sudah menjadi gila? Gadis ini bicara tentang menjadi tawanan Ho-han Pangcu! Padahal, Ho-han Pangcu itu bukan lain adalah Han Lojin alias Tang Bun An alias Ang-hong-cu alias ayah kandungnya sendiri!

"Hemmm, bocah bermulut lancang! Sesungguhnya engkaulah yang tolol dan gila. Engkau ini tidak tahu apakah pura-pura tidak tahu? Coba jawab, siapakah yang menawan engkau?"

"Siapa lagi kalau bukan dia yang juga menawanmu tadi. Yang menawanku adalah pangcu dari Ho-han-pang…….. "

"Dan engkau tidak tahu siapa dia ?"

"Dia adalah ketua Ho-han-pang dan bengcu…….. "

"Bodoh! Dia itu Han Lojin!"

"Siapa Han Lojin?"

Ahh, kini mengertilah Kui Hong. Gadis tolol ini belum tahu bahwa ia telah menjadi tawanan ayah kandungnya sendiri

"Han Lojin adalah Tang Bun An!"

"Tang Bun An? Siapa pula…….. "

"Penawanmu itu adalah Ho-han Pang-cu, juga Han Lojin, alias Tang Bun An, alias Ang-hong-cu pula!"

"Ahhhh……….. !" Sepasang mata itu terbelalak. "Dia….. dia…… Ang-hong-cu…….? Aku tidak percaya!"

"Itulah ketololanmu! Ketua Ho-han-pang itu adalah Ang¬hong-cu dan hal ini aku tahu benar!"

"Tapi…….. tapi…….. kalau benar dia Ang-hong-cu, berarti dia itu ayah kadungku? Akan tetapi kenapa dia……. dia menawanku? Pantas saja dia mengenal nama ibu dan suboku…….! Ah, akan tetapi mungkinkah itu? Kenapa dia menawanku dan sikapnya seperti itu?” Ia teringat akan sikap cabul ketua Ho-han-pang itu.

"Apakah engkau belum pernah melihat ayahmu?"

"Sejak lahir belum pernah aku melihatnya."

"Dan kakakmu itu, Hay Hay, apakah dia pernah bercerita tentang jahatnya Ang-hong- cu?"

"Hanya sedikit……. ah, enci yang baik, ceritakan kepadaku bagaimana sesungguhnya semua itu, tentang Han Lojin, tentang Tang Bun An, tentang Ang-hong-cu! Aku sungguh bingung sekali. Aku datang ke sini bersama kakakku menyelidiki perwira she Tang, dan aku dipancing ke sini, dikeroyok dan ditangkap, katanya untuk memancing agar kakakku datang pula ke sini. Tidak tahunya engkau yang muncul! Apa artinya semua ini, enci? Katakanlah. Engkau tidak ragu lagi dan percaya kepadaku, bukan?"

Kedua mata Mayang menjadi basah karena ia merasa tegang dan penasaran sekali, mendengar bahwa laki-laki setengah tua yang cabul dan menawannya itu adalah ayah kandungnya sendiri.






Biarpun masih muda, Kui Hong sudah berpengalaman dan iapun dapat membedakan sikap orang yang berbohong atau tidak. Ia tahu bahwa Mayang tidak berbohong dan ia percaya kepada gadis Tibet itu yang ia tahu tentu puteri seorang wanita Tibet yang menjadi korban keganasan Ang-hong-cu pula, seperti ibu Hay Hay. Maka, tanpa ragu-ragu lagi iapun membebaskan totokannya dan Mayang dapat menggerakkan kaki tangannya. Gadis Tibet itu bangkit duduk, mengurut-urut kaki tangannya sambil memandang kepada Kui Hong.

"Enci, engkau mengenal kakakku?"

"Tang Hay? Tentu saja aku mengenalnya."

"Enci, siapakah namamu? Dan bagaimana engkau sampai tertawan oleh mereka? Dan ceritakanlah tentang semua ini…..”

"Nanti dulu, Mayang. Namamu Mayang, bukan? Nah, adik Mayang, sebelum aku bercerita, lebih baik engkau dulu menceritakan pengalamanmu bersama Hay Hay, agar aku dapat mengerti duduknya perkara dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Kita berada dalam kekuasaan persekutuan yang amat berbahaya dan kuat, adik Mayang. Nah, kau ceritakan semuanya, juga hal yang mengherankan bahwa engkau tidak tahu akan kenyataan bahwa ketua Ho-han-pang adalah Han Lojin atau Tang Bun An atau Ang-hong-cu, yaitu ayah kandungmu sendiri!"

Rasa kaku pada kaki tangan Mayang sudah lenyap setelah ia mengurutnya, dan kini mereka duduk di tepi pembaringan, saling berhadapan.

"Baiklah, enci. Memang sudah sepatutnya kalau engkau curiga dan berhati-hati, dan maafkan semua kelancanganku tadi. Aku bertemu dengan kakakku Tang Hay ketika dia berada di Tibet bersama pendekar Pek Han Siong. Kenalkah engkau kepada pendekar itu?"

Kui Hong mengangguk. Ia mengenal Pek Han Siong dan ada persamaan antara Hay Hay dan Han Siong. Keduanya memiliki ilmu kepandaian tinggi, bahkan keduanya juga memiliki ilmu sihir yang hebat.

"Lanjutkan ceritamu." katanya.

"Setelah kami saling berjumpa, secara kebetulan kami saling melihat mainan yang tergantung di leher kami dan tahulah kami bahwa kami adalah kakak beradik. Ayah kami adalah Ang-hong-cu."

Mayang tidak mau menceritakan bahwa ia telah dinikahkan dengan Hay Hay, karena hal itu merupakan rahasia pribadinya, merupakan hal yang dapat mendatangkan aib. Menikah dengan kakak sendiri!

"Dan ibumu?"

"Ibuku bernama Souli, seorang wanita Tibet yang pernah tergila-gila kepada pria yang oleh ibu disebut Tang Tai-hiap. Akan tetapi ketika ibuku mengandung, Tang Tai-hiap itu meninggalkannya dan tidak pernah kembali, hanya meninggalkan benda ini kepada ibu."

"Hemm, memang itulah sifat khas Ang-hong-cu." kata Kui Hong, gemas.

"Setelah mendengar dari kakakku, Tang Hay tentang ayah kandungku, aku lalu ikut Hay-ko untuk mencari ayah, mencari Ang-hong-cu, bukan untuk berbaik-baik antara anak dan ayahnya, melainkan untuk minta pertanggungan jawab Ang-hong-cu yang menurut Hay-ko telah melakukan banyak kejahatan. Nah, kami berdua pergi ke kota raja karena Hay-ko bilang bahwa dia mendengar di kota raja terdapat seorang perwira she Tang yang mengaku sebagai putera Ang-hong-cu. Dan selagi kami melakukan penyelidikan, kami mendengar bahwa yang ada seorang perwira she Tang yang sudah setengah tua, bukan perwira Tang muda. Ketika pagi kemarin Hay-koko pergi melakukan penyelidikan, ada orang datang mengabarkan bahwa Hay-ko memanggilku. Aku dipancing dan dijebak, dan aku dikeroyok sehingga akhirnya aku tertawan. Ternyata Ho-han-pang memiliki banyak orang pandai, terutama dua orang pemuda yang menawanku itu."

Kui Hong mengangguk-angguk. Ia sudah tahu dan iapun tahu bahwa mereka adalah Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek, juga ada Ji Sun Bi. Bahkan baru sekarang diketahuinya pula hal yang mengejutkan hatinya, yaitu bahwa Tang Cun Sek adalah putera Ang-hong-cu pula! Dan putera Ang-hong-cu yang satu ini sudah menyelundup ke Cin-ling-pai, mempelajari ilmu-ilmu Cin-ling-pai, bahkan melarikan pedang pusaka Hong-cu-kiam dari Cin-ling-pai.

Kini, ia tersentak kaget, teringat betapa ketika mengeroyoknya, Tang Cun Sek tidak memegang Hong-cu-kiam, dan Sim Ki Liong juga tidak memegang Gin-hwa-kiam! Apakah hal itu sengaja mereka lakukan karena mereka menyamar dengan memakai kedok tipis, tidak mengeluarkan pedang-pedang pusaka itu agar ia tidak mengenal mereka ?

"Lanjutkan ceritamu, Mayang."

"Aku ditawan disini dan aku tantang Ho-han Pang-cu di kamar ini. Ia membebaskanku dan kami berkelahi. Akan tetapi diapun amat lihai, dia berhasil merobek bajuku dan dia melihat benda mainan ini!"

"Hemm, jadi dia tahu pula bahwa engkau puterinya?"

“Agaknya demikianlah biar dia tidak membuat pengakuan. Buktinya, dia mengenal nama ibuku, Souli, dan dia mengenal pula suboku."

"Siapa subomu?"

"Kim-mo Sian-kouw."

"Hemm, lalu apa yang dilakukan terhadap dirimu?"

"Dia tidak mengaku siapa dirinya, hanya mengatakan bahwa aku ditahan disini dan baru akan dibebaskan kalau Hay-ko mau menyerah dan mau membantu Ho-han-pang. Akupun menanti saja disini, diberi makan minum dan semua keperluan dicukupi, bahkan pakaian lengkap tersedia disini, tidak pernah diganggu. Akan tetapi hatiku selalu khawatir akan nasib Hay-ko, sampai engkau masuk tadi, enci. Sekarang, setelah mengetahui bahwa engkau juga musuh mereka, dan engkau agaknya lihai, hatiku lebih tenang. Kita dapat bekerja sama melawan mereka, enci!"

Hati Kui Hong juga merasa lega. Gadis ini tentu memiliki ilmu kepandaian yang cukup baik, kalau tidak demikian, tidak nanti Hay Hay mengajaknya mencari Ang-hong-cu. Ia sendiri belum pernah mendengar nama gadis ini dan ibunya, akan tetapi nama guru gadis ini, Kim-mo Sian-kouw, pernah didengarnya. Neneknya pernah bercerita bahwa di daerah Tibet selain terdapat banyak pendeta Lama yang sakti, juga terdapat seorang tokoh wanita yang memiliki ilmu kepandaian tinggi dan berjuluk Kim-mo Sian-kouw.

"Tentu saja, adikku. Ketahuilah, namaku Cia Kui Hong…..”

"Wah, kiranya engkau ini enci Kui Hong!" Mayang berseru dengan gembira sekali.

Kui Hong memandang kepadanya dengan alis berkerut.
"Engkau telah mengetahui namaku?"

"Tentu saja! Engkau adalah sahabat terbaik dari kakakku, bagaimana aku tidak tahu? Hay-ko banyak bercerita tentang dirimu, katanya bahwa engkaulah sahabatnya paling dikaguminya dan yang paling baik."

"Ah? Dia berkata demikian?" Wajah Kui Hong seketika berubah merah sekali sampai ke leher dan telinganya dan hal ini tidak dilewatkan pandang mata Mayang. "Apalagi yang dikatakannya tentang diriku?"

Mayang mengingat-ingat. Memang atas pertanyaan dan desakannya. Hay Hay banyak bercerita tentang pengalamannya yang lalu dan tentang para pendekar wanita yang pernah ditemuinya, bahkan yang pernah bekerja sama dengannya dalam menghadapi tokoh-tokoh sesat.

"Dia bilang bahwa enci merupakan seorang pendekar wanita yang cantik jelita dan manis budi, juga berkepandaian tinggi sekali….. "

“Ihh! Engkau perayu seperti kakakmu!" kata Kui Hong tertawa.

"Tidak, enci. Dia bukan memuji kosong sebagai rayuan. Memang engkau cantik jelita dan manis budi, dan tentu kepandaianmu tinggi sekali…. "

"Sudah, cukuplah. Lanjutkan ceritamu, adik Mayang." kata Kui Hong, akan tetapi bibirnya tersenyum manis dan hatinya terasa girang bukan main. Hay Hay masih ingat kepadanya! Bukan hanya ingat, akan tetapi bahkan memuji-mujinya!

"Hay-ko mengatakan bahwa engkau adalah puteri ketua Cin-ling-pai yang terkenal sebagai perkumpulan para pendekar yang gagah perkasa, juga engkau cucu Pendekar Sadis yang namanya menggemparkan dunia persilatan!"

"Cukup tentang diriku. Ceritakan bagaimana engkau sampai terjebak disini dan kakakmu itu belum juga datang menolongmu."

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar