*

*

Ads

Rabu, 15 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 134

Demikian pula dengan Tang Cun Sek. Pemuda ini mengenal benar kelihaian Cia Kui Hong, dan diapun diam-diam gentar dan merasa menyesal mengapa dia kehilangan Hong-cu-kiam yang juga terampas oleh Hay Hay. Akan tetapj karena disitu terdapat Sim Ki Liong dan Ji Sun Bi, bahkan Han Lojin juga kini ikut mengepung, dia merasa yakin mereka akan dapat menundukkan Kui Hong dan diapun sudah mencabut pedangnya, sebatang pedang yang cukup baik walaupun tak dapat disamakan dengan pedang pusaka Hong-cu-kiam yang sudah terlepas dari tangannya.

Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi juga sudah mencabut senjata, yaitu sepasang pedang pula, dan kini ia mengepung sambil melintangkan sepasang pedang di atas kepala. Han Lojin sendiri juga maju, akan tetapi dia tidak memegang senjata apapun.

“Kau lihat, Kui Hong. Engkau telah kami kepung dan tidak mungkin dapat lolos. Apakah tidak lebih baik engkau menyerah saja, kita berdamai dan engkau membantu perjuangan kami membela negara dan bangsa?"

"Huh! Yang sudi bersekutu denganmu hanyalah golongan sesat, orang-orang yang jahat dan selayaknya dibasmi habis!" bentak Kui Hong dan tiba-tiba saja ia membalik ke kiri, pedang kanannya menusuk ke arah dada Cun Sek. Gerakannya cepat bukan main dan pedangnya mengeluarkan sinar dan bunyi mendesing.

Cun Sek menangkis dengan pedangnya dari samping, tidak berani mengadu langsung karena takut pedangnya akan patah.

"Tranggg ………!”

Nampak bunga api berpijar dan diam-diam Kui Hong terkejut sekali. Tak disangkanya bahwa pembantu Ang-hong-cu ini, yang berwajah tampan dan bertubuh tinggi besar, demikian kuat tenaganya sehingga tangannya tergetar. Ia memutar pedang dan kini pedangnya yang kiri membabat ke arah kedua kaki lawan tinggi besar itu. Dan Cun Sek mengelak dengan loncatan yang membuat Kui Hong hampir mengeluarkan seruan kaget.

Gerakan kaki itu mempunyai dasar ilmu Thai-kek Sin-kun dari Cin-ling-pai! Ia terkejut dan heran, akan tetapi masih belum yakin benar dan selagi dia hendak mendesak agar lawan tinggi besar itu mengeluarkan ilmu silatnya, terpaksa ia harus membalik dan memutar sepasang pedangnya untuk melindungi tubuh karena pada saat itu, wanita yang memegang sepasang pedang telah menyerangnya, disusul pengeroyok ke tiga, seorang pemuda yang tampan dan memiliki gerakan kuat pula.

Dan kembali ia terkejut ketika ia memutar siang-kiam melindungi tubuhnya karena ia seperti pernah melihat gerakan siang-kiam seperti yang dimainkan wanita itu. Ketika ia membalas dengan tiba-tiba ke arah laki-laki ke tiga yang mengeroyoknya, dengan sambaran pedang kanannya, iapun hampir berteriak saking kagetnya melihat dasar gerakan kaki pemuda itu. Jelas dia melihat dasar gerakan kaki ilmu silat Hok-te Sin-kun yang hanya dimiliki oleh kakek dan neneknya di Pulau Teratai Merah. Dan jantungnya berdebar ketika ia memperhatikan bentuk tubuh mereka.

Biarpun wajah mereka itu berbeda, namun bentuk tubuh mereka, gerakan silat mereka, menunjukkan bahwa ia dikeroyok oleh si tinggi besar Tang Cun Sek, pemuda tampan Sim Ki Liong, dan wanita bersenjata siang-kiam Ji Sun Bi! Tak salah lagi!

Namun, Kui Hong menahan perasaannya dan hanya memusatkan perhatiannya kepada penjagaan diri. Ia membela diri mati-matian dan memutar sepasang pedangnya sehingga tubuhnya seperti dilindungi perisai yang kokoh kuat.

Sambaran senjata ketiga orang pengeroyoknya itu seperti menghadapi sinar perisai yang amat kuat dan semua serangan itu membalik! Bahkan Han Lojin yang amat lihai, yang sejak tadi ikut mengepung dan mencari kesempatan untuk turun tangan, tidak pernah berhasil karena sama sekali tidak ada lubang yang dapat dimasuki serangannya!

Han Lojin memandang kagum sekali, akan tetapi juga khawatir. Sampai puluhan jurus, tiga orang pembantu utamanya belum juga dapat membekuk Kui Hong! Dia tahu bahwa kalau dia tidak mengeluarkan perintah agar gadis itu ditangkap hidup-hidup, kalau tiga orang pembantunya berniat membunuhnya maka tentu perkelahian tidak akan berlangsung selama itu. Dengan dikeroyok tiga orang yang tingkat kepandaiannya hanya sedikit di bawah tingkatnya, Kui Hong tentu sudah roboh.

Akan tetapi justeru karena mereka bertiga menjaga agar jangan melukai apalagi membunuh lawan, dan senjata mereka hanya dipergunakan untuk menjaga diri dan untuk berusaha meruntuhkan sepasang pedang Kui Hong, maka pertandingan menjadi berlarut-larut dan memakan waktu lama. Mungkin hanya kalau Kui Hong sudah kehabisan tenaga sajalah mereka itu akan berhasil. Dan untuk menanti sampai Kui Hong kehabisan tenaga tidaklah mudah karena ia seorang gadis yang sehat, terlatih baik dan tangguh.

Kui Hong juga bukan seorang gadis bodoh. Ia maklum bahwa para pengeroyoknya amat taat kepada perintah Han Lojin dan mereka berusaha untuk membuat ia kehabisan tenaga dan napas agar dapat ditawan hidup-hidup. Dan ia akan menderita penghinaan yang lebih mengerikan dari pada maut kalau sampai tertawan hidup-hidup. Oleh karena itu, iapun dengan nekat hendak mengadu nyawa dan kini mulailah ia membalas serangan lawan dengan serangan-serangan dahsyat. Dengan demikian ia membiarkan dirinya "terbuka" sehingga mungkin saja ia akan terkena serangan senjata para pengeroyoknya sehingga terluka atau mungkin tewas.






Ketika ia menyerang dengan dahsyat, makin yakin hatinya bahwa pemuda tinggi besar itu adalah Tang Cun Sek, dan pemuda tampan itu adalah Sim Ki Liong. Serangan-serangannya yang dahsyat membuat mereka tidak dapat menyembunyikan gerakan dasar yang asli dari ilmu silat mereka. Dan dalam desakannya yang nekat, ia berhasil menendang paha Ji Sun Bi sehingga wanita itu terpelanting.

Akan tetapi, karena kini ia membuka diri dengan serangan-serangannya itu sehingga pertahanan dirinya tidak serapat tadi, Han Lojin memperoleh kesempatan. Pada saat yang baik sekali, selagi sepasang pedang Kui Hong menempel kepada senjata di tangan Cun Sek dan Ki Liong, sebelum gadis itu mampu melepaskan sepasang pedangnya dari tempelan senjata lawan, Han Lojin menerjang ke depan dan tangannya berhasil menotok punggung Kui Hong. Gadis ini mengeluh lirih dan terguling pingsan!

Hanya sebentar saja Kui Hong tak sadarkan diri. Ketika ia siuman, ternyata tubuhnya lemas tak dapat digerakkan karena jalan darahnya tertotok dan ia dipondong oleh pernuda tinggi besar yang berjalan bersarna Han Lojin menuju ke lorong bawah tanah. Ia berpura-pura pingsan setelah tahu bahwa dirinya tertotok dan tidak berdaya karena kalau ia sadar, tentu hanya akan mendengar penghinaan Han Lojin saja.

Setelah tiba di depan sebuah pintu besi yang tertutup, ia mendengar pemuda tinggi besar itu bicara dan begitu pemuda itu membuka mulut, tidak ada keraguan lagi dalam hatinya bahwa pemuda itu adalah Tang Cun Sek. Wajahnya boleh berubah, akan tetapi suaranya dan bentuk badannya, dan dasar-dasar ilmu silat Cin-ling-pai tadi. Akan tetapi ada yang amat mengherankan hatinya ketika ia mengikuti percakapan singkat mereka di depan pintu.

"Bengcu, kuharap bengcu suka memberikan gadis ini kepadaku. Ia gadis yang kucinta dan aku…… aku ingin memperisterinya……."

"Hemm, berbahaya sekali ia, Cun Sek. Yang satu ini tidak boleh, aku sendiri yang akan menundukkannya agar tidak membahayakan kita."

"Tapi…… tapi…….. hanya sekali ini saja aku memohon. Aku adalah puteramu, aku minta agar dijodohkan dengan Kui Hong…..”

"Cukup! Masukkan dara ini ke dalam!" Han Lojin membentak dan Cun Sek nampak ketakutan.

"Baik, ayah……… eh, bengcu. Baik!"

Pintu terbuka secara otomatis dan dengan mata terbuka sedikit Kui Hong melihat seorang gadis yang cantik berdiri dengan sikap gelisah akan tetapi juga marah. Gadis itu berdiri di dekat sebuah pembaringan besar dan ketika Cun Sek merebahkan tubuhnya di atas pembaringan itu, si gadis membentak dengan suara kasar sambil menudingkan telunjuknya kepada Han Lojin.

"Mana kakakku? Dan siapa pula gadis ini Ho-han-pang-cu, kalau engkau tidak segera membebaskan aku, kakakku pasti akan menghancurkan kamu dan perkumpulanmu! Sebaliknya, kalau engkau membebaskan aku, aku akan bicara dengan kakakku. Mungkin dia mau membantu perkumpulanmu, asal saja perkumpulanmu memang perkumpulan orang-orang gagah yang baik!"

Han Lojin tersenyum.
"Tenanglah, Mayang. Kakakmu tentu akan bicara denganku. Dia belum datang, dan sementara itu, biarlah nona ini menemanimu disini. Kalau engkau dapat membujuknya agar ia suka membantu kami alangkah baiknya dan aku tentu akan berterima kasih sekali!"

Sebelum Mayang menjawab, pintu besi tertutup dan Han Lojin bersama Tang Cun Sek sudah keluar dari kamar itu. Setelah yakin bahwa ia hanya berdua saja dengan gadis yang ia mendengar namanya disebut Mayang itu, Kui Hong membuka matanya, lalu bangkit duduk. Melihat ini, Mayang segera menghampiri dan mereka duduk di atas pembaringan yang lebar itu, saling pandang dan saling mengagumi kecantikan masing-masing.

“Enci, engkau siapakah dan bagaimana engkau dapat tertawan oleh mereka?" Mayang bertanya ketika melihat pandang mata penuh curiga dari gadis cantik itu.

"Engkau sudah tahu bahwa aku tawanan, akan tetapi aku belum tahu siapa engkau dan mengapa pula disini." Kata Kui Hong yang masih menaruh curiga.

Biarpun tadi ia mendengar betapa gadis Tibet ini mengancam Han Lojin bahwa kakaknya akan menghancurkan Han Lojin dan perkumpulannya, akan tetapi ia tidak tahu siapa gadis ini. Mayang tersenyum, maklum bahwa ia berhadapan dengan seorang gadis yang galak dan penuh prasangka.

"Namaku Mayang, enci. Jangan engkau khawatir. Aku masih menanti munculnya kakakku, dan kalau dia muncul, pasti dia akan dapat menghancurkan Ho-han-pang dan membebaskan kita."

"Hemm, siapa kakakmu itu?”

"Kakakku bernama Hay Hay. Hay-ko lihai sekali dan dia pasti akan datang dan……. "

Mayang menghentikan ucapannya karena melihat betapa wajah gadis di depannya itu berubah, seperti orang terkejut dan memandang kepadanya dengan mata mencorong.

“Dia Tang Hay maksudmu?"

"Benar, enci!"

“Kau bohong! Dia tidak mempunyai adik perempuan, kecuali kalau engkau juga she Tang, berarti engkau juga puteri Ang-hong-cu!"

Kini Mayang berbalik terkejut sekali mendengar bahwa gadis ini sudah tahu bahwa ia dan kakaknya adalah anak-anak Ang-hong-cu.

“Enci, engkau mengenal ini?" Ia menarik keluar mainan dari balik bajunya, yaitu mainan berbentuk seekor kumbang merah.

"Ang-hong-cu……. ! Jadi kau…… kau puterinya?"

"Benar, aku puteri Ang-hong-cu, seperti juga Hay-koko putera Ang-hong-cu. Agaknya engkau sudah mengetahui…….”

“Bagus sekali!"

Dan tiba-tiba saja, secepat kilat, tangan Kui Hong bergerak dan ia telah rnenotok jalan darah di pundak kiri dan Mayang terkulai lemas, kaki tangannya menjadi lumpuh. Tentu saja Mayang terkejut dan marah sekali. Ia diserang dalam keadaan sama sekali tidak menyangkanya, dan mereka duduk berdekatan maka ia tidak sempat mengelak apalagi gerakan tangan Kui Hong memang cepat seperti kilat menyambar .

Hanya kaki tangannya saja dan punggungnya yang lumpuh, akan tetapi Mayang masih dapat menggerakkan anggauta tubuh yang lain. Ia memandang kepada Kui Hong dengan mata bersinar penuh kemarahan.

"Heiiii! Kenapa kau lakukan ini?" bentaknya marah.

Kui Hong tersenyum mengejek.
"Engkau puteri Ang-hong-cu. Engkau satu-satunya orang yang dapat membebaskan aku dari sini. Engkau kujadikan sandera agar aku dibebaskan. Kalau mereka tidak mau membebaskan aku, engkau kubunuh!"

Mayang juga seorang gadis yang keras hati dan tidak takut mati. Ia mendengus marah.
"Huh, aku tidak mengenal siapa engkau. Akan tetapi yang sudah jelas bagiku, engkau ini seorang pengecut yang tolol!”

Kalau saja ia tidak dalam tahanan, tentu Kui Hong menampar mulut yang berani memakinya pengecut dan tolol seperti itu. Ia menahan kemarahannya.

“Jelaskan kenapa engkau mengatakan aku pengecut dan tolol. Kalau tidak ada alasannya yang kuat, akan kutampar mulutmu yang lancang itu!”

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar