*

*

Ads

Rabu, 15 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 133

“Apakah Hay Hay muncul seorang diri?" di luar tempat tahanan bawah tanah itu Han Lojin bertanya kepada Ki Liong yang tadi mengabarkan kepadanya tentang datangnya seseorang.

"Bukan dia. Bengcu. Bukan Tang Hay yang muncul………”

"Ehh? Habis, siapa?" tanya ketua itu penasaran karena yang dipancing dan ditunggu-tunggu kemunculannya adalah Tang Hay.

"Ia adalah……. Cia Kui Hong……. " suara Ki Liong menunjukkan bahwa hatinya tegang.

Memang pemuda ini merasa tegang, bukan gentar, ketika mendengar dari anak buah Ho-han-pang bahwa ada seorang gadis muncul disarang mereka dan ketika dia mengintai, ternyata gadis itu adalah Cia Kui Hong! Gadis itu adalah cucu dari suhu dan subonya di Pulau Teratai Merah, yaitu Pendekar Sadis Ceng Thian Sin dan Lam-sin Toan Kim Hong!

Memang dia tidak gentar terhadap gadis itu, akan tetapi mengingat bahwa dia telah melarikan diri dari Pulau Teratai Merah dan mencuri pedang pusaka, bahkan kini pedang pusaka itu tidak berada di tangannya lagi telah terampas oleh Tang Hay, tentu saja dia merasa tidak enak dan tegang.

Han Lojin sendiri tertegun, kaget dan heran mendengar bahwa yang muncul bukan orang yang dinanti-nantinya, melainkan gadis ketua Cin-ling-pai yang lihai itu! Diantara semua gadis pendekar, gadis inilah yang dianggap paling berbahaya dan paling lihai, dan dia harus mengakui bahwa gadis itu memiliki tingkat kepandaian yang tinggi dan sama sekali bukan merupakan lawan ringan baginya.

Akan tetapi, sungguh membuat dia terkejut dan heran karena gadis itu telah terikat janji dengan dia. Gadis itu telah berjanji untuk tidak memusuhinya dan tidak membuka rahasianya. Apa maksud gadis itu kini muncul? Ah, tentu ketua Cin-ling-pai itu tidak tahu bahwa Ho-han-pang dipimpin oleh Han Lojin yang juga Tang Bun An. Tidak tahu bahwa dia yang memimpinnya, maka kini berani datang berkunjung.

"Cia Kui Hong? Biar aku yang menyambutnya sendiri. Engkau dan para rekanmu yang lain bersiap-siap saja turun tangan kalau sudah kuberi tanda."

Setelah berkata demikian, Han Lojin lalu keluar sedangkan Ki Liong cepat memberitahu kepada Ji Sun Bi dan Tang Cun Sek agar mereka bertiga siap membantu pimpinan mereka kalau dikehendaki.

Bayangan itu berlari cepat dan gerakannya cekatan dan ringan sekali. Ia mendaki lembah bukit menuju ke puncak dimana terdapat kompleks bangunan markas Ho-han-pang. Ketika tiba di pintu gerbang pertama, ia merasa heran karena tidak nampak seorang penjagapun disitu. Ia mendorong pintu gerbang yang tertutup dan begitu pintu terbuka, terdengar suara berdesingan.

Ia cepat melompat tinggi ke atas untuk menghindarkan diri dari sambaran anak-anak panah yang meluncur dari kanan kiri pintu gerbang. Ia memang sudah berhati-hati terhadap perangkap, maka ia mampu menghindarkan diri dengan loncatan tinggi. Ketika ia melayang turun ke depan, begitu kakinya menyentuh tanah, tiga orang dari kanan dan tiga orang dari kiri menyambutnya dengan serangan tombak panjang.

Kui Hong menggerakkan kedua tangannya, nampak sinar berkelebat ketika sepasang pedangnya menangkis ke kanan kiri. Terdengar suara nyaring, enam batang tombak itu patah-patah disusul pekik kesakitan dan dua diantara enam orang penyerang itu roboh terjengkang dengan pundak berdarah.

Mereka bergulingan ke belakang dan menghilang di balik semak belukar. Kui Hong berdiri tegak sepasang pedang di tangan, siap menghadapi pengeroyokan. Akan tetapi, tidak ada gerakan apapun nampak, dan terdengar suitan-suitan memanjang saling sahut di sekitar tempat itu.

Karena tidak ada serangan lagi, Kui Hong melanjutkan langkahnya, melalui jalan mendaki dari pintu gerbang pertama itu, menuju ke pintu gerbang ke dua. Akan tetapi, di sinipun tidak terdapat penjaga, dan tidak ada pula serangan lain. Keadaan sunyi saja. Ia tidak tahu bahwa suitan-suitan panjang tadi merupakan isarat kepada para anggauta Ho-han-pang untuk tidak bergerak dan membiarkan gadis itu naik terus tanpa diganggu. Bahkan perangkap-perangkap dimatikan dan tidak mengganggu perjalanan Kui Hong.

Setelah melampaui tiga lapis pintu gerbang, akhirnya Kui Hong tiba di depan bangunan yang nampak sunyi saja itu. Sunyi dan megah, juga menyeramkan. Ia berdiri dengan tegak, menyimpan kembali sepasang pedangnya, lalu ia berteriak dengan suara melengking nyaring.

"Ketua Ho-han-pang! Kalau engkau bukan seorang pengecut, keluarlah aku ingin bertemu!"

Ia tidak perlu mengulang teriakannya. Karena sebelum gaung suaranya padam, daun pintu bangunan itu terbuka dari dalam. Kemudian nampak sedikitnya dua puluh orang laki-laki yang berpakaian seragam putih-putih dengan ikat pinggang biru dan sepatu kulit hitam mengkilap, dengan topi merah, berbaris rapi di kanan kiri jalan keluar depan pintu. Mereka itu memiliki pedang yang tergantung di pinggang dan sikap mereka gagah perkasa, seperti sepasukan pendekar!






Kemudian, barisan itu berdiri tegak dengan sikap menghormat, dan muncullah orang yang dinanti-nanti Kui Hong. Seorang laki-laki berusia lima puluh tahun lebih, nampak tampan dan gagah dengan kumis dan jenggot terpelihara rapi dan di kanan kiri dan belakang pria ini berbaris belasan orang wanita muda yang cantik-cantik dan yang berpakaian seragam pula. Cantik akan tetapi gagah, dengan pedang di punggung masing-masing sikap mereka seperti pendekar-pendekar wanita sejati!

Melihat pria setengah tua itu, berkerut sepasang alis Kui Hong. Tentu saja ia segera mengenal Han Lojin! Dan karena ia tahu bahwa Han Lojin dan Tang Bun An adalah satu orang juga! Entah yang mana yang merupakan muka aslinya, Tang Bun An atau Han Lojin, ia tidak tahu. Akan tetapi ia yakin bahwa Tang Bun An, Han Lojin, dan Ang-hong-cu hanyalah satu orang yang kini menjadi ketua Ho-han-pang!

Biarpun perasaan hatinya tegang, Han Lojin tersenyum-senyum ketika dia melangkah menghampiri Kui Hong, sedangkan pasukan pria dan wanita yang mengawalnya kini berbaris rapi dikanan kiri, tidak ikut mendekat.

"Aih, kiranya Cia Pangcu (Ketua Cia)! Selamat datang, pangcu, dan kami ingin sekali mengetahui apakah kedatangan pangcu ini sebagai ketua Cin-ling-pai, ataukah sebagai pribadi?" Dia memberi hormat dengan mengangkat kedua tangan depan dada. "Perkenalkan, kami adalah pangcu dari Ho-han-pang, juga Beng-cu dari dunia kang-ouw!"

Kui Hong tersenyum pula, senyum mengejek.
"Han Lojin, tidak perlu kita membawa-bawa nama perkumpulan. Aku datang sebagai Cia Kui Hong, dan kita sama tahu siapa engkau sebenarnya. Ini urusan pribadi antara aku dan engkau. Aku datang untuk menantangmu bertanding sampai seorang diantara kita menggeletak tak bernyawa!"

“Ck, ck, ck!” Han Lojin mengeluarkan suara dengan lidahnya sambil menggeleng kepalanya. "Cia Kui Hong, kenapa engkau bersikap seperti ini? Ingat, seorang pendekar memegang teguh janjinya, lebih menghargai janji dari pada nyawa!"

Wajah gadis perkasa itu berubah merah dan matanya mengeluarkan sinar mencorong.
"Aku tidak pernah melanggar janjiku, keparat! Sampai detik ini aku tidak pernah melanggarnya! Justeru karena janji itulah aku datang menantangmu. Aku ingin mencairkan dan membatalkan janji itu. Engkau boleh mengeroyokku, membunuhku. Lebih baik mati dari pada membiarkan iblis macam engkau berkeliaran tanpa dapat menentangmu karena terikat janji. Nah, aku datang untuk mematahkan ikatan janji itu. Majulah!" tantang Kui Hong dengan sikap tabah dan tenang.

"Ha-ha-ha, engkau tidak tahu malu, Kui Hong! Dulu ketika berjanji, engkau berada dalam keadaan tertawan dan tidak berdaya. Dan engkau berjanji bahwa kalau engkau kubebaskan, engkau tidak akan memusuhiku. Sekarang, setelah engkau kubebaskan, engkau datang menantangku. Bukankah itu berarti engkau melanggar janji?"

Bagi gadis lain, diserang dengan ucapan ini tentu akan menjadi bingung. Akan tetapi, Kui Hong adalah seorang gadis yang cerdik sekali. Hal inipun sudah ia pikirkan sebelumnya, maka mendengar ucapan itu, ia tidak menjadi bingung, bahkan tersenyum mengejek.

"Hemm, Ang-hong-cu, bercerminlah engkau! Lupakah engkau bagaimana cara engkau menangkapku dahulu itu? Bukan seperti seorang gagah, melainkan sebagai seorang pengecut yang curang. Engkau menawanku karena menggunakan perangkap! Engkaulah yang sepatutnya merasa malu, pengecut! Dan sejak berjanji, aku tidak pernah melanggarnya. Kalau aku melanggar, tentu aku sudah datang kembali membawa kawan dan tentu engkau kini telah mampus! Akan tetapi aku datang seorang diri saja, menghadapi engkau yang kini dibantu oleh banyak sekali anak buahmu. Engkau boleh mengeroyokku, menangkapku, menyiksa dan membunuhku! Bagiku, hanya ada dua pilihan. Membatalkan janji dan membunuhmu, atau terbunuh olehmu!"

Han Lojin mengerutkan alisnya. Tahulah dia bahwa menggertak atau membujuk gadis ini tidak akan berhasil. Kalau dulu dia membiarkan gadis ini bebas adalah karena dia merasa ngeri menghadapi akibatnya kalau dia membunuh Cia Kui Hong, ketua Cin-ling-pai. Ngeri menghadapi pembalasan dari Cin-ling-pai, dan terutama sekali dari kakek gadis itu, Pendekar Sadis dan isterinya dari Pulau Teratai Merah!

Akan tetapi kini tidak, ada pilihan lain baginya. Dan diapun kini berbesar hati karena dia kini memiliki banyak pembantu yang pandai. Kalau Cin-ling-pai datang menyerbu, diapun memiliki Ho-han-pang untuk melawannya. Kalau Pendekar Sadis dan isterinya datang menyerang, dia dan para pembantu utamanya pasti akan mampu menandingi mereka.

"Cia Kui Hong, sekali ini kalau aku menawanmu, aku takkan melepaskanmu kembali!" katanya dan dalam suaranya terkandung gairah yang membuat hati Kui Hong merasa ngeri.

Iapun sudah siap siaga mengadu nyawa. Bagi gadis ini, hiduppun tak ada artinya dan ia akan selalu merasa menyesal kepada diri sendiri. Ia telah mengikat perjanjian dengan seorang manusia iblis yang harusnya ia tentang mati-matian. Dengan perjanjian itu, ia merasa seolah-olah menjadi pelindung dan pembantu Ang-hong-cu! Hal ini selalu menggerogoti perasaannya, menumbuhkan penyesalannya. Ia telah berjanji hanya karena ingin bebas dari ancaman perkosaan maut!

Melihat Ang-hong-cu bertindak sesuka hatinya, melaksanakan segala macam kejahatan dan ia mengetahuinya akan tetapi tidak dapat turun tangan mencegah atau menentangnya, sungguh merupakan siksaan yang tak dapat ia pertahankan lebih tama. Itulah sebabnya maka ia memaksa diri untuk mencari Ang-hong-cu, dan membatalkan semua perjanjian itu dengan membiarkan dirinya ditangkap kembali!

Ia tahu bahwa sekali ini ia maju menentang Ang-hong-cu hanya untuk roboh binasa atau tertawan. Ia datang seorang diri, menghadapi Ang-hong-cu dan banyak anak buahnya yang tergabung di dalam Ho-han-pang! Sama dengan bunuh diri. Akan tetapi ia tidak perduli. Lebih baik mati sebagai pendekar dari pada hidup terpaksa harus menjadi pelindung seorang iblis macam Ang-hong-cu, demikian tekad hatinya. Ia mencabut sepasang pedangnya dan bersiap-siap.

Apa yang disangkanya memang benar terjadi. Ang-hong-cu yang merasa jerih menghadapi gadis itu seorang diri, karena pernah dia melawannya akan tetapi dia yang terdesak hebat, segera memberi isarat dengan tepuk tangan dan muncullah Ji Sun Bi, Tang Cun Sek, dan Sim Ki Liong! Akan tetapi, mereka telah mengenakan kedok tipis sehinga Kui Hong tidak mengenal mereka. Mereka bertiga tentu saja mengenal Kui Hong, mengenal dengan baik sekali! Bahkan dua orang muda itu, Cun Cek dan Ki Liong, pernah jatuh cinta kepada gadis ini!

"Tangkap ia hidup-hidup!"

Hanya itulah, perintah Ang-hong-cu, namun tiga orang itu sudah maklum apa yang dikehendaki pemimpin mereka. Hanya ada satu hal mengapa ketua mereka menghendaki gadis itu ditangkap hidup-hidup, yaitu bahwa pangcu itu membutuhkan Cia Kui Hong hidup untuk dimanfaatkan, entah untuk mengurangi kehausan dan kerakusannya akan gadis-gadis cantik, atau untuk kepentingan lain. Perintah ini tidak berat bagi Cun Sek dan Ki Liong, karena bagaimanapun juga, dua orang muda yang pernah mencinta Kui Hong juga merasa sayang kalau gadis itu terbunuh.

Namun, tidak demikian dengan Ji Sun Bi. Wanita ini amat membenci Kui Hong. Dalam pertemuan terakhir diantara mereka, ketika Ji Sun Bi membantu pemberontakan yang dipimpin Lam-hai Giam-lo dan Kui Hong membantu pemerintah dengan para pendekar, ia pernah bertanding melawan Kui Hong dan akibatnya, ia terlempar masuk ke dalam jurang! Nyaris la tewas di tangan gadis Cin-ling-pai itu. Dan kini, melihat Kui Hong hanya seorang diri, sedangkan ia bersama rekan-rekan di bawah pimpinan Han Lojin melarang gadis itu dibunuh, hanya disuruh menangkap hidup-hidup!

Bagaimanapun juga, Ji Sun Bi tidak berani melanggar perintah pemimpinnya dan bersama Cun Sek dan Ki Liong, iapun sudah mengepung Kui Hong yang berdiri dengan sikap tenang dan waspada, sepasang pedang Hok-mo Siang-kiam (Sepasang Pedang Penakluk Iblis) siap di kedua tangannya.

Melihat Kui Hong memegang sepasang pedang yang dikenalnya sebagai Hok-mo Siang-kiam milik subonya, yaitu nenek Lam-sin Toan Kim Hong isteri Pendekar Sadis diam-diam Ki Liong bergidik. Dia tahu akan keampuhan sepasang pedang itu dan dia merasa menyesal mengapa dia kehilangan Gin-hwa-kiam. Kalau ada Gin-hwa-kiam di tangannya, tentu dia akan mampu menandingi sepasang pedang ampuh di tangan Kui Hong.

Akan tetapi, pedang Gin-hwa-kiam telah dirampas oleh Hay Hay, dan kini ia hanya memiliki sebatang pedang yang biarpun merupakan pedang pilihan dari baja yang baik, namun dia khawatir pedangnya itu akan rusak begitu bertemu dengan Hok-mo Siang-kiam. Dia mencabut pedangnya dan mengepung.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar