*

*

Ads

Minggu, 12 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 124

Mayang memandang wajah pemuda itu, lalu iapun terkekeh-kekeh geli sehingga suasana menjadi gembira sekali. Lalu mereka melanjutkan perjalanan sambil bergandengan tangan dan di sepanjang perjalanan itu, Mayang bernyanyi-nyanyi. Terlupalah semua kedukaannya tadi dan kini mereka seperti kakak beradik yang sedang pesiar bersenang-senang.

Setelah melakukan perjalanan cepat, kadang melalui air sungai, kadang mereka membeli kuda dan berkuda, akhirnya tibalah mereka di daerah kota raja. Di sepanjang perjalanan, mereka hanya menemukan rintangan yang tidak berarti. Berkat ilmu kepandaian mereka yang tinggi, semua rintangan dapat mereka atasi dan beberapa kali perampokan terhadap mereka berakhir dengan kocar-kacirnya para perampok.

Pada suatu sore, tibalah mereka di sebuah dusun di luar kota raja. Ketika mereka menanyakan jalan yang menuju ke kota raja kepada penduduk, seorang penduduk tua yang merasa khawatir melihat Mayang gadis yang cantik jelita lagi muda itu, segera rnemberi nasihat.

"Sebaiknya kalau kongcu dan, siocia (tuan muda dan nona) bermalam saja di dusun ini dan besok setelah matahari naik baru melanjutkan ke kota raja."

"Akan tetapi kenapa, paman? Apakah perjalanan tidak aman?" tanya Mayang kepada penduduk dusun itu.

"Apakah ada gangguan perampokan di tengah perjalanan, paman? Ataukah gangguan binatang buas?" tanya pula Hay Hay.

Kakek itu menggeleng kepala.
"Kalau bicara tentang keamanan, sekarang di sekitar daerah kota raja aman, tidak pernah terjadi perampokan, bahkan tidak ada pencuri berani melakukan kejahatan. Akan tetapi, bagi seorang wanita muda dan cantik seperti nona, sungguh tidak aman sama sekali melakukan perjalanan di waktu sore dan malam hari. Perjalanan rnenuju ke kota raja masih cukup jauh dan kalau malam sunyi sekali. Sebaiknya kalau melakukan perjalanan pada besok hari siang, dimana terdapat banyak orang berlalu lalang sehingga nona tidak akan terancaman gangguan."

"Hemm, apakah tidak ada jalan pintas yang lebih dekat, paman?” tanya Hay Hay, maklum akan maksud ucapan kakek itu tentu kecantikan Mayang akan menarik banyak pria yang mata keranjang dan hidung belang, dan mereka itulah yang akan merupakan pengganggu, bukan para perampok yang menghendaki uang.

"Ada, ada jalan pintas melalui hutan di bukit sana itu. Lebih dekat dan memakan waktu lebih singkat, akan tetapi juga lebih berbahaya karena disana banyak berkeliaran binatang buas, dan di sanapun keselamatan seorang gadis seperti nona ini terancam.”

"Tapi, siapakah yang akan menganggu aku, paman? Dan mengapa pula seorang wanita diganggu? Siapa mereka yang suka menganggu wanita?

"Sstt, jangan keras-keras bicara, nona." kata kakek itu setengah berbisik sambil memandang ke kanan ke kiri dengan sikap jerih. "Tidak ada penjahat yang menggunakan kekerasan. Akan tetapi kini banyak sekali orang-orang gagah yang agaknya membutuhkan isteri. Kalau mereka bertemu seorang gadis, apalagi yang muda dan cantik seperti nona, mereka akan memaksa nona untuk menjadi isteri. Isteri yang sah! Sudah banyak sekali gadis yang menjadi isteri orang-orang itu."

"Ehh? Kalau aku tidak mau, apakah mereka itu akan memaksaku?" tanya Mayang dengan sikap penasaran dan mulai marah. "Kalau begitu, mereka itu sama saja dengan penjahat, bahkan lebih keji lagi!"

"Ssttt... jangan keras-keras, nona. Mereka itu bukan penjahat, dan tidak pernah terdengar berita mereka memaksakan kehendak atau memperkosa wanita. Para gadis itu nyata-nyata mau menjadi isteri mereka. Mereka sungguh bukan penjahat, bahkan para penjahat takut kepada mereka. Mereka adalah para anggauta perkumpulan Ho-han-pang."

Mendengar nama perkumpulan itu, Mayang dan Hay Hay saling pandang. Ho-han-pang (Perkumpulan Patriot Gagah)? Kalau menurut nama itu, tentu saja mereka tidak perlu khawatir mendapat gangguan. Mana ada para ho-han, yaitu sebutan bagi orang-orang gagah yang berjiwa pahlawan, mau menganggu wanita?

"Paman, dimana lebih banyak kemungkinan bertemu dengan para ho-han itu, melalui jalan raya ataukah melalui jalan pintas?” tanya Hay Hay.

Kakek itu mengerutkan alisnya.
"Kongcu, kalau engkau sendiri yang melakukan perjalanan, melalui jalan raya tidak akan ada bahaya apapun. Akan tetapi bagi nona ini…… , di jalan raya tentu akan bertemu banyak anggauta Ho-han¬pang…….. "

“Jangan khawatir, paman. Kami adalah sahabat para ho-han (orang gagah). Terima kasih, paman, kami akan melanjutkan perjalanan sekarang juga."






Setelah berkata demikian, Hay Hay meloncat ke atas punggung kudanya, diikuti oleh Mayang. Gadis ini tersenyum manis kepada kakek itu, sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut dan melihat cara gadis itu meloncat Ke atas Kuda, Kakek itupun dapat menduga bahwa gadis cantik itu tentulah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Kalau tidak begitu, mana ada gadis muda cantik yang tidak takut menghadapi orang-orang Ho-han-pang, bahkan menganggap mereka sebagai sahabat?

Hay Hay dan Mayang membalapkan kuda mereka keluar dari dusun itu setelah jauh meninggalkan dusun, mereka menahan kuda mereka dan Hay Hay mengajak adiknya bicara.

"Bagaimana pendapatmu tentang keterangan kakek tadi, Mayang?"

"Tentang Ho-han-pang itu? Aku merasa curiga sekali, Hay-ko. Mana ada ho-han suka menganggu wanita?"

"Cocok dengan perasaanku, Mayang. Keterangan tadi tentu hanya mempunyai dua arti. Pertama, ada gerombolan orang jahat yang berkedok perkumpulan orang gagah dan menggunakan nama muluk Ho-han-pang. Dan ke dua, keterangan kakek tadi yang keliru. Mereka memang orang-orang gagah yang bergabung dalam perkumpulan Ho-han-pang dan kakek tadi yang jahat dan memusuhi mereka maka menyebar berita bohong memburukkan mereka."

Mayang mengangguk-angguk.
"Mudah-mudahan saja kita akan bertemu dengan mereka dan membuktikannya sendiri, orang-orang macam apa adanya mereka yang mengaku para anggauta Ho-han-pang itu. Atau mungkin mereka bukan orang yang suka melakukan kejahatan seperti mencuri atau merampok, seperti dikatakan kakek tadi bahwa daerah ini sekarang aman karena para penjahat takut kepada Ho-han-pang, melainkan sekumpulan laki-laki mata keranjang seperti…… "

Gadis itu menghentikan ucapannya dan menutupi mulutnya seperti hendak mencegah kata-kata selanjutnya meloncat keluar dari mulut kecil itu.

"Seperti apa, Mayang?"

"Seperti…… engkau, Hay-ko!”

Hay Hay mengerutkan alisnya, pura-pura marah.
"Ihh, engkau menghina aku, ya? Siapa yang mata keranjang? Kau memang bengal!”

Tangannya meraih hendak mencubit, akan tetapi Mayang tertawa-tawa sambil membedal kudanya, membalap ke depan, dikejar Hay Hay. Mereka berkejaran sambil tertawa-tawa, seperti dua orang kanak-kanak bermain-main dan diam-diam perasaan Hay Hay menjadi girang melihat adiknya sudah melupakan sama sekali kedukaannya tadi.

Dia tidak tertarik untuk menyelidiki orang-orang Ho-han-pang. Urusannya sendiri sudah cukup penting dan belum juga berhasil dia laksanakan dengan hasil baik, yaitu mencari Ang-hong-cu, musuh besarnya dan juga ayah kandungnya, yang bukan saja telah melakukan banyak sekali kejahatan mengganggu wanita, akan tetapi juga telah mencemarkan nama baiknya karena orang-orang gagah menyangka bahwa dialah yang melakukan perkosaan dan gangguan terhadap para wanita itu.

Tiba-tiba Mayang menahan kudanya. Melihat gadis itu menghentikan kudanya, Hay Hay juga menahan kendali kudanya. Dia tidak bertanya karena dia yang berada di belakang Mayang juga sudah melihat apa yang membuat adiknya itu berhenti.

Di depan mereka, malang melintang di tengah jalan raya, terdapat lima orang penunggang kuda yang jelas sengaja menghadang mereka dan memenuhi jalan. Dia memandang tajam penuh perhatian kepada lima orang itu. Matahari belum rendah benar dan sinarnya masih cukup terang.

Lima orang itu adalah pria semua, berusia antara dua puluh lima sampai tiga puluh lima tahun. Mereka berpakaian cukup rapi dan bahkan mewah, pakaian yang ringkas dan melihat gagang pedang atau golok di punggung mereka, mudah diketahui bahwa mereka adalah orang-orang dunia persilatan. Muka mereka terawat dan bersih, dan sikap mlerekapun tidak kasar seperti biasanya para perampok atau penjahat. Sikap mereka itu lebih pantas sikap orang-orang muda bangsawan atau hartawan yang berlagak congkak mengandalkan kedudukan atau kekayaan orang tua mereka.

Ada pula lagak gagah-gagahan yang biasanya dimiliki orang-orang yang memiliki ilmu silat yang kepalang tanggung dan merasa bahwa dirinyalah orang yang paling lihai di dunia ini. Ayam katai keruyuknya lebih nyaring dari pada ayam besar. Gentong kosong gaungnya lebih nyaring dari pada gentong penuh isi.

Kelima orang ltu sama sekali tidak memperhatikan Hay Hay. Mata mereka semua ditujukan kepada Mayang, dan mulut mereka tersenyum-senyum. Sikap mereka tidak kasar, bahkan tidak ada ucapan-ucapan tidak sopan keluar dari mulut mereka yang tersenyum, akan tetapi pandang mata mereka itu amat dikenal oleh Mayang.

Pandang mata pria yang dibakar nafsu berahi kalau melihat wanita cantik. Oleh pandang mata seperti itu saja, Mayang sudah merasa marah dan ia tahu dengan orang macam apa ia berhadapan. Segera ia teringat akan keterangan kakek di dusun tadi, tentang sekelompok orang yang menamakan diri mereka ho-han atau orang gagah berjiwa pahlawan yang menentang kejahatan akan tetapi mereka suka mengganggu wanita.

"Apakah kalian ini yang dinamakan orang-orang Ho-han-pang?"

Mayang langsung saja berteriak dengan suara lantang dan membentak. Lima orang pria muda itu saling pandang, kemudian mereka tertawa. Sikap mereka ketika tertawapun tidak kasar, melainkan suara ketawa orang-orang yang biasa bersopan-santun, atau orang-orang terpelajar!

Seorang diantara mereka, yang berkumis tipis, mengajukan kudanya dan mewakili teman-temannya memberi hormat dengan merangkapkan kedua tangan di depan dada.

"Selamat sore, nona. Maafkan kebodohan kami bahwa kami tidak mengenal nona yang ternyata telah mengenal kami. Kami berlima memang orang-orang Ho-han-pang. Bolehkah kami mengetahui siapa nama nona dan hendak pergi ke manakah?"

Melihat sikap mereka yang sopan, bagaimanapun juga Mayang merasa tidak enak untuk bersikap kasar. Mulailah ia meragu. Mereka ini harimau-harimau berkedok domba, ataukah keterangan kakek tadi yang tidak benar dan bersifat fitnah? Ia harus berhati-hati, jangan sampai nanti ditertawakan oleh Hay Hay yang nampaknya hanya diam saja di belakangnya itu.

"Aku tidak ingin berkenalan dengan kalian, tidak perlu memperkenalkan nama. Aku hanya ingin tahu mengapa kalian sengaja menghadang dan merintangi perjalanan kami? Minggirlah dan beri jalan kepada kami!"

Kembali si kumis tipis mewakili teman-temannya dan dengan sikap hormat dia menjawab,

"Maatkan kami, nona. Kami memang sengaja menghadang bukan dengan itikad buruk, melainkan sudah menjadi tugas kami untuk menjaga keamanan di wilayah ini. Karena nona seorang yang asing dan belum kami kenal, maka sudah rnenjadi kewajiban kami untuk bertanya dan mengetahui siapa nona dan temanmu itu. Ketahuilah bahwa keamanan di seluruh daerah kota raja menjadi tanggung jawab Ho-han-pang, karena itu kami harus berhati-hati dan selalu menyelidiki pendatang yang belum kami kenal. Oleh karena itu, harap nona dan teman nona suka memperkenalkan diri dan memberitahukan kami, dari mana nona datang dan hendak kemana nona pergi.”

“Hemm, apakah Ho-han-pang kini telah menggantikan pasukan pemerintah untuk menjaga keamanan? Bagaimana kalau kami tidak mau memperkenalkan diri. Apa yang hendak kalian lakukan?”

Kembali lima orang itu saling pandang, masih tersenyum dan kini pandang mata mereka bertambah kekaguman terhadap keberanian gadis jelita itu menantang mereka. Dan si kumis tipis kembali berkata,

“Nona, agaknya nona belum mendengar tentang Ho-han-pang, maka nona tidak mempercayai kami. Ketahuilah bahwa ketua kami adalah Beng-cu yang hendak mempersatukan seluruh kekuatan di dunia persilatan. Beng-cu kami adalah seorang pendekar dan pahlawan yang berilmu tinggi, yang hendak menuntun semua tokoh kang-ouw untuk menjadi patriot pembela negara! Bengcu kami membawa kami ke jalan kebenaran dan siapa yang menentang tentu akan tergilas oleh kebenaran. Karena itu, harap nona suka memperkenalkan diri sehingga kami tidak akan memberi laporan buruk tentang diri nona kepada ketua perkumpulan kami."

Empat orang temannya itupun memberi hormat kepada Mayang dan berkata,
"Maafkan kami, nona."

Sikap mereka berlima itu demikian sopan dan menarik, disertai senyuman menghias pada wajah mereka yang rata-rata memang tampan dan gagah.

Mayang hendak bersikeras tidak mau memperkenalkan diri, akan tetapi tiba-tiba ia mendengar suara Hay Hay di belakangnya.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar