*

*

Ads

Minggu, 12 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 122

Kui Hong mengerutkan alisnya. Ia sendiri merasa bingung. Ia tahu bahwa biarpun Ang-hong-cu seorang tokoh sesat yang amat jahat terhadap wanita, namun harus diakui dia bukan pemberontak, dan setia terhadap kerajaan. Pernah hal ini dibuktikannya ketika Ang-hong-cu menyamar sebagai Han Lojin dan membantu pemerintah untuk membasmi gerombolan pemberontak yang dipimpin Lam-hai Giam-lo.

Apakah benar bahwa Ang-hong-cu meninggalkan kedudukan dan kemuliaan hanya untuk dapat berbakti kepada negara melalui dunia kang-ouw? Sehebat itukah semangat kepahlawanan seorang penjahat cabul macam Ang-hong-cu? Tidak, ia tidak percaya! Tentu ada pamrih lain di balik kepatriotannya itu! Dan ia akan menyelidikinya, walaupun ia tentu saja tidak mungkin memusuhinya, telah terbelenggu oleh janjinya sendiri.

Karena hari sudah menjelang senja. Kui Hong rninta diri dan meninggalkan taman itu, memasuki kamarnya. Setelah tiba di dalam kamarnya, ia membanting diri di atas pembaringan, telentang dan melamun.

Pengakuan cinta dari Cang Sun membangkitkan semua kenangan lama, pengalaman-pengalaman yang sudah lalu. Dengan hati perih harus diakuinya bahwa ia merindukan Hay Hay! Dan ia pernah menuduh pemuda itu sebagai Ang-hong-cu pemerkosa wanita! Akan tetapi, bagaimana ia dapat memikirkan tentang cinta pada saat seperti itu? Cinta? Menikah? Ia sudah bersumpah untuk tidak menikah sebelum Ang-hong-cu tewas! Dan jelas penjahat itu tidak mungkin dapat tewas di tangannya.

Kui Hong menarik napas panjang. Dua tugasnya, yaitu mencari Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek, merampas dua pedang pusaka Cin-ling-pai dan Pulau Teratai Merah belum terlaksana dan ia sudah gagal pula menangkap Ang-hong-cu, bahkan terikat janji yang membuat ia sama sekali tidak berdaya terhadap penjahat itu.

Kalau membayangkan hal ini, ingin rasanya ia menjerit-jerit dan menangis. Engkau sungguh tolol, berjanji seperti itu. Ratusan kali ia memaki dan menyalahkan diri sendiri. Akan tetapi kalau ia membayangkan keadaannya ketika tertawan Ang-hong-cu, ia bergidik. Kalau saja ia dibunuh, hal itu tidak mengapa. Akan tetapi, Ang-hong-cu adalah penjahat cabul yang keji. Ia akan mengalami siksaan dan penghinaan yang jauh lebih hebat dari kematian. Itulah yang memaksanya untuk berjanji!

Tapi, itu berarti bahwa ia masih dicengkeram perasaan takut! Demikian ia menyalahkan dirinya sendiri. Biarpun tidak takut menghadapi maut, akan tetapi takut menghadapi penyiksaan, penghinaan dan pemerkosaan! Itu berarti bahwa tetap saja ia seorang penakut, seorang pengecut! Karena pengecutnya, kini ia harus membiarkan jai-hwa-cat itu bebas dan bertindak semaunya tanpa ia mampu turun tangan. Ia pengecut!

Beberapa titik air mata menetes turun ke atas kedua pipi. Kui Hong merasa menyesal bukan main. Tidak pantas ia menjadi seorang pendekar, tidak pantas sama sekali ia menjadi seorang pangcu dari perkumpulan orang gagah seperti Cin-ling-pai. Ia terlalu mementingkan diri sendiri, terlalu sayang diri sendiri. Dengan perasaan amat tertekan, pada keesokan harinya Kui Hong menghadap Menteri Cang Ku Ceng dan berpamit untuk meninggalkan rumah keluarga Cang, bahkan meninggalkan kota raja.

"Ehh? Kenapa tergesa-gesa, Kui Hong? Aku sedang menanti hasil penyelidikan tentang dua orang muda itu yang selain kuserahkan kepada para penyelidik, juga aku minta bantuan bekas perwira Tang."

"Paman, saya tidak ingin membikin repot paman lagi. Sudah terlalu lama saya meninggalkan orang tua saya. Saya ingin pulang dan melaporkan semua kegagalan saya kepada ayah dan ibu."

"Kui Hong, kami sudah menganggap engkau sebagai keluarga sendiri. Sayang……" sampai disini, suara Nyonya Cang tersendat. “……..sayang engkau tidak berjodoh dengan putera kami, akan tetapi hal itu tidak menghalangi kami untuk menyayangimu sebagai keluarga sendiri."






Mendengar ini, Kui Hong melirik ke arah Cang Sun dan merasa berterima kasih. Pemuda itu agaknya telah memberitahukan ayah ibunya tentang penolakannya dan keluarga yang budiman itu agaknya sama sekali tidak mendendam atau menyesal. Hal ini membuat perasaan hatinya menjadi semakin rikuh.

Setelah mencoba untuk menahan tidak berhasil, akhirnya Menteri Cang berkata,
"Baiklah, Kui Hong. Kami tidak berhak untuk menahanmu lebih lama lagi disini, akan tetapi kami sungguh mengharapkan agar engkau tidak melupakan kami yang menganggapmu seperti keluarga sendiri."

Bagaimanapun juga, sikap ramah dan akrab dari keluarga itu mendatangkan keharuan di dalam hati pendekar wanita itu. Ia memberi hormat dan berkata dengan suara tegas,

"Percayalah, paman dan bibi, juga engkau, Cang-toako, bahwa aku Cia Kui Hong selama hidupku tidak akan melupakan keluarga Cang yang budiman. Semoga kita kelak dapat saling bertemu kembali dalam suasana yang lebih akrab dan bahagia."

Biarpun tadinya ia menolak, namun karena desakan Menteri Cang, akhirnya Kui Hong tidak mampu menolak lagi ketika tuan rumah itu menghadiahkan seekor kuda yang amat baik kepadanya.

Dengan diantar oleh keluarga itu sampai di pintu gerbang rumah mereka, Kui Hong meninggalkan keluarga itu setelah sempat membisikkan kata-kata yang membuat Menteri Cang Ku Ceng termenung setelah gadis itu pergi. Bisikan itu hanya singkat saja.

"Paman, kuharap paman sekali lagi bertanya kepada Hong-houw tentang penjahat cabul di istana itu."

Kui Hong memang sengaja membisikkan kata-kata ini. Untuk menyebut nama Ang-hong-cu ia tidak berani karena sudah terikat janji. Maka, ia menganjurkan pejabat tinggi itu untuk menyelidiki lagi melalui Permaisuri.

Kalau Permaisuri berani menyatakan kebenaran keterangan Tang Bun An yang jelas berbohong, maka tentu ada apa-apa di balik pernyataan itu, ada apa-apa yang tidak wajar antara Permaisuri dan Ang-hong-cu!

**** 122 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar