*

*

Ads

Sabtu, 11 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 118

Melihat kenekatan ini, Tang Bun An terkejut. Tingkat kepandaiannya masih lebih tinggi dari lawan, akan tetapi kalau lawan nekat seperti ini, berani mengadu nyawa, sungguh berbahaya baginya. Maka terpaksa dia meloncat ke belakang untuk menghindarkan serangan nekat itu.

Saat itu dipergunakan oleh si kumis tebal untuk meloncat ke belakang pula dengan maksud melarikan diri. Akan tetapi, puluhan ujung tombak menghadangnya! Si kumis tebal itu maklum bahwa dia telah terjebak, seperti seekor tikus berada dalam kandang kucing.

"Ha-ha-ha, menyerah sajalah! Engkau tidak dapat melarikan diri lagi!" kata Tang Bun An sambil tertawa mengejek.

Si kumis tebal maklum bahwa kalau tertawan seperti temannya, diapun tak mungkin dapat hidup, bahkan akan mati tersiksa. Lebih baik mati dari pada tertawan. Juga temannya itu lebih baik mati dari pada membuka rahasia. Tiba-tiba saja dia menubruk ke arah temannya yang terbungkus jala, menyerang dengan pedangnya untuk membunuh kawan itu lebih dulu sebelum dia membunuh diri.

"Tranggg……. !"

Pedangnya tertangkis dari samping dan kembali perwira lihai itu yang menangkisnya. Si kumis tebal menjadi marah dan putus asa, dengan tenaga sepenuhnya dia menubruk dan menyerang ke arah perwira itu.

Akan tetapi sekali ini Tang Bun An tidak meloncat mundur, melainkan mengelak ke samping dan sekali tangannya bergerak, pedangnya telah memasuki lambung si kumis tebal yang segera roboh dan tewas seketika karena jantungnya tertembus pedang!

Dengan kaki tangan diborgol dan sama sekali tidak mampu bergerak, si muka kuning dihadapkan Tang Bun An di dalam kamar tahanan. Semula dia sama sekali tidak mau bicara, bahkan membuang muka ketika ditanyai oleh perwira itu. Akan tetapi, setelah Tang Bun An menyiksanya dengan totokan-totokan yang membuat dia merasa nyeri di seluruh tubuh, pingsan tidak namun seluruh tubuh rasanya seperti digigit semut api atau ditusuki ribuan jarum beracun, akhirnya si muka kuning yang kini mukanya berubah pucat pasi itu membuat pengakuan.

Dia dan suhengnya yang tadi tewas oleh pedang Tang Bun An adalah dua orang saudara seperguruan yang merupakan tokoh-tokoh bajak di sepanjang pantai selatan. Mereka itu diperalat oleh orang-orang Portugis, diberi hadiah dalam jumlah besar sekali dengan tugas membunuh kaisar! Orang-orang Portugis itu agaknya mendendam atas kematian rekan-rekan mereka yang dibunuh kaisar.

Menteri Cang Ku Ceng tentu saja girang sekali menerima laporan Tang Bun An tentang tertangkapnya dua orang yang mencoba membunuh kaisar. Dia sendiri memeriksa si muka kuning dan setelah mendengar pengakuan bajak laut itu bahwa dia dan suhengnya menjadi pembunuh bayaran, disuruh oleh orang-orang Portugis yang berani membayar mahal untuk membunuh kaisar, Menteri Cang lalu memerintahkan pengadilan untuk menghukum mati orang itu.

Dan diam-diam Tang Bun An menyuruh anak buahnya menyebar berita bahwa dia dan anak buahnya kembali telah menyelamatkan kaisar dengan menangkap dua orang yang mencoba untuk menyelundup ke dalam istana dan membunuh kaisar!

Dengan adanya peristiwa itu, Tang Bun An berhasil membersihkan namanya dari kecurigaan Menteri Cang. Apalagi setelah menteri ini mendengar dari para mata-matanya yang kini disebar di dalam istana bahwa sekarang tidak pernah ada lagi bayangan pria yang berani berkeliaran di istana bagian puteri.

Bagaimanapun juga, Menteri Cang masih belum merasa puas dan pada suatu pagi, dia memanggil Perwira Tang Bun An untuk menghadap dia di rumahnya. Tentu saja Tang Bun An yang menerima panggilan ini menjadi gelisah sekali. Jantungnya berdebar tegang dan sejenak dia bingung, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah yang tersembunyi di balik panggilan itu? Bagaimana kalau dia melarikan diri saja? Bukankah gadis lihai ketua Cin-ling-pai itu pernah menyelidikinya karena menjadi utusan Menteri Cang?

Jangan-jangan dia dipanggil untuk ditangkap! Ah, tidak mungkin, dia membantah sendiri. Kalau Menteri Cang mempunyai niat buruk, tentu sudah datang pasukan menangkapnya, bukannya dia dipanggil dulu baru ditangkap. Justeru dia harus memberanikan diri, memperlihatkan diri dengan berani sebagai orang yang tidak mempunyai kesalahan apapun, bahkan baru saja berjasa besar menangkap calon pembunuh kaisar!

Dengan pakaian perwira yang amat rapi, Tang Bun An berkunjung ke rumah gedung besar tempat tinggal Menteri Cang. Hatinya merasa lega ketika menteri itu menerimanya di kamar tamu, seorang diri saja. Ini berarti bahwa menteri itu tidak ingin menangkapnya dan percaya kepadanya. Kalau tidak demikian, tentu menteri itu tidak akan berani menerimanya seorang diri saja, mengajaknya bicara empat mata. Hal inipun menunjukkan bahwa pejabat tinggi itu akan membicarakan hal yang teramat penting, maka mengajaknya bicara berdua saja.

Setelah dia memberi hormat dan dipersilakan duduk, Menteri Cang Ku Ceng yang berwibawa dan berwajah keren namun ramah itu sejenak memandang kepadanya dengan sinar mata tajam penuh selidik. Namun, Tang Bun An adalah seorang yang berpengalaman dan dia pandai menyembunyikan perasaannya. Wajahnya nampak tenang dan polos saja, menyambut sinar mata pejabat tinggi itu dengan sikap wajar .






"Taijin hendak memerintahkan apakan kepada saya? Tentu ada kepentingan besar sekali maka tai-jin memanggil saya menghadap." kata Tang Bun An langsung saja, dengan sikapnya yang hormat.

Cang Ku Ceng tersenyum.
"Tang-ciangkun, maafkan kalau aku membikin engkau kaget. Sebetulnya, engkau mempunyai atasan dan semestinya aku menghubungi panglima, atasanmu. Akan tetapi karena keamanan di kota raja menjadi tanggung jawabku sebagai orang pertama di atas panglima yang menjadi bawahanku, maka aku sengaja langsung saja mengundangmu kesini untuk membicarakan dua hal yang amat penting. Aku ingin minta bantuanmu untuk mengatasi dua hal itu, ciangkun.”

Biarpun hatinya merasa lega karena arah percakapan itu tidak menunjukkan bahwa menteri itu mencurigainya, namun Tang Bun An tidak memperlihatkan perasaan itu melalui wajahnya yang tampan dan gagah. Dia telah membuat persiapan sebelumnya, telah mengatur segalanya sehingga segala bekas yang mungkin ada akan semua perbuatannya yang lalu di dalam istana bagian puteri, telah terhapus sebersihnya.

"Tentu saja saya akan merasa senang sekali kalau dapat membantu paduka, tai-jin. Katakanlah, perintah apa yang harus saya lakukan?"

"Ada dua hal penting, ciangkun. Pertama mengenai keamanan di istana bagian puteri. Tentu engkau sudah mendengar sendiri akan desas-desus yang tersiar bahwa ada pria dari luar yang sering nampak berkeliaran di dalam istana bagian puteri. Hal ini harus cepat dapat dibersihkan, karena kalau tidak, tentu akan mencemarkan kehormatan istana dan merupakan urusan yang amat penting. Tentu engkau pernah mendengarnya, ciangkun?” sepasang mata menteri itu bersinar tajam penuh selidik.

Tang Bun An mengangguk ragu.
“Memang saya sudah mendengar akan hal itu, tai-jin. Akan tetapi karena saya bertugas sebagai kepala pasukan pengawal di luar bagian puteri, maka hanya para pengawal thaikam yang berhak dan……” Dia nampak ragu.

“Tang-ciangkun, kenapa engkau meragu? Hayo cepat katakan, apa yang kau ketahui tentang berita itu?” Sang menteri mendesak.

“Maaf beribu maaf, tai-jin. Memang saya telah melakukan sesuatu berkenaan dengan berita itu, akan tetapi…….. maaf, saya tidak berani bercerita karena saya sudah berjanji tidak akan menceritakan hal ini kepada siapapun…….. "

Menteri Cang mengerutkan alisnya yang tebal.
"Tang-ciangkun, lihat kepadaku dan ingat dengan siapa engkau berhadapan! Kalau mengenai keselamatan istana, akulah yang bertanggung jawab dan kedudukanku hanya di bawah kaisar! Kecuali kalau engkau berjanji dengan Sribaginda Kaisar, maka tidak boleh ada rahasia mengenai istana yang pantas kau sembunyikan dariku!"

Menteri itu bangkit berdiri dan mencabut sebatang pedang yang tergantung di pinggangnya.

"Lihat ini! Pedang kekuasaan yang kuterima dari Sribaginda Kaisar sendiri, yang memberi kekuasaan kepadaku untuk memeriksa dan menuntut siapapun juga di negeri ini, bahkan termasuk seluruh penghuni istana kecuali Sribaginda sendiri!"

Tentu saja Tang Bun An terkejut bukan main dan cepat dia menjatuhkan diri berlutut, tentu saja untuk menghormati pedang kekuasaan yang diberikan kaisar kepada menteri setia itu.

“Mohor paduka sudi mengampuni saya."

Menteri Cang memasukkan kembali pedang kekuasaan itu di dalam sarung pedangnya.
"Duduklah kembali, ciangkun. Nah, sekarang kau ceritakan semua, jangan rahasiakan sesuatu dariku."

"Maaf, tai-jin.” kata Tang Bun An setelah dia duduk kembali."Tadinya tentu saja saya takut untuk melanggar janji. Saya telah berjanji kepada Hong-houw (Permaisuri) sendiri untuk tidak membocorkan rahasia ini."

"Hemm, tenanglah. Hong-houw sendiri tidak akan marah kalau engkau menceritakan semua kepadaku. Apa yang telah terjadi, dan apa yang kau ketahui tentang desas-desus mengenai laki-laki yang merusak dan menodai nama baik dan kehormatan istana bagian puteri itu?"

Tang Bun An sengaja menarik napas panjang, seolah-olah dia merasa terpaksa harus menceritakan semua itu. Diam-diam dia bersukur bahwa dia telah mempersiapkan segalanya, bahkan sejak pertemuamnya dengan Cia Kui Hong, dia sudah cepat-cepat mengatur segala siasat untuk membersihkan diri.

"Baiklah, tai-jin, akan saya ceritakan semuanya dengan terus terang karena saya percaya sepenuhnya bahwa paduka cukup bijaksana dan terhormat untuk tidak menceritakan semua ini kepada orang lain. Kalau paduka lakukan itu dan hal ini diketahui orang lain, berarti saya telah berdosa terhadap Sang Permaisuri kepada siapa saya telah berjanji tidak akan menceritakan apa yang terjadi kepada siapapun juga."

"Hemm, kau kira aku ini orang apa? Ceritakanlah, dan tak seorangpun selain aku sendiri yang akan mendengar akan apa yang terjadi di istana bagian puteri itu."

"Tai-jin, terus terang saja, ketika saya mendengar akan desas-desus adanya bayangan pria berkeliaran di istana bagian puteri, hati saya merasa penasaran. Peristiwa itu merupakan tamparan pada muka saya, dan merupakan tantangan. Walaupun saya tidak mungkin dapat masuk istana bagian puteri tanpa ijin, akan tetapi karena penjahat itu beroperasi disana, bagaimana saya dapat menangkapnya tanpa memasuki daerah terlarang itu? Untunglah kesempatan itu tiba ketika Hong-houw memanggil saya menghadap dan beliau memberi perintah rahasia kepada saya untuk menangkap penjahat itu, taijin. Perintah itu diberikan kepada saya baru-baru ini dan saya lalu melakukan penyelidikan di waktu malam dan akhirnya saya berhasil menangkap orang itu."

"Ahh! Engkau berhasil menangkapnya? Siapakah dia dan sekarang bagaimana?" tentu saja Cang Ku Ceng terkejut dan juga girang mendengar keterangan yang sama sekali tak pernah disangkanya itu.

Tadinya dia curiga bahwa perwira ini yang menjadi pria rahasia itu, ternyata kini malah yang menangkap penjahatnya!

"Dia seorang perajurit pengawal thai-kam, tai-jin."

"Ahhh? Bagaimana mungkin? Desas-desus itu mengatakan bahwa laki-laki rahasia itu telah mengganggu para wanita penghuni istana bagian puteri! Kalau dia seorang thai-kiam (kebiri) "

"Saya juga tadinya merasa heran, tai-jin. Akan tetapi setelah saya melakukan pemeriksaan dengan seksama, ternyata dia bukanlah seorang kebiri sepenuhnya. Agaknya pengebirian terhadap dirinya telah gagal dan tidak sempurna, sehingga dia masih dapat menjadi seorang laki-laki normal. Dan bukan menggoda para puteri saja yang dilakukan disana, melainkan terutama sekali untuk mencuri barang-barang berharga, perhiasan-perhiasan para puteri."

“Keparat! Dimana dia sekarang?"

"Atas perintah Hong-houw, saya telah membunuh penjahat itu, tai-jin. Hong-houw memerintahkan kepada saya untuk membunuhnya dan merahasiakan semua ini, demi menjaga nama baik dan kehormatan istana bagian puteri. Kalau paduka ingin membuktikan, saya dapat menunjukkan kuburannya dan…..”

"Tidak perlu. Aku dapat menemui Hong-houw dan minta keterangan dari beliau tentang kebenaran laporanmu ini."

Berkata demikian, Cang Ku Ceng menatap tajam wajah perwira itu. Namun, Tang Bun An bersikap tenang, bahkan berkata dengan tegas.

"Itu lebih baik lagi, tai-jin. Asal tai-jin tidak lupa mintakan ampun bahwa saya telah membuka rahasia ini kepada tai-jin."

“Baik, akan kusampaikan kepada beliau. Bagaimanapun juga, aku percaya akan laporanmu ini, Tang-ciangkun dan hatiku lega bukan main mendengar bahwa penjahat itu telah dihukum. Sekarang, ada soal ke dua dan kuminta engkau suka membantuku dalam hal ini."

"Apakah urusan itu, tai-jin? Tentu saja saya selalu siap membantu paduka.”

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar