*

*

Ads

Jumat, 10 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 115

Tang Bun An bangkit dan tersenyum.
"Nanti saja akan kuceritakan semua." Dia bertepuk tangan dan masuklah lima orang perajurit pengawal.

"Antarkan tiga orang tamu ini ke kamar masing-masing, dan layani mereka baik-baik. Nah, sampai jumpa malam nanti di ruangan makan!" katanya kepada tiga orang tamunya dan diapun meninggalkan ruangan itu.

Terpaksa tiga orang muda itu, dengan hati penuh pertanyaan, mengikuti para perajurit pengawal yang mengantar mereka ke tiga buah kamar yang terletak di bagian belakang pondok yang ternyata cukup luas itu. Ji Sun Bi yang masih merasa penasaran, ketika para perajurit itu hendak mengundurkan diri, memegang lengan seorang diantara mereka dan tersenyum manis kepadanya.

"Sobat yang tampan, tolong beritahu, siapa sih namanya komandanmu tadi?"

Sejenak perajurit itu memandang wajah yang cantik itu dengan penuh kagum dan bibir tersenyum, akan tetapi sikapnya berubah tegas dan diapun berkata,

"Bagi kami, beliau adalah Ciangkun, dan kami tidak mengetahui nama lain." Setelah berkata demikian, dia membalikkan tubuh dan pergi dari situ.

Memang kepada semua anak buahnya, Tang Bun An memesan agar mereka itu tidak pernah menyebut namanya dan merahasiakan dirinya. Perintah ini disertai ancaman hukuman berat.

"Sialan!" gerutu Ji Sun Bi kepada dua orang kawannya. "Kalau tidak ingat urusan Cun Sek, tentu sudah kubekuk perajurit tadi dan kupaksa dia mengakui siapa nama komandannya! Aku merasa seperti anak kecil dipermainkan saja."

"Sabarlah, Mo-li. Bukankah kita memang berniat untuk mencari sekutu yang kuat agar dapat bangkit kembali? Kalau memang Ang-hong-cu menghendaki semua rahasia ini, apa salahnya? Dan aku melihat bahwa memang dia telah memiliki kedudukan yang kuat." kata Sim Ki Liong.

"Bagaimana engkau bisa tahu?" kata Tang Cun Sek.

"Lihat saja. Dia sudah dapat mempengaruhi ciangkun itu untuk bekerja sama dengan dia! Dan nampaknya perwira itu amat taat kepadanya! Memiliki perwira kerajaan yang mengepalai ribuan orang perajurit pengawal. Itu sudah hebat namanya! Agaknya aku akan suka sekali bekerja sama dengan Ang-hong-cu."

Karena hari sudah sore, merekapun tidak akan menanti terlalu lama. Dan mereka dilayani dengan amat baik. Para perajurit pelayan itu menyediakan air cukup banyak untuk mandi, dan air teh dan arak.

Setelah hari menjadi gelap, tibalah saat yang amat dinanti-nanti oleh mereka bertiga, terutama sekali Cun Sek. Pemuda ini sudah ingin sekali dapat bertemu dengan ayah kandungnya yang namanya amat tersohor di dunia kang-ouw itu.

Seorang perajurit memberitahu bahwa mereka diundang ke ruangan makan untuk makan malam. Tanpa banyak bertanya lagi karena maklum bahwa perajurit disitu memang diharuskan menutup mulut, mereka bertiga mengikuti perajurit itu memasuki sebuah ruangan makan yang cukup besar. Sebuah meja makan bundar yang besar berada disitu, dikelilingi delapan buah bangku. Tidak nampak ada orang disitu dan perajurit itu mempersilakan mereka bertiga duduk menghadapi meja makan itu.

Tak lama kemudian, setelah perajurit itu pergi, perwira tua yang menjadi tuan rumah itu memasuki ruangan makan dengan wajah berseri.

"Selamat malam!" katanya gembira. "Apakah kalian mendapatkan pelayanan yang cukup baik?"

"Terima kasih, ciangkun." kata Cun Sek. "Akan tetapi, mana dia yang bernama Ang-ong-cu……?

"Ha-ha-ha, engkau nampaknya tidak sabar benar untuk dapat bertemu dengan ayahmu, orang muda. Aku sudah menyampaikan keinginan kalian untuk bertemu dengan dia, juga sudah kusampaikan bahwa kalian bertiga suka untuk membantu dia sebagai seorang calon beng-cu. Akan tetapi, dia minta agar kalian suka bersumpah setia lebih dulu sebelum dia muncul. Oleh karena itu, kuharap kalian suka mengucapkan sumpah itu di depanku sebagai wakilnya. Bagaimana pendapat kalian?"

Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi adalah seorang wanita iblis, seorang tokoh sesat yang tidak pantang melakukan kejahatan macam apapun. Juga tidak pantang untuk mengucapkan sumpah palsu! Maka iapun sama sekali tidak merasa keberatan karena baginya, sumpah dapat saja setiap saat dilanggar, seperti juga janji.

Melihat Ji Sun Bi mengangguk setuju, Sim Ki Liong yang tidak begitu banyak pengalamannya, juga mengangguk. Bagi Tang Cun Sek, tentu saja sama sekali tidak berkeberatan untuk bersumpah setia kepada ayah kandungnya sendiri. Dengan petunjuk Tang Bun An, mereka lalu bersumpah, seorang demi seorang.






"Aku bersumpah bahwa aku akan taat dan setia kepada Ang-hong-cu, membantu dia sebagai bengcu. Kalau aku melanggar sumpahku ini, biarlah aku mati di ujung pedang.”

Setelah mereka bersumpah seorang demi seorang, Tang Bun An tertawa, lalu dia mempersilakan mereka bertiga duduk.

"Sekarang, kalian duduklah dengan tenang. Aku akan mengundang Ang-hong-cu datang kesini!"

Tiga orang itu tentu saja merasa tegang sekali dan mereka mengikuti tuan rumah dengan pandang mata mereka. Tang Bun An menghilang ke ruangan lain sebelah dalam dan ada sepuluh menit lamanya tiga orang tamu itu menanti dengan jantung berdebar-debar. Seperti apakah gerangan orang yang berjuluk Ang-hong-cu itu?

Ji Sun Bi sendiri yang sudah memiliki banyak sekali pengalaman di dunia kang-ouw, yang hampir mengenal seluruh tokoh kang-ouw, harus mengakui bahwa ia sendiripun baru mengenal nama Ang-hong-cu saja, belum pernah melihat orangnya. Seorang jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang amat lihai dan juga licik bukan main, sehingga para pendekarpun tak pernah mampu memegang ekornya, tak seorangpun pernah dapat melihat mukanya. Dan kini, tokoh besar itu akan muncul dan memperkenalkan diri kepada mereka!

Akhirnya, muncullah seorang laki-laki dari ruangan sebelah dalam itu. Dia melangkah keluar dengan sikap tenang sekali, dan setiap gerak-geriknya tak pernah terlepas dari pandang mata tiga orang muda itu. Dia seorang pria yang usianya lima puluh tahun lebih, tubuhnya sedang dan tegak, agak besar di bagian dada sehingga nampak gagah, wajahnya yang dihias kumis dan jenggot yang terpelihara rapi itu tampan, sepasang matanya mencorong dan berseri-seri, mulutnya terhias senyum mengejek.

Pakaiannya rapi, dengan rompi sutera. Pendeknya laki-laki setengah tua ini amat menarik dan sama sekali tidak kelihatan sebagai penjahat yang menakutkan, bahkan sebaliknya, dia pantas menjadi seorang pria terpelajar dan hartawan yang penampilannya pasti akan menarik hati banyak kaum wanita!

Kalau Tang Cun Sek memandangnya dengan mata terbelalak dan ragu apakah benar pria ini Ang-hong-cu, ayah kandung yang sejak kecil dirindukannya, sebaliknya Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main dan mereka sudah bangkit berdiri dari tempat duduk mereka.

"Aku……. aku pernah melihatnya…….. kita pernah saling bertemu……." kata Sim Ki Liong, lupa-lupa ingat sambil mengamati wajah itu.

"Tentu saja!" kata Ji Sun Bi. "Bukankah engkau ini Han Lojin?"

"Benar! Han Lojin……..!”

Kini Sim Ki Liong teringatlah dia akan semua peristiwa yang terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu. Ketika itu dia membantu Lam-hai Giam-lo yang menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan dan muncullah orang ini, yang pada waktu itu mengenakan pakaian orang Hui, memperlihatkan kepandaian untuk membantu gerakan Lam-hai Giam-lo. Orang itu memang lihai sekali dan dia mengaku bernama Han Lojin. Akan tetapi kemudian ternyata dia malah mengkhianati Lam-hai Giam-lo karena dia memihak pemerintah.

"Han Lojin! Jadi engkau inikah ang-hong-cu……?” Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi berseru, masih terheran-heran.

"Tok-sim Mo-li, sungguh matamu tajam dan ingatanmu kuat sekali. Aku memang Han Lojin yang pernah kalian lihat dahulu itu. Dan untuk pertama kali selama hidupku, di depan kalian aku mengaku bahwa akulah Ang-hong-cu!"

Suara orang itu tenang sekali, agak dalam dengan logat barat dan agak asing seperti cara bicara orang Hui.

"Tapi…. tapi….. benarkah engkau ini Ang-hong-cu? Benarkah engkau ini ayah kandungku……. ?”

Tang Cun Sek bertanya, tentu saja penuh keraguan karena bagaimana dia dapat yakin bahwa pria ini benar ayah kandungnya?

Han Lojin tersenyum lebar dan matanya terpincing ketika dia tersenyum lebar.
"Engkau yang bernama Tang Cun Sek? Engkau masih meragukan bahwa aku Ang-hong-cu? Nah, kau lihat ini!"

Dan dia mengeluarkan seuntai kalung dari untaian benda-benda perhiasan yang persis seperti sebuah yang dimiliki pemuda itu. Lebih dari tiga puluh buah perhiasan tawon terikat pada tali itu. Melihat ini, lenyaplah keraguan dari hati Cun Sek dan diapun segera menjatuhkan diri berlutut menghadap ayahnya.

"Ayah……. !" katanya sambil memberi hormat.

Han Lojin masih tersenyum, walaupun senyumnya mengandung keharuan. Baru sekali ini dia merasakan diberi hormat oleh seorang anak, diakui sebagai ayah! Anak yang pertama kali ditemui adalah Tang Hay dan anak itu malah memusuhinya, dan nyaris membunuhnya!

"Duduklah, Cun Sek. Dan sekarang, setelah aku menerima kalian bertiga sebagai sekutu dan pembantuku seperti yang telah kalian sumpahkan di depan perwira tadi, aku ingin tahu bagaimana engkau dapat memainkan ilmu-ilmu silat Cin-ling-pai, Cun Sek. Apa hubunganmu dengan Cin-ling-pai?"

"Ayah, selama bertahun-tahun aku menjadi murid Cin-ling¬pai. Karena gagal untuk menguasai kedudukan ketua Cin-ling-pai, dikalahkan oleh Cia Kui Hong, maka aku lalu meninggalkan Cin-ling-pai. Aku bertemu dengan Tok-sim Mo-Li Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong yang menjadi pangcu (ketua) dari Kim-lian-pang, dan aku membantunya. Akan tetapi, perkumpulan kami dIkeroyok oleh banyak perkumpulan lain sehingga kami terpaksa melarikan diri………”

“Apa? Kalian bertiga bergabung dan masih dapat dikalahkan perkumpulan lain?" tanya Han Lojin dengan heran.

"Pasti kami tidak kalah kalau tidak muncul dua orang jahanam itu!" kata Sim Ki Liong marah. "Pek Han Siong dan Hay Hay itu!"

“Ahhh…..!” Han Lojin berseru kaget. "Kiranya mereka? Jangan khawatir, setelah kalian bergabung dengan kami, maka kita bersama akan mampu melawan siapapun juga dan menghancurkan musuh-musuh yang berani mengganggu kita!"

"Akan tetapi, Han Lojin….."

Sim Ki Liong berkata akan tetapi ucapannya dipotong dengan cepat dan galak oleh Han Lojin.

"Jangan sebut aku dengan nama samaran itu! Mulai sekarang, kalian harus menyebut beng-cu kepadaku. Engkau juga, Cun Sek!" ucapannya itu berwibawa sekali sehingga Cun Sek sendiri, biarpun tersinggung hatinya karena sebagai putera dia tidak diperbolehkan menyebut ayah, terpaksa menunduk.

"Baiklah, bengcu. Aku ingin bertanya, dimana adanya perwira tadi? Dia adalah seorang pembantumu yang utama, bukan? Kenapa tidak disuruh hadir disini?"

"Nanti dulu. Nanti kupanggil dia kesini. Akan tetapi sebagai bengcu kalian, aku ingin mendengar riwayat kalian masing-masing. Aku sudah mendengar bahwa Cun Sek adalah seorang murid Cin-ling-pai yang pandai dan dia dapat kuandalkan. Bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li dan engkau pula, Sim Ki Liong? Ketika aku berada diantara para pembantu Lam-hai Giam-lo dahulu itu, aku hanya mendengar bahwa Ki Liong adalah seorang murid dari Pendekar Sadis. Benarkah itu, dan mengapa pula engkau meninggalkan Pulau Teratai Merah?"

Ki Liong segera menjawab sejujurnya.
"Memang benar bahwa aku adalah murid Pendekar Sadis di Pulau Teratai Merah. Akan tetapi, gara-gara Cia Kui Hong, cucu dari suhu dan suboku, terpaksa aku melarikan diri dari Pulau Teratai Merah tanpa pamit." Lalu dia melanjutkan setelah menarik napas panjang. "Aku minggat dari sana, selain untuk meluaskan pengalaman, mencari kedudukan yang baik, juga untuk mencari musuh besar yang telah membunuh ayahku. Musuh besarku itu adalah Siangkoan Ci Kang."

Tang Bun An atau Han Lojin atau Ang-hong-cu memang seorang tokoh sesat yang hanya dikenal namanya namun tidak ada yang mengenal wajahnya, akan tetapi, sebagai seorang tokoh kang-ouw yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia kang-ouw, dia mengenal hampir semua tokoh persilatan yang terkenal. Maka, mendengar nama Siangkoan Ci Kang, diapun terkejut.

"Bukankah Siangkoan Ci Kang itu seorang tokoh Siauw-lim-pai yang dulu ketika muda terkenal sebagai putera Si Iblis Buta Siangkoan Lojin? Dan yang kini menjadi seorang tokoh rahasia yang lengan kirinya buntung?"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar