*

*

Ads

Rabu, 08 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 109

Tidak sukar bagi seorang menteri negara yang demikian besar kekuasaannya seperti Menteri Cang Ku Ceng, untuk minta bantuan seorang perwira pengawal thai-kam (kebiri) sehingga Kui Hong dengan mudah dapat diselundupkan ke dalam istana!

Karena maksud Kui Hong menyelundup ke dalam istana hanya untuk melakukan pengintaian dan sedapat mungkin menangkap basah pria yang kabarnya menurut desas-desus menggauli hampir semua selir, dayang dan puteri istana, maka iapun hanya minta waktu seminggu saja untuk melakukan penyelidikan. Dan waktu baginya untuk mengintai hanya malam hari.

Oleh karena itu, untuk membebaskan gadis perkasa itu dari perhatian dan kecurigaan, Kui Hong selalu sembunyi di siang hari, disembunyikan oleh perwira thai-kam itu ke dalam kamar seorang wanita setengah tua yang bekerja sebagai tukang cuci dan yang dipercaya penuh oleh perwira thai-kam itu. Setelah hari menjadi gelap, barulah Kui Hong keluar dari dalam kamar itu dan melakukan perondaan secara rahasia.

Memang tidak mudah bagi perwira Thai-kam itu untuk mempercaya seorangpun di dalam istana kecuali tukang cuci yang masih terhitung saudara misan ibunya dari dusun itu. Hampir semua wanita di dalam istana itu, terutama yang masih muda dan cantik, agaknya mempunyai hubungan dengan pria misterius yang tak pernah dilihat orang memasuki istana itu. Kalaupun ada yang melapor, mereka itu hanya melihat berkelebatnya bayangan seorang pria, namun belum pernah melihat orangnya.

Agaknya, tidak mungkin ada orang yang kelihatan bayangannya tidak kelihatan orangnya. Hanya setan saja yang demikian itu. Anehnya, Sang Permaisuri sendiri agaknya acuh atau tidak menaruh perhatian, bahkan nampak tidak percaya kalau diberi laporan bahwa ada pria memasuki istana bagian puteri.

Maka, terpaksa Kui Hong diselundupkan secara tersembunyi, tidak seperti seorang dayang baru atau pelayan baru. Karena kalau dilakukan demikian, Kui Hong khawatir kalau kehadirannya akan mencurigakan hati orang dan akan membuat laki-laki yang suka berkeliaran di dalam istana bagian puteri itu berhati-hati dan tidak muncul lagi. Kehadirannya di dalam istana harus dirahasiakan dan tidak boleh diketahui umum. Hal ini ia kemukakan kepada Menteri Cang Ku Ceng dan menteri yang bijaksana ini mempergunakan kekuasaannya untuk dapat memenuhi permintaan Kui Hong.

Sudah tiga hari tiga malam Kui Hong berada di dalam istana, hanya diketahui oleh Menteri Cang, perwira Thaikam, dan pelayan wanita tukang cuci di istana. Setiap malam ia melakukan pengintaian dan perondaan, dan dari pagi sampai sore ia bersembunyi saja di dalam kamar. Namun, belum pernah ia menemukan sesuatu yang mencurigakan, belum pernah bertemu seorang pria yang berkeliaran di istana bagian puteri itu. Yang kelihatan hanyalah para pengawal istana, orang-orang Thaikam yang melakukan perondaan.

=============
Kui Hong membuka kedua matanya. Yang pertama nampak adalah langit-langit bercat putih, lalu dinding berwarna merah muda. Ia menggerakkan kaki tangannya. Terbelenggu! Ia terbelenggu pada kaki tangannya dan rebah terlentang di atas sebuah pembaringan, dalam sebuah kamar!

Bukan kamar dimana ia terjebak tadi. Ia terjatuh ke tangan Tang Bun An, si penjahat cabul! Akan tetapi hatinya lega ketika merasa bahwa pakaiannya masih menutupi tubuhnya dan tidak dirasakan sesuatu pada dirinya. Jahanam itu belum mengganggunya. Belum!

Kemungkinan besar ia akan diganggu, dan hatinya di cekam kengerian membayangkan betapa dalam keadaan terbelenggu dan tidak berdaya itu ia dipermainkan dan diperkosa oleh perwira cabul itu! Jantungnya berdebar tegang dan hatinya dilanda kengerian dan ketakutan. Akan tetapi, ia mengatur pernapasannya dan rasa cemaspun menghilang. Kini ia bersikap tenang, tidak mau membayangkan hal-hal mengerikan yang mungkin mengancamnya. Ia menyibukkan pikirannya untuk mencari akal bagaimana agar dapat lolos dari bahaya.

Dengan menyibukkan pikiran mencari ikhtiar, maka tidak ada kesempatan lagi bagi pikiran untuk membayangkan hal-hal yang mengerikan. Jelas bahwa membebaskan diri dengan kekerasan, tidak rnungkin pada waktu itu. Belenggu pada kaki tangannya amat kuat, dan ketika ia mencoba untuk mengerahkan tenaganya, tenaga sin-kang, belenggu itu tidak putus, melar seperti karet. Kalau mengharapkan bantuan, siapa yang akan dapat menolongnya?

Tidak ada orang mengetahui ketika ia membayangi penjahat itu, dan ia berada di tangan perwira cabul itu, di dalam hutan di puncak sebuah bukit yang amat sunyi. Andaikata ia menjerit sekalipun, tidak mungkin dapat terdengar orang yang tinggal jauh di bawah bukit. Dan menjerit minta tolong bukan cara yang patut ia lakukan, bahkan merupakan suatu pantangan bagi seorang pendekar seperti ia, tidak akan minta tolong dan menjerit bahkan iapun tidak sudi minta ampun. Ia akan mencari akal yang baik, dan sampai mati sekalipun ia tidak boleh memperlihatkan rasa takut.

Tiba-tiba jantungnya berdebar. Ia mendengar langkah kaki yang amat berat menghampiri kamarnya dari luar. Daun pintu kamar itu didorong orang dari luar sehingga terbuka dan muncullah perwira Tang memasuki kamar sambil menggotong sebuah tong kayu besar dan tebal. Dia meletakkan tong itu di tengah kamar, tak jauh dari tempat tidur dimana Kui Hong rebah telentang dalam keadaan terbelenggu. Setelah menurunkan bak atau tong kayu itu, Tang Bun An menoleh ke arah pembaringan. Melihat gadis itu telah siuman dan kini menengadah, sama sekali tidak melirik kepadanya, dia tertawa.






"Heh-heh-heh, nona manis. Engkau sungguh lihai bukan main, akan tetapi menghadapi aku, engkau akhirnya roboh juga. Baru engkau mengakui kehebatanku, ya?"

Kui Hong menoleh dan memandang pria itu dengan mata mencorong penuh kemarahan.

"Cih, laki-laki pengecut curang tak tahu malu! Engkau menggunakan perangkap, engkau curang dan licik, menandakan bahwa engkau hanyalah seorang yang pengecut dan keji. Kalau memang engkau merasa jantan, lepaskan belenggu ini dan mari kita bertanding seperti orang gagah sampai titik darah terakhir!"

"Ha-ha-ha-heh-heh, engkau memang gagah, nona. Gagah dan cantik sekali. Betapa ingin hatiku untuk bertanding denganmu! Bukan bertanding untuk saling membunuh, melainkan saling menyenangkan. Ha-ha-ha! Akan tetapi sayang, semalam aku telah bertanding melawan lima orang harimau betina kelaparan. Aku lelah sekali dan perlu mandi untuk memulihkan tenaga. Engkau tunggulah. Setelah mandi, aku akan melayanimu bertanding, ha-ha-ha!" Dan perwira itu keluar meninggalkan kamar.

Celaka, pikir Kui Hong. Ia tadi sengaja mengeluarkan ucapan untuk menghina dan memanaskan hati orang itu. Akan tetapi ternyata selain pengecut dan curang, orang itupun tebal muka, sama sekali tidak malu oleh ucapannya. Bahkan mengeluarkan jawaban dengan ucapan yang mengandung maksud cabul yang menusuk perasaan kewanitaannya. Ia harus mencari akal lain. Melukai kejanntannya dengan kata-kata tidak ada gunanya bagi orang yang bermuka tebal itu.

Biarpun tadinya ia tidak ingin menoleh dan memandang, hatinya tertarik juga ketika mendengar perwira itu masuk lagi ke dalam kamar dan menuangkan air ke dalam tong yang digotongnya masuk tadi. Ia melirik dan melihat betapa Tang Ciangkun tadi menggotong dua ember besar penuh air dan menuangkannya ke dalam tong.

Orang itu tidak mengeluarkan suara apapun, hanya tersenyum-senyum. Dia keluar lagi dan tak lama kemudian, terdengar suaranya bernyanyi! Nyanyian lagu rakyat dari daerah selatan dengan lidah selatan pula. Terdengar lucu dan harus diakui oleh Kui Hong bahwa suara orang itu cukup merdu. Dia masuk membawa dua ember air lagi dan menuangkan air ke dalam tong sambil tetap bersenandung. Setelah tiga kali menuangkan dua ember besar air, barulah dia merasa cukup.

"Heh-heh, nona manis. Aku hendak mandi dulu, ya? Setelah itu, baru kita bicara tentang pertandingan antara kita, ha-ha-ha!"

Dan tanpa sungkan lagi, tanpa kesopanan sedikitpun, dia mulai menanggalkan pakaiannya satu demi satu di depan Kui Hong! Tentu saja Kui Hong cepat membuang muka, tidak sudi memandang dan melihat sikap ini, Tang Bun An tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, nona manis, kenapa engkau membuang muka? Pandanglah aku, amatilah baik-baik. Lihat, setiap orang wanita mengagumi tubuhku ini. Lihatlah dan engkau akan merasa suka dan kagum, nona!”

Tanpa menoleh Kui Hong berkata ketus,
“Engkau manusia yang jahat, kejam, curang, tidak sopan. Manusia berwatak iblis! Biar kau mampus dibakar api neraka!”

Tang Bu An yang sudah telanjang bulat itu memasuki tong berisi air sambil membawa sebuah bungkusan dan tertawa-tawa. Dia membuka bungkusan yang berisi bubuk berwarna kuning, lalu menaburkan bubuk itu ke dalam tong air. Segera tercium bau yang amat harum.

“Ha-ha-ha, dan engkau seorang gadis yang sombong, kepala besar, tinggi hati! Kau kira aku tidak mengenal wanita? Hanya pada lahirnya saja tinggi hati dan menjual mahal, padahal, pada dasarnya, amat rendah dan murah! Perempuan selalu beracun, palsu. Kecantikannya hanya ditujukan untuk menjatuhkan hati laki-laki dan setelah itu memperdayainya, menipunya! Di balik senyummu yang manis menarik itu terkandung kepahitan yang beracun! Terkutuklah perempuan! Dan engkau masih berani mengatakan aku jahat dan kejam? Ha-ha-ha-ha, tidak ada yang lebih jahat dari pada perempuan, akan tetapi tidak ada yang lebih mengasyikkan, lebih menggairahkan."

Kui Hong tidak menjawab karena ia sudah terbelalak memandang kepada laki-laki yang berendam di dalam tong penuh air itu. Ia berani memandang karena laki-laki itu kini berada di dalam tong yang menyembunyikan ketelanjangannya. Ia terpaksa memandang ketika tadi hidungnya mencium bau yang amat harum. Bau harum cendana! Bau ini membuat ia terkejut sekali dan memaksanya menoleh dan memandang. Ia bahkan hanya mendengar sebagian saja ucapan laki-laki itu yang mengandung kebencian besar terhadap wanita.

"Kau…… kau…….. Ang-hong-cu !" Akhirnya ia berkata.

Tang Bun An yang masih tertawa, tiba-tiba menghentikan suara ketawanya ketika dia mendengar seruan Kui Hong itu. Matanya terbelalak memandang gadis itu, alisnya berkerut. Gadis ini tahu bahwa dia Ang-hong-cu!

"Bagaimana engkau bisa tahu?" tanyanya dengan suara membentak karena dia menganggap bahwa hal ini amat berbahaya baginya.

"Sekarang aku mengerti mengapa mereka mengatakan bahwa engkau berbau cendana. Kiranya engkau merendam diri dalam air bercampur bubuk cendana! Ang-hong-cu, engkau iblis busuk! Engkau jahanam kotor dan hina! Kelak engkau akan mampus di tanganku!" teriak Kui Hong marah bukan main karena ia teringat akan aib yang menimpa diri Pek Eng dan terutama sekali Cia Ling yang masih terhitung keponakannya karena diperkosa oleh pria ini.

Akan tetapi Ang-hong-cu Tang Bun An menyambut ancaman itu dengan suara ketawa mengejek.

"Ha-ha-ha-ha, engkau ini gadis remaja berani mengancam aku? Bagus, engkau sudah mengetahui bahwa aku Ang-hong-cu. Memang, aku Ang-hong-cu, akulah Si Kumbang Merah penghisap kembang! Dan engkau bagaikan setangkai bunga yang baru mekar penuh madu. Karena engkau sudah mengetahui rahasiaku, tunggu sampai aku selesai mandi, nona manis. Aku akan menghisap madumu sampai habis dan sesudah itu, engkau harus mati agar rahasia diriku tidak terdengar orang lain. Tenanglah, nona, engkau akan mati dalam keadaan bahagia, mati dalam keadaan mesra dan mabok cintaku, ha-ha-ha!"

Kini, diam-diam Kui Hong merasa ngeri. Ia adalah seorang gadis perkasa, seorang gadis gemblengan yang tidak takut akan ancaman maut. Ia adalah ketua Cin-ling-pai yang akan menghadapi maut dengan senyum dan dengan mata terbuka. Akan tetapi, ancaman yang dilontarkan Ang-hong-cu itu sungguh amat mengerikan baginya. Kalau ia diancam mati saja, ia masih akan tenang saja. Akan tetapi ancaman tadi lebih mengerikan dari pada maut!

Membayangkan dirinya diperkosa, dipermainkan oleh penjahat cabul yang tersohor itu, sungguh merupakan bayangan yang mengerikan hatinya. Ingin rasanya Kui Hong menjerit dan menangis, minta agar ia dibunuh saja dan jangan diperhina dengan perkosaan keji. Akan tetapi, ia pantang menjerit dan menangis, dan otaknya bekerja cepat.

Biarpun hatinya merasa ngeri dan takut menghadapi ancaman bahaya yang baginya lebih hebat dari pada maut, Kui Hong menguatkan perasaannya dan iapun tersenyum mengejek.

"Ang-hong-cu, engkau boleh mengancamku sesuka hatimu karena engkau telah bertindak secara pengecut, menangkapku melalui perangkap asap pembius dan kamar jebakan. Bahkan engkau boleh menyiksaku, membunuhku. Aku tidak takut karena aku yakin bahwa kalau aku terhina dan tewas di tanganmu, maka pembalasan yang akan menimpa dirimu seribu kali lebih hebat lagi! Mereka tentu akan tahu bahwa engkau telah membunuhku, dan mereka semua akan mencarimu sampai dapat, membalas kekejamanmu berlipat ganda sehingga engkau akan menyesal telah dijelmakan sebagai manusia!"

Ancaman Kui Hong itu hebat sekali, akan tetapi Ang-hong-cu menerimanya sebagai gertak kosong belaka.

"Ha-ha-ha, gadis sombong! Kau kira aku gentar mendengar gertakanmu? Ha-ha-ha, tak seorangpun tahu bahwa engkau berada disini, dan takkan pernah ada yang mengetahui bahwa engkau pernah berada disini. Ha-ha-ha! Apakah nyawamu kelak akan mampu memberitahu mereka?"

"Huh, engkau kejam akan tetapi juga tolol! Aku datang sebagai utusan Menteri Cang Ku Ceng untuk menyelidikimu! Kalau aku hilang dalam tugas ini, sudah pasti beliau akan menyangkamu! Dan kalau mereka mendengar akan hal ini, sudah pasti mendengar kelak dari Menteri Cang, siaplah engkau untuk menghadapi siksaan yang melebihi siksaan di neraka!"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar