*

*

Ads

Kamis, 02 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 097

Teringat olehnya betapa sebelum tidur tadi, dia masih memikirkan Han Siong dengan hati penuh iba. Sahabatnya itu, karena pengaruh sihir jahat, telah menggauli Ci Goat dan setelah menyadari hal itu, Han Siong merasa menyesal bukan main. Dia merasa berdosa kepada gadis itu dan orang seperti Han Siong tentu akan mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri, walaupun perbuatan itu didorong oleh pengaruh sihir jahat. Dan dia belum tahu bahwa gadis manis itu, yang telah menyerahkan diri kepadanya secara suka rela, karena memang mencintainya, kini telah meninggal dunia dalam keadaan yang amat mengerikan!

Kini Han Siong tersenyum dan bangkit dari duduknya, lalu memberi hormat kepadanya.
"Sebelumnya, biarlah lebih dulu aku memberi selamat kepadamu, Hay Hay!"

Hay Hay terbelalak.
"Eh, eh, apakah engkau bermimpi? Kenapa malam-malam begini mendadak memberi selamat kepadaku?” Dia juga turun dari pembaringan dan memegang lengan kawannya itu agar tidak memberi hormat kepadanya. "Jangan main-main, Han Siong. Katakan apa artinya semua ini."

"Hay Hay, bergembiralah. Aku datang membawa berita yang baik sekali. Engkau akan menjadi pengantin! Aku ikut merasa gembira, Hay Hay. Engkau sungguh beruntung sekali, dan memang sudah sepatutnya engkau berbahagia "

"Eh, nanti dulu! Menjadi pengantin! Bagaimana ini? Siapa dan mengapa?"

"Duduklah dan dengarkan keteranganku," kata Han Siong.

Mereka duduk di atas dua buah kursi yang berhadapan, terhalang meja kecil di dekat pembaringan.

"Baru saja aku dipanggil Kim Mo Siankouw dan ibu Mayang. Mereka mengajukan pertanyaan tentang pribadimu, kemudian mereka minta aku menjadi perantara agar menyampaikan kepadamu bahwa mereka ingin menjodohkan nona Mayang denganmu."

Hay Hay terkejut, bangkit seperti ada kalajengking menyengat pinggulnya dan dia memandang kepada sahabatnya itu dengan mata terbelalak.

"Ahhh....... ehhh.... bagaimana......? Tidak bisa ini....” Han Siong juga bangkit, menarik lengan Hay Hay dan diajaknya duduk kembali.

"Tenanglah, jangan ah-eh-oh begitu!"

Dia mulai menikmati keadaan itu. Sudah terlalu sering Hay Hay menggodanya dan kini dia mendapatkan kesempatan untuk membalas! Betapa manisnya pembalasan dendam!

"Hay Hay, tidak perlu engkau meragu lagi. Mereka sudah bertekad bulat untuk menjodohkan nona Mayang denganmu dan engkau sungguh beruntung sekali. Nona Mayang demikian cantik jelita dan baik, dan aku melihat bahwa engkau memang sudah pantas menjadi suaminya. Engkau harus menyetujui keinginan mereka, Hay Hay. Sukar untuk mendapatkan seorang calon isteri sehebat nona Mayang dan...."

".... dan aku menjadi suami orang lalu menjadi ayah dari anak-anak kecil terikat disini, seperti seekor kera yang diikat pinggangnya, seperti seekor burung yang terkurung dalam sarang, kehilangan kebebasanku? Ah, tidak, Han Siong, aku tidak mau.....!"

"Apa? Berani engkau menolak nona Mayang? Hay Hay, jangan gila kau! Ia begitu cantik jelita, ia begitu pandai dan ia mencintaimu dan engkau....”

"Husshh, Han Siong. Engkau ini kenapa sih? Engkau seperti hendak mendorong-dorongku, engkau seperti hendak memaksaku menikah dengan Mayang. Engkau ini kenapa? Apakah masih ada sisa-sisa pengaruh sihir padamu? Ah, benar juga! Kalau engkau mendesakku, kenapa tidak engkau sendiri saja yang menikah dengan Mayang? Benar! Engkau akan merupakan suami yang baik, dan kalian serasi sekali, cocok kalau menjadi suami isteri. Biar aku yang akan mengusulkan kepada mereka agar engkau saja yang menikah dengan Mayang!"

"Hay Hay, hentikan kelakarmu itu. Aku tidak akan menikah dengan nona Mayang atau dengan wanita manapun juga, karena aku....." Dia berhenti dan wajahnya tiba-tiba nampak berduka.

"Engkau kenapa, Han Siong?" Hay Hay juga tidak menggodanya lagi melihat betapa wajah sahabatnya itu nampak bersedih.

Han Siong menghela napas panjang.
"Hay Hay, hanya engkaulah yang tahu apa yang telah terjadi antara aku dan nona Ouw Ci Goat. Setelah apa yang terjadi dengan kami, walaupun hal itu terjadi karena aku dikuasai sihir, aku harus bertanggung jawab! Ialah satu-satunya wanita yang harus menjadi isteriku, karena ia telah......ternoda olehku......"

"Han Siong......! tiba-tiba Hay Hay memegang kedua tangan sahatnya itu dan hatinya merasa terharu sekali. Juga kagum. Pemuda ini memang pantas menjadi sahabatnya, pantas menjadi seorang pendekar budiman. Penuh tanggung jawab atas semua perbuatannya! "Han Siong, tenangkan hatimu, kawan! Terpaksa aku akan memberi tahu kepadamu akan hal yang amat menyedihkan, yang telah menimpa diri Ci Goat....."






Han Siong terkejut.
"Apa? Apa maksudmu?"

"Ia........ Ouw Ci Goat....... ia telah tewas, Han Siong."

Han Siong terkejut, wajahnya pucat dan matanya terbelalak.
"Apa? Bagaimana? Hay Hay, ceritakanlah apa yang telah terjadi!"

Hay Hay menghela napas, penuh iba karena teringat akan keadaan gadis manis itu. "Ketika aku membayangimu, sampai ke kuil tua dimana tiga orang pendeta Lama itu berada, aku masuk melalui pintu belakang. Dan aku menemukan tubuh nona Ouw Ci Goat di bagian belakang kuil itu, sudah menjadi mayat, tentu terbunuh oleh mereka......."

Han Siong melompat dan mengepal tinju.
"Keparat jahanam para pendeta Lama itu.......”

"Sudahlah, Han Siong. Mereka bertiga itupun sudah mati. Sudah dikehendaki Tuhan agaknya bahwa sampai sekian saja riwayat nona Ouw Ci Goat. Aku telah mengubur jenazahnya di dekat kuil itu, baru aku melakukan pengejaran ketika engkau dibawa oleh tiga orang Lama itu. Nah, engkau tahu sekarang, dan tidak perlu menyedihi yang sudah mati."

Hay Hay menghibur dan sengaja dia mengambil sikap gembira lagi.
“Dan itu berarti engkau telah bebas, Han Siong, engkau dapat menikah dengan nona Mayang!"

Dengan sikap masih penuh kedukaan, Han Siong berkata lirih,
"Hay Hay, bagaimanapun juga, nona Ouw Ci Goat tewas karena aku! Bagaimana aku tidak akan berduka dan menyesal? Aku seorang yang bertanggung jawab, Hay Hay. Andaikata nona Ouw Ci Goat tidak tewas, aku akan dengan sungguh hati menikahinya! Dan kuharap engkaupun memiliki cukup kegagahan untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu terhadap nona Mayang. Karena kalau tidak, tentu aku akan membencimu dan aku tidak akan memandangmu sahabat lagi, Hay Hay. Mungkin akan kupandang engkau sebagai seorang laki-laki pengecut dan sebagai musuhku!"

Hay Hay memandang kawannya itu dengan mata terbelalak dan lenyap semua sikap main-main dari wajahnya.

"Han Siong, apa maksudmu? Engkau mengatakan aku harus bertanggung jawab terhadap Mayang? Apa artinya ini? Kalau kau kira aku telah...... telah…. engkau keliru sekali!"

Han Siong yang masih tenggelam ke dalam kegetiran dan kedukaan itu, memandang wajah temannya dan suaranya terdengar bersungguh-sungguh.

"Aku percaya, Hay Hay, bahwa engkau belum bertindak sejauh itu. Akan tetapi, engkau telah melihat gadis itu dalam keadaan telanjang bulat!"

"Heiii! Apa salahnya dengan itu, Han Siong? Memangnya aku yang menelanjangi nya? Aku hanya menyelamatkannya dari tangan Pat Hoa Lama yang hampir saja memperkosanya!"

"Benar, akan tetapi bagaimanapun juga, engkaulah satu-satunya pria hidup yang pernah meljhatnya dalam keadaan seperti itu. Dan engkaupun sudah bermesraan dengan nona Mayang, saling peluk dan saling cium! Apakah engkau hendak menyangkal bahwa nona Mayang amat mencintaimu?"

Hay Hay sekali ini memandang bodoh dan menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahu akan isi hatinya, Han Siong."

"Dan engkau berani menyangkal bahwa engkau mencintanya?"

"Itu......itu akupun tidak tahu benar. Aku suka, kagum dan sayang kepadanya, akan tetapi cjnta? Ah, aku tidak pernah merasa jatuh cinta....."

"Mata keranjang! Perayu wanita! Engkau sudah mendekapnya dan menciuminya dan engkau bilang tidak tahu apakah mencintanya? Hay Hay, apakah engkau hendak menjadi seorang jai-hoa-cat (penjahat pemetik bunga) atau penjahat pemerkosa wanita)?”

Wajah Hay Hay berubah merah sekali karena saat Han Siong mengeluarkan ucapan itu, diapun teringat akan ayah kandungnya! Ucapan itu seperti mengingatkannya bahwa dia adalah putera kandung Ang-hong-cu (Si Kumbang Merah), seorang jai-hoa-cat yang amat keji dan jahat!

"Pek Han Siong!" katanya dengan ketus. "Apakah engkau hendak mengatakan bahwa karena ayahku seorang jai-hoa-cat, maka akupun menjadi seorang penjahat cabul?"

"Benar! Kalau engkau tidak mau bertanggung jawab dan menikah dengan nona Mayang lalu apa bedanya engkau dengan Ang-hong-cu?" Han Siong berkata marah.

"Engkau hendak menghinaku?" Hay Hay bangkit dan mengepal tinju.

Han Siong juga bangkit dan mengepal tinju.
"Sesukamu kalau engkau berpendapat begitu! Pendeknya, kalau engkau tidak mau menikah dengan nona Mayang, engkau akan menghadapi tiga hal!"

"Huh! Engkau mengancam? Apa yang kau maksudkan dengan tiga hal itu?" Hay Hay mengambil sikap menantang pula.

"Dengar baik-baik! Pertama, engkau akan menghadapi aku sebagai seorang musuh! Aku akan menganggapmu seorang yang merusak kehidupan seorang gadis, mendatangkan aib baginya dan tidak bertanggung jawab. Tentu saja aku tidak akan tinggal diam dan menantangmu!"

"Hemmm, itu hanya anggapanmu. Dan aku tidak mungkin dapat kau paksa menikah hanya dengan ancaman itu"

"Kedua," kata Han Siong tidak memperdulikan jawaban Hay Hay. "Engkau akan berhadapan dengan Kim Mo Siankouw yang akan menantangmu karena ia tidak mau membiarkan engkau menghina muridnya, merayu muridnya kemudian setelah muridnya jatuh cinta, engkau tidak bertanggung jawab."

"Ehhh? Kenapa Kim Mo Siankouw juga berpemandangan sesempit itu, seperti juga engkau? Sungguh aku tidak mengerti!" Hay Hay sekali ini mengeluh.

"Masih ada yang ke tiga!" kata pula Han Siong penuh kemarahan dan suaranya meninggi. "Kalau engkau menolak untuk menikah dengan nona Mayang, maka nona Mayang akan membunuh diri!"

"Bohong......!!"

Hay Hay berseru, kaget bukan main, matanya terbelalak memandang wajah Han Siong karena biarpun mulutnya meneriakkan pemuda itu bohong, namun hatinya maklum bahwa Han Siong tidak akan berbohong. Dan ancaman ke tiga ini sungguh menggetarkan hatinya. Ancaman ke tiga itu yang paling hebat. Menghadapi ancaman tantangan Pek Han Siong dan Kim Mo Siankouw, biarpun amat berat baginya, masih dapat dia hadapi. Akan tetapi ancaman Mayang untuk membunuh diri benar-benar membuat dia menyerah sebelum bertanding!

“Tidak mungkin ia......ia......sebodoh itu!"

"Hemm, dasar laki-laki mata keranjang, mau enaknya sendiri saja, mau mengambil bunganya tidak mau terkena durinya! Engkau mengatakan ia bodoh, ya? Bayangkan saja! Ia telah mengalami aib, tubuhnya dalam keadaan telanjang bulat dilihat seorang pria, kemudian pria itu dicintanya dan ternyata pria itu tidak mau menjadi suaminya! Hanya ada dua pilihan bagi seorang gadis yang menjaga baik nama dan kehormatannya, yaitu membunuh pria itu atau membunuh diri. Karena nona Mayang mencintamu, engkau laki-laki yang tidak patut mendapat cinta seorang wanita, maka ia tidak akan membunuhmu dan akan membunuh diri. Hal ini dikatakan oleh ibu nona Mayang dan aku mendengarnya sendiri! Nah, katakanlah aku membohong!"

Sekali ini Hay Hay jatuh terduduk dan bengong seperti patung. Dia tidak mampu bicara lagi, hanya memandang kosong seperti orang kehilangan semangat, dan mulutnya berkemak-kemik,

"..... menikah.....? Menikah......? Ya ampuuunn.......menikah?”

Melihat ini, diam-diam Han Siong merasa girang. Rasakan engkau sekarang, orang mata keranjang, pikirnya. Kalau sudah menjadi suami Mayang, tentu gadis itu akan mampu memasangi kendali pada hidungnya sehingga dia tidak akan liar lagi! Dia tidak merasa kasihan kepada sahabatnya itu. Mengapa kasihan? Hay Hay akan menikah dengan seorang gadis yang hebat! Cantik jelita, manis, pandai, kaya raya. Mau apa lagi? Dia masih tenggelam dalam duka teringat akan kematian Ci Goat, maka dia lalu berkata dengan suara lembut.

"Hay Hay, pikirkan baik-baik semalam ini. Besok pagi-pagi, mereka sudah mengharapkan jawabanmu yang pasti. Selamat malam!"

Han Siong meninggalkan Hay Hay yang masih duduk di atas kursinya seperti boneka hidup itu.

**** 097 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar