*

*

Ads

Kamis, 02 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 096

Dengan dikawal tujuh pendeta Lama, wakil Dalai Lama menerima undangan Kim Mo Slankouw dan datang berkunjung ke rumah wanita sakti itu di puncak Awan Kelabu. Juga Hay Hay dan Han Siong terpaksa tidak dapat menolak undangan Kim Mo Siankouw, apalagi karena merekapun ingin bicara dengan wakil Dalai Lama.

Mereka dijamu dengan masakan yang tidak mengandung daging binatang, dan dalam kesempatan ini Han Siong menceritakan penderitaannya sejak terlahir sehubungan dengan pengejaran para pendeta Lama terhadap dirinya.

"Jangan khawatir, Pek-taihiap," kata wakil Dalai Lama. "Mulai sekarang tidak akan ada pengejaran lagi. Sesungguhnya, sudah sejak lama kami tidak mencarimu, semenjak kami yakin bahwa taihiap tidak suka menjadi seorang pendeta. Sungguh tidak kami sangka bahwa taihiap hendak dipergunakan oleh para pemberontak. Mereka ingin mengangkat taihiap untuk menjadi Dalai Lama tandingan dan mempengaruhi para pendeta di Tibet untuk mengakui taihiap sebagai Dalai Lama sejati yang baru. Hal itu berbahaya sekali dan mungkin saja usaha mereka itu akan berhasil karena taihiap memang mempunyai ciri-ciri untuk menjadi Dalai Lama. Akan tetapi sekarang, calon Dalai Lama yang baru sudah ada dan kami sudah membebaskan taihiap."

Tentu saja Han Siong merasa girang sekali. Seperti diangkat sebongkah batu besar yang selama ini menekan perasaannya dan yang membuatnya selalu merasa tidak aman.

Karena hari telah menjelang senja dan perjalanan ke Lasha masih jauh dan tak mungkin dilakukan di waktu gelap, maka wakil Dalai Lama menerima dengan senang hati ketika Kim Mo Siankouw mengundangnya untuk melewatkan malam di rumahnya yang besar itu. Juga dua orang pemuda yang sudah diterima sebagai tamu terhormat bahkan sahabat itu mendapatkan dua buah kamar.

Malam itu, pintu kamar Han Siong diketok orang. Dia membuka daun pintu dan seorang pelayan wanita memberi hormat.

"Maaf kalau saya mengganggu, Pek-taihiap. Saya diutus oleh Siankouw untuk mengundang taihiap ke ruangan belakang karena Siankouw ingin membicarakan hal yang penting denganmu."

Tentu saja Han Siong merasa heran, akan tetapi dia tidak membantah, lalu mengikuti pelayan itu menuju ke ruangan belakang. Di ruangan itu telah menanti Kim Mo Siankouw dan seorang wanita setengah tua yang dikenalnya sebagai ibu Mayang.

"Duduklah, Pek-taihiap dan terima kasih bahwa taihiap suka memenuhi permintaan kami untuk datang kesini," kata Kim Mo Siankouw.

"Terima kasih," kata Han Siong setelah memberi hormat, lalu duduk ke atas kursi berhadapan dengan dua orang wanita itu. "Ada keperluan apakah yang Siankouw hendak bicarakan dengan saya?”

Kim Mo Siankouw tersenyum dan Han Siong merasa kagum. Wanita yang usianya sudah enam puluh tahun ini masih nampak anggun dan jauh lebih muda dari usia sebenarnya kalau tersenyum,

"Harap jangan kaget kalau malam-malam begini kami mengundangmu, Pek-taihiap. Sebetulnya kami hanya mengganggu saja, karena kami hanya membutuhkan keterangan darimu tentang sahabatmu itu, yatu Hay Hay. Karena Mayang selalu menyebut nama Hay Hay begitu saja, maka nama itu menjadi dikenal sekali dan baik ibunya maupun Kim Mo Siankouw juga menyebutnya Hay Hay. "

Han Siong melebarkan matanya dan memandang heran.
"Keterangan tentang Hay Hay? Mengapa? Apa yang Siankouw maksudkan? Apakah dia masih diragukan setelah jasanya yang besar? Saya berani menanggungnya bahwa dia seorang yang baik dan....."

“Bukan begitu maksud kami, taihiap. Sebaiknya kami berterus terang saja. Sesungguhnya, kami, yaitu pin-ni dan juga ibu Mayang telah mengambil keputusan untuk menjodohkan Mayang dengan Hay Hay. Oleh karena taihiap adalah sahabat baiknya, maka kami ingin mengetahui segalanya tentang dia."

Wajah Han Siong berseri dan senyumnya melebar. Hatinya lega, dan dia bahkan merasa gembira sekali. Bagus, pikirnya. Sekarang tiba saatnya kuda jantan yang binal itu dipasangi kendali! Kalau sudah beristeri, tentu tidak akan berani bersikap mata keranjang lagi! Dan dia melihat bahwa Mayang juga seorang gadis yang hebat, sudah pantas kalau menjadi isteri Hay Hay. Cukup manis, cukup pandai dan cukup galak.

Amat diperlukan seorang isteri yang galak untuk dapat mengendalikan watak Hay Hay yang mata keranjang itu. Dan aku akan membantu agar perjodohan ini tidak gagal, pikirnya mantap.

"Begitukah, Siankouw? Saya merasa ikut bergembira dengan niat baik itu. Nah, apa yang perlu ji-wi (anda berdua) ketahui?"

Kim Mo Siankouw menoleh kepada ibu Mayang dan berkata,
"Nah, sekarang katakanlah apa yang ingin kau ketahui."






Wanita itu dengan sikap yang malu-malu memandang Han Siong. Seorang wanita yang cantik seperti puterinya, pikir Han Siong. Akan tetapi sinar matanya sayu mengandung kedukaan sehingga dia merasa kasihan. Agaknya wanita ini pernah menderita batin, pikirnya.

"Apakah yang ingin bibi ketahui dari saya? Katakanlah dan saya akan memberi keterangan segala yang saya ketahui." kata Han Siong melihat sikap wanita itu yang seperti sungkan-sungkan.

"Hay Hay itu.... dia..... she (nama keluarga, marga) Tang dan bernama Hay?" berkata demikian, wanita itu menatap tajam wajah Han Siong.

Han Siong termenung sejenak. Kalau sampai diketahui Kim Mo Siankouw bahwa Hay Hay putera penjahat besar yang cabul Ang-hong-cu, maka jelas bahwa tali perjodohan itu akan gagal. Dan orang sakti seperti Kim Mo Siankouw tentu sudah mendengar akan nama Ang-hong-cu itu.

"Ah, biasanya kami semua sahabatnya mengenalnya sebagai Hay Hay begitu saja. Pernah dahulu dia mengaku bahwa dia she Siangkoan. Akan tetapi kemudian dia mengaku bahwa shenya adalah Tang. Dia sendiri agaknya tidak begitu menghiraukan tentang nama keturunannya."

"Siapakah nama ayahnya yang she Tang itu?" Ibu Mayang mendesak.

"Saya tidak tahu, bibi." Han Siong mengerutkan alisnya. "Bahkan Hay Hay sendiri juga tidak mengetahuinya. Pernah dia bercerita kepada saya bahwa ketika dia masih kecil, dia diaku anak oleh suami isteri keluarga Siangkoan. Kemudian dia mendengar bahwa ibunya telah tewas di laut dan bahwa ayahnya juga tidak ada, mungkin sudah tewas pula. Dia seorang sebatang kara, tak pernah melihat ayahnya maupun ibunya. Kasihan sekali dia, mungkin karena kesengsaraan yang dideritanya sejak kecil itulah maka dia menutupinya dengan sifatnya yang gembira dan jenaka. Akan tetapi dia seorang yang baik hati, seorang pendekar sejati, hal ini saya berani tanggung!”

Ibu Mayang mengangguk-angguk dan kelihatannya puas dengan jawaban itu. Kini Kim Mo Siankouw yang bertanya.

"Engkau tahu benar bahwa dia belum mempunyai isteri atau tunangan, Pek Taihiap?'

Han Siong menggeleng kepalanya.
"Belum, Siankouw. Hal ini saya tahu benar karena kalau dia sudah bertunangan atau menikah, tentu memberitahu kepadaku dan tentu aku mengetahuinya. Dia masih sendiri, sebatang kara, tiada keluarga sama sekali! Hanya sahabat baik, di antaranya saya. Para pendekar mengenal siapa Hay Hay, karena dia pernah berjasa besar bersama para pendekar membantu pemerintah membasmi pemberontakan yang dipimpin mendiang Lam-hai Giam-lo."

Han Siong sengaja memuji-muji temannya agar perjodohan benar dijadikan. Dia ingin melihat sahabatnya itu terikat dan tidak binal lagi.

Kini Kim Mo Siankouw bersikap serius.
"Pek Tai-hiap, agaknya engkau akrab dan kagum kepada Hay Hay. Dia tentu seorang sahabatmu yang baik sekali."

"Bukan hanya sahabat, Siankouw, bahkan lebih dari itu. Dahulu, ketika masih bayi, Hay Hay pernah dipungut anak oleh orang tuaku, maka dia itu dapat dikatakan saudara angkatku pula."

"Bagus sekali. Tidak mengherankan mengapa kalian demikian akrab. Pek Tai-hiap, kalau engkau menyayang Hay Hay maka kamipun menyayang muridku Mayang. Dan engkau sendiri sudah menyaksikan betapa terdapat kemesraan antara Hay Hay dan Mayang. Maka, kami ingin mohon bantuanmu, tai-hiap, untuk menjadi perantara dan menyampaikan kepada Hay Hay tentang niat hati kami yang murni, yaitu menjodohkan Mayang dengan Hay Hay. Maukah engkau membantu kami, tai-hiap?"

"Tentu saja, dengan segala senang hati, Siankouw! Bahkan saya setuju sekali kalau ikatan perjodohan itu diadakan, dan Hay Hay sudah sepatutnya menyambut gembira! Aku tahu dia menyayang nona Mayang dan sekali ini, dia harus mau. Bahkan kalau perlu, saya akan membujuk atau memaksanya!"

Ibu Mayang bangkit dan memberi hormat kepada pemuda itu. Melihat ini, Han Siong cepat membalas dan berkata,

"Bibi, harap jangan memakai banyak Penghormatan dan sungkan.....”

"Pek Tai-hiap, saya sebagai ibu Mayang sebelumnya menghaturkan terima kasih atas kebaikanmu yang hendak menjadi perantara perjodohan anakku Mayang dengan Hay Hay. Tentu saja, bukan maksud kami untuk memaksa Hay Hay, tai-hiap. Akan tetapi perlu tai-hiap ketahui bahwa Mayang...... anakku yang keras hati itu, dengan tegas mengatakan kepadaku bahwa kalau ia tidak menikah dengan Hay Hay, ia...... ia akan bunuh diri.....”

"Ahhh.....!" Han Siong terkejut bukan main mendengar ini. Mayang, gadis yang lincah dan galak itu, hendak membunuh diri? "Kenapa sampai begitu, bibi?"

Wanita itu menarik napas panjang.
"Mayang memang berwatak keras. Ia mengatakan bahwa Hay Hay merupakan satu-satunya pria yang masih hidup, yang melihat keadaan dirinya bertelanjang bulat. Kalau Hay Hay menjadi suaminya, maka hal itu tidak mengapa. Akan tetapi kalau tidak menjadi suaminya peristiwa itu dianggapnya sebagai aib yang amat memalukan dan satu-satunya jalan untuk mencuci aib itu adalah membunuh Hay Hay. Karena hal itu jelas tidak mungkin, maka ia akan membunuh diri kalau sampai ikatan jodoh itu gagal."

"Hemm, bukan itu saja,” tiba-tiba Kim Mo Siankouw berkata, "kalau dia menolak, berarti dia telah menghina muridku dan menghinaku, karena dia telah mempermainkan kami. Hal ini tentu tidak mungkin kubiarkan saja. Kalau Mayang tidak berani membunuhnya, masih ada aku yang akan turun tangan membunuhnya!"

Han Siong terkejut. Ini semua gara-gara mata keranjangmu, Hay Hay, pikirnya.
"Harap Siankouw dan bibi jangan khawatir. Saya akan membujuk agar dia tidak menolak."

Dua orang wanita itu kembali mengangkat kedua tangan memberi hormat, dan Kim Mo Siankouw berkata lembut.

"Kami percaya akan ketulusan dan kebaikan hati Pek Tai-hiap dan sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih!"

Han Siong cepat membalas penghormatan mereka, lalu minta diri meninggalkan ruangan itu. Dia tidak kembali ke dalam kamarnya, melainkan langsung saja menghampiri kamar Hay Hay dan mengetuk daun pintunya.

"Tok-tok-tok!"

Hay Hay sudah hampir pulas ketika dia mendengar ketukan pada pintu kamarnya itu. Pendengaran itu seketika mengusir semua kantuknya dan dalam satu dua detik saia dia sudah terjaga dalam keadaan siap siaga menghadapi ancaman dari manapun datangnya.

"Tok-tok-tok!" ketukan itu terulang.

"Siapa diluar?" Hay Hay bertanya.

"Aku Han Siong. Bukalah pintunya, Hay Hay aku mau bicara. Penting sekali!"

Hay Hay menarik napas lega, akan tetapi juga dia merasa mendongkol karena terganggu tidurnya.

"Malam-malam begini mengganggu orang," omelnya, akan tetapi dia turun dari pembaringan dan membuka daun pintu kamarnya.

Dengan wajah serius, Han Siong melangkah masuk dan melihat sikap sahabatnya itu, Hay Hay lalu menutupkan kembali daun pintu kamarnya. Ketika ia membalik, dia melihat Han Siong telah duduk di atas kursi dekat pembaringannya. Diapun tersenyum dan duduk di atas pembaringan.

"Han Siong, ada urusan apakah engkau malam-malam begini mengganggu orang yang sedang tidur?" tegurnya.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar