*

*

Ads

Rabu, 01 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 095

Hay Hay hampir bersorak. Gadis ini luar biasa. Baru saja terbebas dari bahaya maut, kini sudah dapat tersenyum dan sudah memperhatikan kecantikan wajahnya!

"Wah, engkau bertambah manis, Mayang. Kedua pipimu menjadi begini merah, seperti buah apel masak "

Sepasang mata yang agak membengkak itu memandang sayu.
"Hay Hay, aku..... aku berterima kasih kepadamu. Aku..... aku hutang budi, hutang kehormatan, hutang nyawa kepadamu..... selama hidupku takkan kulupakan...."

"Hushhh! Memangnya aku ini tukang kredit, memberi hutang begitu banyak macamnya? Mana kau bisa bayar? Sudahlah, kita bikin lunas saja, engkau tidak hutang apa-apa, aku tidak menghutangkan sesuatu. Bisa enak tidur kan?”

“Aku berterima kasih! Aku.....aku !”

Tiba-tiba Mayang merangkul leher Hay Hay dan mencium pipi pemuda itu dengan kuat sekali di kanan sekali di kiri, kemudian dia menjadi lunglai dan menangis lagi, kini mukanya disembunyikan di dada Hay Hay.

Hay Hay menjadi bengong dan kedua matanya, kalau saat itu ada orang lain melihatnya, nampak juling saking kaget dan herannya. Kedua pipinya masih terasa sedut-senut bekas ditimpa hidung dan mulut Mayang. Lalu dia tersenyum dan memeluk kepala itu, penuh rasa sayang.

"Engkau anak nakal, bikin aku kaget setengah mati." Akan tetapi dia membiarkan Mayang menangis lirih di dadanya.

Tiba-tiba nampak bayangan berkelebat dan disitu sudah berdiri Kim Mo Siankouw dan Han Siong! Melihat adegan mesra itu, Hay Hay memeluk seorang gadis bugil yang hanya berselimut jubah pendeta dan yang menangis di dadanya, Han Siong berdehem. Dasar mata keranjang, pikirnya. Kalau sudah menolong gadis itu, kenapa pakai dirangkul-rangkul dan bermesraan? Tidak cepat-cepat membawanya keluar dari guha itu?

Tentu saja pertanyaan ini hanya diteriakan oleh hati Han Siong, sedangkan mulutnya tinggal diam. Kim Mo Siankouw memandang ke arah mereka, lalu ke arah mayat Pat Hoa Lama yang menggeletak tanpa nyawa dan tanpa jubah, juga ke arah tumpukan robekan pakaian muridnya. Tentu saja ia merasa khawatir bukan main, namun juga bersukur bahwa agaknya pemuda lihai itu telah berhasil menyelamatkannya.

“Mayang " Ia memanggil muridnya.

Mayang cepat mengangkat mukanya dan melihat subonya, ia lalu melepaskan diri dari Hay Hay dan menjatuhkan diri berlutut di depan wanita itu sambil menangis,

“Subo...!”

Kim Mo Siankouw merasa heran. Biasanya, Mayang adalah seorang gadis yang amat tabah dan tak pernah ia melihat gadis itu menangis. Akan tetapi sekarang, begitu mudahnya gadis itu menangis. Hal ini baginya merupakan suatu tanda bahwa muridnya itu sedang dilanda cinta.

"Sudahlah, Mayang, hentikan tangismu. Bagaimanapun juga, engkau terhindar dari malapetaka, bukan?"

Mayang mengangguk cepat.
"Teecu selamat berkat pertolongan Hay Hay, subo."






Kim Mo Siankouw memandang pemuda itu yang sedang berbisik-bisik dengan Han Siong. “Hay Hay, kurang ajar engkau! Engkau terlambat dan Hampir saja aku celaka Dan sekarang kembali engkau mempergunakan kesempatan dalam kesempitan terhadap nona itu." bisik Han Siong yang menegurnya.

Hay Hay tersenyum. "Tenanglah, Sin-tong (Anak Ajaib). Seorang pendeta dilarang keras untuk merasa iri dan mendongkol."

Han Siong terbelalak.
"Pendeta.....Apa maksudmu?"

"Lihat jubahmu. Engkau seorang pendeta berkedudukan tinggi, bukan?"

Han Siong baru teringat bahwa dia masih mengenakan jubah seorang pendeta Lama! Dia cemberut oleh godaan itu, akan tetapi segera tersenyum, karena betapapun juga, dia berterima kasih atas semua bantuan Hay Hay. Kini semua rahasia telah terungkap dan dia tidak akan dikejar-kejar lagi oleh para pendeta Lama! Ketika itulah Kim Mo Siankouw menghampiri Hay Hay.

"Orang muda, engkau telah menyelamatkan Mayang dan membuat muridku itu selamanya akan bergantung kepadamu. Pin-ni (aku) harap saja engkau tidak akan kepalang menolongnya dan tidak akan mengecewakan harapan kami."

Setelah berkata demikian, Kim Mo Siankouw mengajak muridnya keluar dari dalam guha.

Hay Hay memandang kepada Han Siong dan berbisik,
"Apakah gerangan yang ia maksudkan?"

Han Siong tersenyum gembira. Kini dia mendapat giliran untuk menggoda sahabatnya yang mata keranjang itu.

"Hemm, engkau masih belum tahu ataukah pura-pura tidak tahu? Engkau telah menyelamatkan gadis manis itu dari malapetaka, dan melihat kalian tadi bermesraan seperti itu, hemm..... kemana lagi larinya urusan kalau tidak berakhir dengan pernikahan?"

Hay Hay menganggap ucapan itu hanya kelakar, maka diapun tertawa saja. Akan tetapi dia lalu teringat akan sikap dan kata-kata Mayang tadi. Mayang mengatakan bahwa ia berhutang budi, kehormatan dan nyawa, dan bahwa gadis itu selama hidupnya tidak akan melupakannya, kemudian gadis itu telah menciumi kedua pipinya! Kini guru gadis itu berkata demikian, dan dia diharapkan agar tidak mengecewakan mereka.

"Wah, wah.....!” tiba-tiba wajahnya berubah merah sekali karena dia teringat pula akan keadaan tubuh gadis itu yang bugil ketika dia menolongnya. Jantungnya berdebar kencang ketika dia membayangkan kembali penglihatan itu. "Wah.....pernikahan....ya ampun..... ia memegangi kedua pipinya, matanya nanar menatap wajah Han Siong yang mentertawakannya.

**** 095 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar