*

*

Ads

Rabu, 01 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 093

Kini Hay Hay mendesak dan Janghau Lama hanya mampu mengelak ke sana-sini karena ular putihnya juga sudah putus lehernya terbabat pedang Hong-cu-kiam. Hay Hay memang suka mempermainkan orang. Kalau dia mau, tentu dia dapat merobohkan lawan ini dengan pedangnya, akan tetapi dia sengaja menyerang ke sana-sini dan membuat kakek yang tinggi kurus itu berloncatan dan mengelak seperti seekor monyet menari-nari.

Han Siong yang ditinggalkan lawannya, melihat ini Dia mendongkol. Sahabatnya itu datang hampir terlambat dan nyaris dia menjadi seorang pendeta gundul! Diapun menerjang dan menggerakkan Gin-hwa-kiam ditangannya.

Janghau Lama mengeluarkan jerit tertahan dan terjungkal roboh, lehernya hampir putus karena sambaran Gin-hwa-kiam.

“Hay Hay, kenapa engkau masih juga main-main? Aku hendak menyusul gadis itu!”

"Mayang? Kemana ia? Apa yang terjadi?" Hay Hay terkejut.

"Pendeta sialan yang tadi melawanku menangkapnya dan membawanya pergi. Aku hendak mengejarnya!"

Setelah berkata demikian, Han Siong lalu melompat dan lari ke arah dilarikannya Mayang oleh Pat Hoa Lama tadi. Akan tetapi tiba-tiba terdengar seruan lembut namun kuat bukan main dari arah kiri.

"Heii, orang muda, berhenti kau!"

Han Siong terkejut bukan main ketika tiba-tiba kedua kakinya tidak mampu bergerak, seperti tertahan oleh sesuatu! Dia menengok dan melihat seorang pendeta Lama tua berdiri di atas meja, berdiri tegak menonton perkelahian itu dan pendeta itu memegang sebatang tongkat.

Melihat dia, Han Siong menduga bahwa tentu ini seorang diantara kawan-kawan Gunga Lama, maka diapun cepat meloncat dengan pedang di tangan, menyerang pendeta tua yang berdiri di atas meja itu. Dengan sikap tenang, pendeta tua itu menggerakkan tongkatnya menangkis.

"Tranggg…… !"

Akibatnya, tubuh Han Siong terlempar ke belakang oleh tenaga tangkisan yang amat kuat itu. Han Siong terkejut bukan main. Pendeta ini sungguh sakti. Dia melompat lagi maju untuk menyerang, akan tetapi kini pendeta itu mengebutkan lengannya yang terbungkus jubah yang berupa kain dibalutkan di tubuh itu. Angin keras menyambar dan kembali Han Siong terlempar!

"Omitohud…. engkau orang muda yang kuat dan tangkas, sayang mau dijadikan Dalai Lama palsu. Engkau tidak boleh diampuni lagi….. " kata pendeta Lama tua itu dan iapun meloncat turun dari atas meja, tongkatnya melintang di depan dada, siap untuk menerjang Han Siong yang juga sudah siap menjaga diri, tidak lagi berani sembarangan menyerang karena maklum akan kehebatan lawan.

“Losuhu, tahan dulu……!” tiba-tiba terdengar bentakan halus dan Kim Mo Siankouw telah meloncat ke tengah-tengah, diantara mereka. "Losuhu, harap jangan menyerang pemuda ini!" .

Pendeta Lama tua itu adalah wakil Dalai Lama yang kalau ada urusan keluar mewakili Dalai Lama sendiri sehingga dia lebih dikenal di tempat umum dari pada Dalai Lama sendiri. Bahkan banyak yang menyebut bahwa dialah Dalai Lama, padahal hanya wakilnya.

"Omitohud….. kiranya Kim Mo Siakouw. Mengapa engkau mencegah pinceng menghukum orang muda yang jahat ini, Siankouw? Mengapa pula engkau melindungi orang yang hendak memberontak kepada pinceng?" .






"Siancai…… losuhu salah mengerti. Sejak kapan pin-ni mencampuri urusan losuhu? Akan tetapi kalau pin-ni membiarkan losuhu membunuhnya, maka losuhu jatuh ke dalam dosa yang besar sedangkan pin-ni juga bersalah membiarkan terjadinya pembunuhan atas diri orang yang tidak berdosa. Pemuda ini sama sekali tidak bersekutu dengan para pemberontak, losuhu. Bahkan hampir saja dia menjadi korban, dipaksa menjadi Dalai Lama yang baru untuk dijadikan alasan oleh para pemberontak itu untuk merampas kedudukan. Sejak dia ter lahir, para pendeta Lama mengejar-ngejar dia, dan sekarang hampir saja dia dijadikan alat untuk merampas kedudukan losuhu. Dia adalah Pek Han Siong yang dahulu dijuluki Sin-tong."

"Omitohud….. , begitukah? Orang muda she Pek, kalau begitu maafkanlah pin-ceng," kata wakil Dalai Lama yang oleh banyak orang sudah dianggap sebagai Dalai Lama sendiri karena dia memiliki kekuasaan dan wewenang sepenuhnya mewakili Dalai Lama. "Kiranya engkau anak dari Nam-co yang dahulu dicalonkan menjadi pengganti Dalai Lama akan tetapi selalu menolak?"

Han Siong memberi hormat,
"Sejak dulu sampai sekarang, baik keluarga maupun saya sendiri, tidak mempunyai minat untuk dijadikan Dalai Lama, lo-cian-pwe. Karena itu, tadinya saya ingin menghadap Dalai Lama untuk mohon agar saya tidak dikejar-kejar lagi.

Pendeta tua itu tersenyum.
"Kami tidak pernah memaksa orang menjadi Dalai Lama orang muda. Biarpun engkau memiliki tanda-tanda sejak dalam kandungan bahwa engkau penitisan Dalai Lama, namun kalau engkau menolak, kami menganggap hal itu sebagai garis nasibmu yang sudah ditentukan dan kami tidak berani melawan takdir. Sudah ada petunjuk untuk memilih calon lain."

Sementara itu, pertempuran sudah berakhir. Sisa para pemberontak sudah menyerah dan ditawan. Baru Kim Mo Siankouw bingung mencari Mayang yang tadi ditawan Pat Hoa lama.

"Eh, dimana muridku Mayang? Kemana ia dibawa pergi?"

“Tadi saya melihat ia dilarikan seorang pendeta Lama dan dikejar oleh Hay Hay." kata Han Siong.

"Ah, kalau begitu aku harus mengejar dan mencarinya!" seru Kim Mo Siankouw sambil melompat, akan tetapi ia menoleh kepada pemuda itu. "Kemana ia dilarikan?"

“Ke arah sana, lo-cian-pwe."

Kim Mo Siankouw lari cepat menuju ke arah yang ditunjuk Han Siong. Pemuda itupun cepat mengejar karena dia ingin membantu kalau-kalau Hay Hay menghadapi bahaya disana.

**** 093 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar