*

*

Ads

Senin, 30 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 090

"Aduh, Mayang, maafkanlah aku. Sungguh mati, demi Langit dan Bumi aku bersumpah, bukan maksudku mempermainkan engkau, sayang. Memang terus terang saja, tadinya aku ingin menyembunyikan kepandaianku, bukan hanya darimu, akan tetapi juga dari subomu dan dari semua orang. Ingat bahwa aku mempunyai tugas penting bersama Han Siong, menyelidiki keadaan para pendeta Lama. Kalau aku memperlihatkan kepandaian, tentu akan menghadapi banyak kesulitan. Sungguh mati, Mayang, aku tidak bermaksud menghinamu. Kalau engkau merasa begitu, maukah engkau mengampuni aku, sayang? Lihat, aku jujur, aku mau minta ampun, kalau perlu aku akan berlutut di depan kakimu untuk minta ampun. Mayang, ampunkan aku."

Dan Hay Hay benar benar menjatuhkan diri berlutut di depan gadis itu. Tentu saja Mayang menjadi terkejut sekali dan cepat dia membalikkan tubuhnya sehingga Hay Hay berlutut di belakang sepasang bukit pinggul yang besar itu.

“Tai-hiap, engkau….. engkau bangkitlah, jangan berlutut!" katanya, suaranya tidak begitu ketus lagi biarpun masih kering.

“Ampun! Engkau menyebut aku tai-hiap lagil Ya ampun, Mayang, kalau engkau tidak mau menyebut namaku dan mengatakan bahwa engkau mengampuni aku, sampai mati aku tidak akan bangkit dan akan berlutut terus sampai dunia kiamat!"

Mau tidak mau Mayang tersenyum sendiri mendengar ini.
"Aku tidak percayar Mana kedua lututmu kuat bertahan kalau menanti sampai dunia kiamat!" Legalah hati Hay Hay mendengar ucapan yang nadanya sudah mengajak berkelakar itu. “Tentu akan kuat, asal engkau juga terus berdiri di depanku. Kita sama-sama lihat saja siapa yang kuat dan siapa yang tidak. Hayo, Mayang, katakan bahwa engkau suka mengampuni aku. Aku berjanji bahwa selama hidupku, aku tidak akan berpura-pura bodoh lagi kepadamu!"

Senyum di bibir gadis itu makin melebar walaupun ia belum memutar tubuh.
"Huh, siapa mau makan akalmu? Berpura-pura bodohpun tidak ada gunanya karena aku sudah tahu!"

"Sudah tahu bahwa aku bodoh?"

"Sudah tahu bahwa engkau pan……dir!" Hay Hay cemberut. Disangkanya gadis itu akan berkata "pandai", tidak tahunya berubah menjadi "pandir".

"Nah, engkau sudah membalas memaki aku. Sudah satu lawan satu, kan? Mayang, hayolah, katakan bahwa engkau mengampuni aku. Kedua lututku sudah mulai nyeri dan lelah nih!"

Mayang tidak dapat menahan ketawanya lagi. Ia membalik dan tersenyum.
"Baiklah, Hay Hay, aku memaafkanmu. Sejak tadipun aku sudah memaafkanmu, kalau tidak begitu, tentu aku tidak akan sudi bicara denganmu."

Hay Hay bangkit berdiri dan mereka saling pandang dengan wajah berseri.
"Akupun sudah menduga bahwa engkau tentu akan suka memaafkan aku, Mayang. Seorang gadis yang manis dan jelita seperti engkau ini sudah pasti memiliki watak yang baik.”






"Huh, merayu lagi! Sekali diberi kesempatan, engkau tentu akan merayu. Hay Hay, aku masih merasa penasaran. Engkau begini baik kepadaku, akan tetapi mengapa engkau tega mempermainkan aku? Bahkan ketika kita berjalan melalui tebing itu, engkau pura-pura ketakutan sehingga terpaksa harus kugandeng tanganmu. Mengapa engkau begitu kejam mempermainkan aku?"

Hay Hay tersenyum.
"Bukan mempermainkanmu, Mayang. Pertama-tama aku hanya ingin menyembunyikan keadaan diriku demi keamanan dan kepentingan penyelidikanku. Akan tetapi, melihat engkau semanis ini, aku berpura-pura dan ketika engkau menggandeng tanganku, hemmm…… tanganmu begitu lembut, lunak dan hangat sehingga aku tidak ingin melepaskannya "

"Ihhh! Engkau memang mata keranjang tak ketulungan lagi!"

Mayang berkata, akan tetapi mukanya berubah merah sekali dan untuk menutupi perasaannya yang terguncang, agar jangan sampai salah tingkah, iapun tertawa. Dan sejak detik itu, hati Mayang telah jatuh cinta kepada pemuda yang demikian pandai merayu dan menyenangkan hatinya. Ia memang sudah merasa suka ketika bertemu dengan Hay Hay dan rasa suka itu kini ditambah rasa kagum melihat betapa Hay Hay memiliki ilmu kepandaian yang demikian tinggi, maka timbullah perasaan.

"Sudahlah, Hay Hay. Engkau tadi disuruh beristirahat. Engkau menghadapi tugas berat dan berbahaya. Beristirahatlah agar aku jangan sampai ditegur subo kalau melihat kita bercakap-cakap disini."

Hay Hay maklum bahwa seorang seperti Kim Mo Siankouw tentu memiliki watak aneh dan tidak mengherankan kalau ia bersikap kadang-kadang keras luar biasa. Dia tidak ingin menyusahkan Mayang, maka diapun lalu meninggalkan gadis itu, menuju ke kamar yang sudah disediakan untuknya.

**** 090 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar