*

*

Ads

Jumat, 27 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 082

Gadis itu dengan gerakan yang lincah, juga indah karena memang bentuk tubuhnya elok, ketika mengelak itu pinggang yang ramping seperti batang pohon yang liu mematah ke samping dan pinggul yang menonjol besar dan bulat itu seperti menari, dan dari samping, cambuknya meledak menyambar dengan serangan balasan yang tak kalah hebatnya ke arah punggung lawan! Agaknya, gadis itu memperlakukan Gunga Lama seperti seekor diantara ternak yang digembalanya, yang nakal dan tidak penurut, maka yang dicambuk adalah punggungnya.

“Tarrr....!”

Akan tetapi, dengan memutar tongkatnya, Gunga Lama sudah berhasil menangkis pecutan itu dan diapun menyerang lagi. Terjadilah perkelahian seru antara kedua orang ini.

Melihat pertempuran antara dua orang itu, baru beberapa jurus saja Hay Hay dapat menilai bahwa ternyata gadis itu dalam hal ilmu silat tidaklah selihai kekuatan sihirnya. Agaknya, menandingi Gunga Lama itu saja akan sukarlah baginya untuk menang bahkan mungkin akhirnya ia akan kalah. Dan dua orang pendeta Lama yang lainnya belum turun tangan!

Diam-diam dia merasa khawatir dan bingung. Kalau dia muncul menolong gadis itu, tentu rahasia Han Siong akan ketahuan. Kalau tidak menolong, tentu gadis itu akhirnya tertawan dan dia bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi kalau gadis itu tertawan oleh tiga orang pendeta yang ternyata jahat itu! Kini barulah dia tahu bahwa tiga orang pendeta Lama itu bukanlah orang-orang suci seperti yang mereka tonjolkan, melainkan orang-orang jahat yang bahkan tidak pantang mengganggu seorang gadis remaja, dengan niat yang jahat dan cabul!

Melihat betapa dua orang pendeta Lama yang lain menonton sambil siap dengan senjata mereka, Hay Hay lalu menyelinap pergi mendekat gubuk dari belakang dan tak lama kemudian, nampaklah api besar membakar gubuk itu! Dia tadi mendekati bilik dari mana dia tadi mendengar dengkur atau pernapasan Han Siong yang tertidur, dan menempelkan mulut pada bilik itu dia berbisik,

"Han Siong pemalas kau! Bangun, gubuk ini akan kubakar untuk menolong gadis itu di luar!"

Han Siong sudah tergugah oleh suara ledakan-ledakan cambuk tadi dan mendengar suara Hay Hay ini, dia merasa girang bukan main. Memang diapun dapat menduga bahwa suara cambuk itu tentulah cambuk gadis yang siang tadi berada di rumah makan.

"Lakukanlah!" bisiknya kembali.

Hay Hay membakar gubuk itu dari belakang dan begitu melihat api berkobar, Han Siong segera berteriak-teriak,

"Kebakaran.... ! Ahh, sam-wi lo-suhu...... , kebakaran !"

Dia berlari keluar seperti orang kebingungan, lalu masuk kembali, persis kelakuan seorang yang sudah kehilangan akal karena berada di bawah pengaruh sihir.

Janghau Lama dan Pat Hoa Lama yang sudah siap untuk mengeroyok dan menangkap Mayang, terkejut dan melihat Han Siong masuk kembali ke dalam gubuk yang terbakar, mereka menjadi khawatir sekali. Pemuda itu amat penting baginya, lebih penting daripada gadis yang hanya akan menjadi permainan mereka belaka. Maka mereka lalu berlari meninggalkan Gunga Lama yang masih berkelahi melawan Mayang untuk menolong Han Siong dari ancaman api yang mengamuk.

Mayang ternyata bukan seorang gadis yang bodoh. Begitu bertanding melawan Gunga Lama, diam-diam ia terkejut dan juga khawatir. Diluar perkiraannya, lawannya itu tangguh bukan main! Iapun tahu bahwa ia masih kalah dalam hal tenaga, dan melawan seorang saja, banyak kemungkinan ia akan kalah, apalagi kalau sampai mereka. bertiga maju bersama. Ia memang sudah memperhitungkan dan sudah siap mencari kesempatan untuk menyelamatkan diri sebelum dua orang pendeta yang lain maju mengeroyoknya.

Kini melihat betapa gubuk itu terbakar dan dua orang pendeta berlari ke arah gubuk, sedangkan pendeta yang menyerangnya juga nampak terkejut, iapun mempergunakan kesempatan itu untuk melompat jauh ke dalam kegelapan malam.

Setelah gadis itu melarikan diri, baru Gunga Lama penasaran.
"Heii, siluman betina, hendak lari kemana kau?" teriaknya sambil mengejar dengan langkah kakinya yang lebar

Tiba-tiba Gunga Lama merasa ada angin menyambar dari kiri. Cepat dia merendahkan tubuh mengelak dan sebutir batu menyambar lewat diatas kepalanya.

"Huhh!”






Dia mendengus dan cepat dia meloncat ke arah darimana menyambarnya batu tadi, tongkatnya menghantam dengan keras.

"Desss.... !"

Tongkat itu menghantam semak-semak yang kosong. Tidak ada seorangpun dibalik semak-semak. Ketika Gunga Lama hendak mengejar lagi dia sudah kehilangan jejak. Pula, yang terpenting adalah menyelamatkan Pek Han Siong, maka diapun lari ke arah gubuk yang masih terbakar itu. Hatinya lega melihat dua orang sutenya sudah berada diluar gubuk bersama Han Siong, dalam keadaan selamat.

"Mana iblis betina itu, suheng?" tanya Pat Hoa Lama.

Gunga Lama menggeleng kepala.
"Siluman itu menghilang ke dalam kegetapan,” katanya acuh, tidak perduti betapa Pat Hoa Lama kelihatan kecewa bukan main. Daging yang sudah berada di ujung bibir dapat lolos!

"Bagaimana gubuk itu dapat terbakar?" tanya Gunga Lama kepada kedua orang sutenya.

Dua orang pendeta itu menggeleng kepala dan mereka memandang kepada Han Siong dengan penuh selidik. Akan tetapi pemuda itu nampak muram dan tidak bersemangat. Mereka bertiga rupanya curiga dan dengan pemusatan kekuatan sihir, mereka memandang pemuda itu dan Gunga Lama berseru dengan suara menggeledek.

"Pek Han Siong, katakan siapa yang membakar gubuk?"

Han Siong dilindungi batu giok mustika, maka biarpun dia merasa betapa seluruh tubuh menggetar, namun pikirannya masih sadar. Dia pura-pura linglung dan menggeleng kepalanya.

"Tidak tahu....., aku tidur..... tahu-tahu ada kebakaran. Aku berteriak-teriak....."

"Hemmm, tentu siluman itu mempunyai kawan yang melakukan pembakaran itu." kata Janghau Lama. "Heran sekali, siapakah sebetulnya gadis itu? Ia mampu menahan kekuatan ilmu kita!"

"Memang perlu diselidiki kelak. Ilmu silatnyapun tidak jelek. Akan tetapi, urusan kita lebih penting. Mari kita bawa Sin-tong, terpaksa kita harus melanjutkan perjalanan malam ini juga."

Mereka lalu menggandeng tangan Han Siong, diajak menuju ke sebuah bukit, berjalan dengan hati-hati dan tidak dapat cepat karena jalan menuju ke pendakian bukit itu hanya merupakan jalan setapak yang liar.

**** 082 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar