*

*

Ads

Kamis, 26 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 078

Cia Sun dan isterinya saling pandang dan mereka menggeleng kepala. Dua buah nama itu tidak ada artinya bagi mereka karena mereka belum pernah mengenalnya. Akan tetapi Cang Tai-jin mengerutkan alisnya dan mengingat-ingat.

"Sim Ki Liong?" katanya perlahan sambil mengingat-ingat nama itu. "Aku seperti pernah mendengar nama ini, akan tetapi kapan dan dimana?"

“Tai-jin tentu pernah mendengarnya karena dia seorang diantara tokoh jahat yang membantu gerakan pemberontakan Kulana." kata Kui Hong.

"Ah, benar! Tokoh yang lihai dan berhasil lolos dari kepungan para pendekar. Akan tetapi nama ke dua itu belum pernah aku mendengarnya."

"Tentu saja belum, Cang Tai-jin. Yang bernama Tang Cun Sek itu adalah seorang murid Cin-ling-pai yang murtad."

"Kui Hong, kenapa engkau bersusah payah mencari dua orang itu?" Cia Sun bertanya.

"Sim Ki Liong pernah menjadi murid Pulau Teratai Merah dan dia minggat sambil membawa lari pedang pusaka Gin-hwa-kiam dari Pulau Teratai Merah, sedangkan Tang Cun Sek minggat melarikan pedang pusaka Hong-cu-kiam milik kong-kong Cia Kong Liang."

"Aihhh.... !" Tan Siang Wi berseru marah mendengar betapa pedang pusaka milik gurunya dilarikan orang. "Sungguh kurang ajar benar Tang Cun Sek itu. Murid Cin-Iing-pai berani berbuat semacam itu!"

"Aneh sekali memang," kata pula Cia Sun. Kenapa ada murid Pulau Teratal Merah Juga melarikan sebuah pusaka dari sana?"

Kui Hong mengangguk.
“Sepandai-pandainya orang, sekali waktu dapat saja lengah, paman. Agaknya sekali inipun, kedua kong-kong (kakek), baik kakek Ceng Thian Sin dari Pulau Teratai Merah maupun kakek Cia Kong Liang dari Cin-ling-pai, keduanya lengah sehingga ada orang jahat dapat menyusup masuk menjadi murid, yaitu Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek. Aku sudah berjanji kepada kedua kakekku untuk pergi mencari mereka dan merampas kembali kedua pedang pusaka itu."

"Akan tetapi, sampai sekarang engkau belum berhasil menemukan jejak mereka ?”

Kui Hong menggeleng kepala.
"Aku bertemu dengan Sim Ki Liong ketika kami membantu Cang Tai-jin membasmi gerombolan Kulana, akan tetapi tidak berhasil merampas kembali pedang pusaka Gin-hwa-kiam dari Pulau Teratai Merah, bahkan dia berhasil meloloskan diri. Adapun jejak Tang Cun Sek akupun belum menemukannya. Sungguh aku akan merasa tidak enak kepada kedua kakekku kalau gagal merampas kembali kedua batang pedang pusaka."






"Hemm, akupun tidak pernah mendengar berita tentang Sim Ki Liong yang tempo hari lolos," kata Cang Tai-jin, "akan tetapi aku akan dapat memerintahkan orang-orangku menyebar penyelidik untuk mencari jejak kedua orang itu. Jangan khawatir, Kui Hong, engkau tinggallah di rumah kami di kota raja. Aku yakin orang-orangku yang banyak akan segera dapat menemukan jejak mereka. Yang seorang itu..... aku tidak pernah mengenal nama Tang Cun Sek. Akan tetapi she Tang? Hemm, hal itu mengingatkan aku akan suatu peristiwa yang sampai kini masih terasa tidak enak bagiku. Dan mungkin engkau dapat membantuku melakukan penyelidikan di kota raja, Kui Hong."

“Ada peristiwa hebat dan penting apakah yang terjadi di kota raja, Cang Tai-jin?" tanya Cia Sun setelah mempersilakan tamunya minum dan makan hidangan yang dikeluarkan oleh para pelayan.

Cang Tai-jin minum air teh yang dihidangkan, lalu menarik napas panjang.
"Sebetulnya urusan itu amat menggelisahkan, akan tetapi juga bagi kami mengalami kesukaran untuk memecahkannya, karena urusannya menyangkut dalam istana Sribaginda Kaisar! Mula-mula terjadi penyelewengan yang dilakukan seorang selir Sribaginda dengan seorang perwira muda she Tang. Tidak ada yang tahu akan peristiwa itu sampai pada suatu malam, selir itu bersama dayangnya lenyap dari dalam istana. Tak seorangpun menduga bahwa selir itu berhubungan gelap dengan perwira pengawal istana yang bernama Tang Gun itu. Sribaginda menjadi marah dan sudah disebar orang untuk mencari selir yang hilang, namun sia-sia belaka karena disembunyikan oleh Tang Gun, perwira muda yang menjadi kekasihnya itu."

Cia Sun, isterinya, dan Kui Hong mendengarkan penuh perhatian. Biarpun agaknya tidak ada hubungannya dengan mereka, akan tetapi mereka maklum bahwa kalau Menteri Cang Ku Ceng sudah menceritakan sesuatu hal, maka tentu urusan itu amat penting. Cang Taijin kembali meneguk air teh lalu melanjutkan ceritanya.

"Nah, selagi kaisar marah dan para petugas hampir putus harapan untuk dapat menangkap selir dan dayangnya yang melarikan diri secara aneh, muncullah orang gagah yang bernama Tang Bun An itu. Dan dia telah menangkap Tang Gun dan selir itu, berikut dayangnya. Dia menghadapkan tiga orang itu kepada kaisar yang tentu saja berterima kasih kepadanya. Selir dan dayang itu dihukum menjadi nikouw, dan perwira Tang Gun dihukum buang." Menteri Cang berhenti pula.

"Ah, Tai-jin, kalau begitu, berarti urusannya sudah selesai, bukan? Yang bersalah sudah ditangkap dan dihukum." kata Kui Hong.

"Bukan hanya sampai disitu," kata Menteri Cang. "Masih ada kelanjutannya dan dalam urusan itu terkandung hal-hal yang aneh. Apakah kalian tidak merasakan sesuatu yang aneh?"

"Hanya ada satu hal yang agak aneh, Tai-jin. Perwira yang melarikan selir kaisar itu she Tang, dan penangkapannya juga seorang yang she Tang. Apakah ini kebetulan saja?" tanya Cia Sun.

Menteri Cang mengangguk.
"Memang hal itu juga menarik perhatian, dan Sudah pula kuselidiki. Akan tetapi agaknya tidak terdapat hubungan kekeluargaan antara Tang Bun An dan Tang Gun itu, karena keduanya hidup sebatangkara dan tidak berkeluarga. Akan tetapi ada hal lain yang amat menarik. Tang Gun telah dijatuhi hukuman buang, dan ketika hukuman dilaksanakan dan dia dikawal menuju ke tempat pembuangan, di tengah perjalanan dua orang pengawal itu dibunuh orang dan Tang Gun meloloskan diri. Tak seorangpun tahu siapa penolongnya itu."

"Hemm, sungguh menarik sekali!" kata Kui Hong. "Peristiwa itu penuh teka-teki."

"Ada satu hal lain yang kiranya patut kalian ketahui, yaitu bahwa Tang Gun ketika masih perwira pengawal istana, seringkali membual bahwa dia adalah keturunan Si Kumbang Merah."

"Ahhh..... !"

Seruan itu keluar dari tiga mulut pendengarnya, hampir berbareng. Nama Ang-hong-cu, (Si kumbang Merah) bukan nama asing bagi mereka, bahkan nama yang tak pernah mereka lupakan.

Bagi Cia Sun suami isteri nama itu amat dibenci karena Ang-hong-cu itulah yang pernah memperkosa puteri mereka! Dan bagi Kui Hong, iapun sudah terlalu sering mendengar nama itu, bahkan pernah ia bertemu dengan Ang-hong-cu yang menyamar menjadi Han Lojin, dan Han Lojin inipun malah membantu para pendekar dalam membasmi gerombolan Kulana!

Lebih dari itu malah. Han Lojin ini sebagai penyamaran Ang-hong-cu diakui oleh Hay Hay sebagai ayah kandungnya! Dan sekarang, Tang Gun itu mengaku sebagai keturunannya, berarti bahwa Tang Gun adalah seayah dengan Hay Hay. Tentu saja hal itu mengejutkan hati mereka bertiga yang mendengar keterangan Menteri Cang Ku Ceng.

"Kalau begitu, sangat boleh jadi orang yang membebaskan Tang Gun itu adalah Si Kumbang Merah!" kata Kui Hong.

Pembesar itu mengangguk -angguk.
"Boleh jadi, akan tetapi siapa tahu? Sebelum kami dapat menangkap Tang Gun yang menjadi buronan, kami tidak akan dapat mengetahui siapa yang membebaskannya. Akan tetapi, yang akan kubicarakan ini adalah soal lain. Mengenai Tang Gun, biarlah tak perlu kita pikirkan karena dia telah menjadi pelarian dan buruan pemerintah. Ada hal lain yang memusingkan akan tetapi juga bagiku mengkhawatirkan, yaitu mengenai Tang Bun An."

"Orang yang menangkap Tang Gun dan selir Sribaginda itu, Tai-jin?" tanya Cia Sun.

“Ada apa dengan dia ?” tanya Kui Hong.

"Tang Bun Ang telah berjasa dengan menangkap selir dan Tang Gun, dan Sribaginda tentu saja tidak melupakan jasanya. Dia diangkat menjadi seorang panglima yang memimpin seluruh pasukan pengawal istana!"

"Wah, tinggi benar kedudukan itu!" seru Cia Sun.

"Hemm, apakah dia memiliki kemampuan untuk menjadi komandan seluruh pasukan pengawal istana?"

Tan Siang Wi ikut pula bertanya. Biarpun ia tidak banyak cakap, namun nyonya ini juga amat tertarik dan mencurahkan perhatian karena yang dibicarakan itu amat penting dan tadi menyangkut pula nama Ang-hong-cu.

"Tentu saja dia tidak diterima begitu saja. Dia telah diuji oleh Sribaginda dan diadu melawan Perwira Coa, raksasa yang amat kuat dan lihai, jagoan diantara para perwira pengawal. Dan dia menang. Agaknya memang Tang Bun An itu lihai sekali ilmu silatnya, dan memang pantas dia menjadi komandan pasukan pengawal. Semenjak dia menjadi komandan pengawal, keamanan dan ketertiban di istana lebih terjamin.”

"Kalau begitu, apa yang menjadi persoalannya?" tanya Kui Hong heran.

Menteri Cang Ku Ceng menghela napas panjang.
"Sebetulnya urusan ini terlalu kecil untuk ditangani oleh seorang pejabat tinggi, bahkan dapat memalukan. oleh karena itu, para pejabat tinggi di kota raja kalau mendengarnya, pura-pura tidak tahu saja. Akan tetapi, biarpun aku sendiri tidak dapat berbuat apa-apa, namun hatiku selalu gelisah akan keselamatan Sribaginda Kaisar. Dan semua disebabkan oleh desas-desus yang membocor dari istana bahwa kalau dulu terjadi aib karena penyelewengan seorang selir dengan perwira Tang Gun, maka kini terjadi aib yang lebih besar lagi!”

Sebagai seorang gadis, Kui Hong merasa rikuh dan malu untuk mendesak minta penjelasan mengenai penyelewengan dan aib seperti itu, walaupun hatinya tertarik sekali.

"Ada terjadi penyelewengan apalagi, Tai-jin?" Tan Siang Wi yang bertanya.

"Hanya desas-desus bahwa kini terjadi lagi penyelewengan, bukan oleh seorang dua orang selir, bahkan semua selir terlibat melakukan penyelewengan dengan seorang laki-laki!"

"Ah, bagaimana mungkin itu? Bukankah istana dijaga ketat oleh para pengawal luar dan dalam, bahkan masih banyak pula para thai-kam (laki-laki kebiri) yang berjaga di bagian puteri?" seru Cia Sun.

"Itulah sebabnya maka berita itu hanya merupakan desas-desus yang tidak ada buktinya sehingga sukar sekali bagi kami untuk melakukan tindakan. Bahkan para thai-kam sendiri tidak ada yang membenarkan adanya desas-desus itu. Pernah hal itu disinggung secara halus kepada Hong-houw (permaisuri) akan tetapi beliau marah-marah dan mengatakan bahwa selama ia berada di istana, hal kotor itu takkan mungkin terjadi! Nah, kalau permaisuri sendiri sudah mengatakan demikian, apa yang dapat kami lakukan?"

"Tai-jin, kalau demikian halnya, maka mungkin desas-desus itu hanya kabar bohong saja yang timbul karena pengaruh peristiwa yang lalu antara seorang selir dan Tang Gun itu."

"Kurasa tidak sesederhana itu, Kui Hong. Engkau tentu tahu bahwa kalau ada asap, walaupun sedikit, tentu ada apinya. Kalau ada desas-desusnya, tentu ada kenyataannya."

Kui Hong mengerutkan alisnya.
"Maaf, tai-jin, akan tetapi saya tidak sependapat. Bagaimana kalau desas-desus itu disiarkan dengan sengaja oleh seseorang untuk menjatuhkan fitnah?"

“Kurasa tidak demikian karena desas-desus itu keluar mula-mula dari mulut seorang thai-kam tua yang mati karena sakit. Beberapa saat sebelum mati dia mengeluarkan ucapan itu, bahwa para selir tidak ada yang setia, semua melakukan penyelewengan dengan seorang pria.”

"Dan pria itu?" Kui Hong mendesak.

"Itulah! Thai-kam. itu tidak sempat menceritakan siapa pria itu. Andaikata dia menyebut namapun, siapa percaya? Tanpa bukti, tidak mungkin kami bertindak."

"Dan Tai-jin agaknya sudah mempunyai prasangka siapa pria itu?"

Pembesar itu menghela napas dan menggeleng kepala.
“Aku tidak mau sembarangan menuduh. Hanya menurut penyelidikanku, orang yang bernama Tang Bun An itu memang aneh. Setelah dia menjadi seorang komandan pasukan pengawal, memang dia bersikap baik, sopan santun, tegas dan bahkan dia memberi latihan silat yang baik kepada anggauta pasukannya. Akan tetapi kalau kita menjenguk keadaan di rumah tinggalnya, hmm....!”

"Mengapa, tai-jin?" tanya Cia Sun.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar