*

*

Ads

Kamis, 26 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 077

Cia Sun adalah seorang pendekar kenamaan yang berilmu tinggi. Dia putera pendekar dari Lembah Naga Cia Han Tong ketua Pek-liong-pang. Sebagai putera seorang pendekar sakti, juga menjadi murid dari Go-bi San-jin, maka Cia Sun memiliki kepandaian yang tinggi. Namun wataknya sederhana dan pendiam, halus berwibawa.

Dia tidak pernah menonjolkan diri dan kini setelah usianya empat puluh tiga tahun lebih, dia bahkan jarang sekali muncul di dunia persilatan. Dia tinggal di dusun Ciang-si-bun bersama isterinya yang bernama Tang Siang Wi.

Walaupun isterinya tidak selihai dia, namun Tang Siang Wi yang sekarang berusia empat puluh satu tahun itu bukanlah wanita lemah. Ia pernah menjadi murid kesayangan ketua Cin-ling-pai, yaitu Cia Kong Liang, juga di gembleng oleh isteri ketua itu, bahkan ketika masih muda, pernah ia terkenal di dunia persilatan dengan julukan Toat-beng Sian-li (Dewi Pencabut Nyawa) karena ia bersikap ganas dan tak mengenal ampun terhadap para penjahat.

Suami isteri ini hanya mempunyai seorang anak, yaitu anak perempuan yang bernama Cia Ling atau selalu di sebut Ling Ling. Ling Ling yang kini berusia delapan belas tahun itu telah menikah dan kini tinggal bersama suaminya yang bernama Can Sun Hok di kota Siang-tan.

Can Sun Hok seorang pemuda perkasa kaya raya. Setelah Ling Ling pergi meninggalkan rumah orang tuanya untuk mengikuti suaminya, maka Cia Sun dan isterinya hanya hidup berdua dan seringkali merasa kesepian. Karena dia seorang pendekar besar yang kenamaan, maka beberapa orang pejabat pemerintah kadang suka minta bantuannya untuk membasmi penjahat dan mengamankan daerahnya.

Bahkan Menteri Cang Ku Ceng yang bijaksana dan dapat menghargai para pendekar, setelah mendengar namanya lalu menghubunginya dan setelah bercakap-cakap, Menteri Cang merasa cocok sekali dengan Cia Sun sehingga seringkali mereka saling berkunjung.

Terjalinlah persahabatan antara menteri dan pendekar itu. Di dusun Ciang-si-bun sendiri, Cia Sun dan isterinya dikenal sebagai suami isteri dermawan dan karena semua penduduk dusun itu mengenal siapa mereka, tahu bahwa suami isteri pendekar itu mempunyai banyak kenalan di kalangan pembesar tinggi, maka tentu saja mereka semakin dihormati.

Penduduk dusun Ciang-si-bun tidak merasa heran lagi kalau ada kereta pembesar dari kota raja datang berkunjung ke rumah keluarga pendekar itu, kereta yang dikawal oleh pasukan yang gagah. Akan tetapi, ketika mereka melihat Menteri Cang datang dengan seorang gadis cantik yang gagah berdua saja dan hanya berkuda tanpa pengawal, banyak penduduk memandang heran.

Akan tetapi Cia Sun dan isterinya yang menyambut dua orang tamu itu tidak merasa heran setelah mereka tahu bahwa menteri itu datang bersama Cia Kui Hong yang mereka kenal sebagai seorang gadis gemblengan yang gagah perkasa.






Mereka tadinya agak pangling, akan tetapi setelah Kui Hong memperkenalkan diri, isteri Cia Sun, yaitu Toat-beng Sian-li Tang Siang Wi segera merangkul murid keponakan itu dengan gembira sekali.

"Aih, kiranya engkau, Kui Hong! Pantas saja Cang Tai-jin datang berkunjung tanpa pengawal, kiranya ada engkau! Mari, mari, silakan masuk."

Ia menggandeng tangan gadis itu dan diajaknya masuk ke dalam setelah memberi hormat kepada Cang Tai-jin.

Cang Tai-jin memang seorang pejabat tinggi yang amat bijaksana. Dia tidak pernah mengangkat dirinya tinggi-tinggi karena kedudukannya. Biarpun keluarga Cia Sun hanya rakyat biasa, akan tetapi setelah bersahabat, dia tidak memperkenankan keluarga itu memberi penghormatan yang berlebihan kepadanya, maka sambutan Cia Sun dan isterinya juga sederhana saja.

Sebagai seorang menteri, dia layak dihormati dengan berlutut, akan tetapi dia tidak mau seorang sahabatnya menghormatnya sambil berlutut. Sungguh merupakan sikap yang amat bijaksana dan karena sikapnya inilah maka Cang Tai-jin amat dikenal dan disayang oleh rakyat.

Cia Sun diam-diam merasa heran bagaimana menteri itu kini berkunjung bersama Kui Hong dan apa hubungan antara menteri itu dan puteri ketua cin-ling-pai itu demikian akrabnya.

“Kau tentu heran melihat aku datang bersama Kui Hong kesini!" pejabat tinggi itu mendahului ketika dia melihat sikap Cia Sun, setelah mereka berempat duduk di ruangan dalam.

Cia Sun mengangguk.
"Benar sekali, tai-jin. Bagaimana tai-jin dapat bersama Kui Hong dan agaknya ada keperluan yang amat penting dalam kunjungan tai-jin sekali ini."

Menteri Cang menggeleng kepalanya.
"sama sekali tidak, bahkan ini hanya kunjungan sambil lalu saja, untuk menemani Kui Hong yang ingin berkunjung kesini. Kau tahu, tai-hiap, kemarin, Kui Hong telah menyelamatkan aku dari bahaya maut!"

"Ahh?" Cia Sun dan isterinya terkejut mendengar ini.

"Aih, Cang Tai-jin terlalu membesarkan, harap paman dan bibi tidak menerimanya dengan sungguh-sungguh. Yang benar, kereta yang ditumpangi Cang Tai-jin dan puteranya dibawa kabur oleh empat ekor kuda yang menariknya dan aku hanya menenangkan kuda-kuda itu. Dan sebelum itu, memang aku sudah pernah berkenalan dengan Cang Tai-jin, yaitu ketika penumpasan gerombolan Kulana dahulu itu. Tentu paman dan bibi sudah mendengarnya dari Ling Ling. Oya, dimana sekarang Ling Ling, paman? Aku ingin sekali bertemu dengannya."

Suami isteri itu memandang kepada Kui Hong, dan disebutnya nama puteri mereka itu membuat hati mereka terasa perih. Telah terjadi malapetaka atas diri puteri mereka, akan tetapi menurut keterangan Ling Ling, Kui Hong adalah satu-satunya orang yang dipercaya puteri mereka, tahu pula akan malapetaka yang menimpa diri Ling Ling.

Peristiwa itu terjadi ketika Ling Ling berada diantara para pendekar yang membantu Cang Tai-jin membasmi gerombolan Kulana. Gadis yang sejak kecil telah mempelajari ilmu silat dan telah menjadi seorang pendekar wanita yang cukup tangguh, pada suatu malam telah dibuat tidak berdaya dan diperkosa seorang pria!

Tadinya Hay Hay Si Pendekar Mata Keranjang yang dituduh sebagai pemerkosanya, akan tetapi kemudian diketahui bahwa yang melakukan perbuatan biadab itu adalah Ang-hong-cu, Si Kumbang Merah, penjahat Jai-hwa-jat (Pemetik Bunga) yang amat tersohor itu. Masih baik nasib puteri mereka bahwa seorang pemuda perkasa yang jatuh cinta kepadanya, yaitu Can Sun Hok, tetap mencintanya dan bahkan meminangnya walaupun dia tahu akan malapetaka dan aib yang menimpa diri gadis yang dicintanya itu.

"Ling Ling telah menikah dan sekarang ia turut dengan suaminya ke Siang-tan." kata isteri Cia Sun singkat.

Berseri wajah Kui Hong mendengar berita itu. Sukurlah, demikian bisik hatinya. Kiranya Can Sun Hok, cucu Pangeran Can Seng Ong itu adalah seorang pemuda yang setia dalam kasihnya. Dia tahu bahwa Can Sun Hok seorang pemuda yang baik sekali walaupun Can Sun Hok pernah mendendam kepada ibunya dan pernah memusuhi ibunya. Hal itu adalah karena Can Sun Hok hendak membalaskan kematian ibu kandungnya.Ibu kandung Can Sun Hok adalah mendiang Siang-tok Sian-li Gui Siang Hwa (Dewi Racun Wangi), seorang tokoh sesat yang tewas di tangan pendekar Ceng Sui Cin, ibu kandungnya.

Akan tetapi, ibunya dapat menyadarkan Sun Hok akan kejahatan ibu kandungnya sehingga pemuda itu suka menghabiskan dendamnya. Hal ini saja sudah menunjukkan bahwa Can Sun Hok adalah seorang pemuda yang gagah perkasa. Hanya seorang gagah saja yang mampu menyadari kesalahan pihaknya sendiri.

Karena itu ketika mendengar keterangan bibinya bahwa kini Ling Ling telah pindah ke rumah suaminya di kota Siang-tan, ia tidak meragukan lagi bahwa suami gadis itu tentulah Can Sun Hok yang rumahnya di kota itu.

"Jadi ia telah menikah dengan Can Sun Hok? Bagus sekali! Aku ikut merasa berbahagia, paman dan bibi. Akan tetapi, mengapa aku tidak diberitahu? Keluarga kami tidak ada yang diundang..... "

"Maafkan kami, memang pernikahan itu tidak dirayakan, atas kehendak mereka berdua. Karena tidak dirayakan, kamipun tidak mengundang tamu, apalagi yang dari jauh karena hanya akan merepotkan saja. Harap maklum.” kata Cia sun dan Kui Hong tentu saja maklum.

Dalam keadaan ternoda aib seperti keadaan Ling Ling, ia dapat memaklumi kalau pernikahan itu dilakukan secara sederhana dan diam-diam ia makin iba kepada Ling Ling dan makin berterima kasih kepada Can Sun Hok.

"Aku dapat memaklumi, paman dan bibi. Tidak mengapalah, kelak kalau ada kesempatan, tentu aku akan berkunjung ke rumah mereka di Siang-tan."

"Sebetulnya, urusan apa yang membawamu sampai kesini, Kui Hong? Apakah hanya pesiar dan sengaja hendak berkunjung ke rumah kami ataukah ada kepentingan lain?” Cia Sun bertanya.

Kui Hong memandang kepada Cang Tai-jin dan menteri ini sambil tersenyum berkata,
"Apakah kehadiranku mengganggu dan membuat kalian sekeluarga menjadi tidak leluasa untuk bicara? Kalau begitu, biar aku menyingkir ke ruangan lain lebih dulu."

"Ah, tidak sama sekali, tai-jin Kata Kui Hong. Jangan begitu, membuat saya tidak enak saja. Kalau orang lain mungkin saja kami anggap orang asing yang tidak berhak ikut mendengar, tai-jin, akan tetapi tai-jin kuanggap bukan orang lain lagi. Baiklah, akan saya ceritakan keperluan saya maka sampai kesini."

Ia lalu memandang kepada paman dan bibinya.
"Paman Cia Sun dan bibi, sebetulnya, memang perjalananku sekali ini membawa tugas atau keperluan yang penting, yaitu mencari dua orang yang jahat. Karena tidak menemukan jejak mereka, maka aku mencari kearah kota raja dan sekalian hendak berkunjung kesini, selain sudah rindu juga siapa tahu kalau-kalau paman dan bibi dapat membantuku dan mendengar tentang dua orang yang kucari-cari itu."

"Siapakah dua orang jahat yang kau cari itu, Kui Hong? Terus terang saja, sudah lama sekali aku dan bibimu tidak lagi berkecimpung di dunia kang-ouw sehingga kami tidak banyak mengetahui tentang mereka yang hidup di dunia sesat.” kata Cia Sun.

"Akupun ingin mendengar siapa yang kau cari itu, Kui Hong. Barangkali aku dapat membantu pula." kata Menteri Cang Ku Ceng.

"Nama mereka Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek."

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar