*

*

Ads

Selasa, 24 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 074

Han Siong merasa benar tarikan pengaruh yang amat kuat itu, sesuatu yang memanggil-manggilnya, yang seperti menyedotnya. Dia mengikuti daya tarikan ini dan kadang, kalau tarikan itu terasa terlalu kuat, dia meraba batu kemala yang tergantung pada lehernya dan tersembunyi di balik bajunya, lalu menempelkannya di atas tengkuknya.

Dan benar saja. Setiap kali dia melakukan itu, daya tarikan itu menjadi berkurang banyak sekali kekuatannya. Dengan adanya bukti ini, hatinya menjadi tenang. Apa lagi mengingat bahwa tidak jauh di belakangnya ada sahabatnya yang sangat boleh dipercaya, yaitu Hay Hay.

Meski pun bayangan itu suram muram, namun kini Han Siong mulai dapat mengingat apa yang terjadi tadi malam. Rasanya bagaikan orang mengenang sebuah mimpi yang sudah hampir terlupa saja.

Akan tetapi, setiap kali dia mengingatnya bayangan itu cukup membuat mukanya berubah merah. Apa yang telah terjadi di dalam kamarnya Ci Goat itu! Bergidik dia mengenangkan semua itu. Walau pun hanya samar-samar, tapi dia dapat menduga apa yang telah terjadi.

Di bawah pengaruh daya sihir yang amat kuat, yang bisa melumpuhkan semua kekuatan sihirnya sendiri, dia telah dituntun memasuki kamar Ci Goat dan dibangkitkan oleh gairah yang tidak wajar. Dia dapat pula membayangkan penyambutan Ci Goat.

Gadis itu jatuh cinta kepadanya, bahkan ketika bersembahyang gadis itu mengaku bahwa dia mencinta dirinya dengan sepenuh jiwa raganya. Agaknya semalam gadis itu pun telah menyambutnya dengan suka rela.

Setelah Ci Goat mendengar dari Hay Hay bahwa dia tak dapat menerima dan membalas cintanya, tentu gadis itu menjadi patah hati dan berduka. Karena itu, ketika malam itu dia memasuki kamarnya, agaknya gadis itu memperoleh harapan baru. Dan dia bergidik bila membayangkan apa yang tentu telah terjadi di antara mereka.

Meski pun samar-samar namun dia masih ingat, dan bulu tengkuknya segera meremang bila mana dia membayangkan apa yang akan menjadi tanggung jawabnya. Walau pun dia melakukannya di luar kesadarannya, karena terpengaruh sihir, namun hal itu telah terjadi. Ci Goat kini telah ternoda, dan sebagai seorang jantan dia harus berani mempertanggung jawabkannya.

Tarikan daya kekuatan itu menuntunnya ke sebuah bukit dan tak lama kemudian dia telah sampai di depan sebuah kuil tua. Jantungnya berdebar tegang. Kalau menurutkan suara hatinya, ingin dia menghajar tiga orang pendeta Lama itu karena mereka sudah membuat dia tanpa disadarinya telah menodai Ci Goat. Hal ini berarti akan merubah seluruh jalan hidupnya karena dia harus mengawini gadis itu! Sudah sepantasnya tiga orang pendeta Lama itu dihajar bahkan dibunuhnya!

Akan tetapi dia teringat akan nasehat Hay Hay. Memang sebaiknya kalau dia menyelidiki dan membiarkan dirinya dibawa ke Tibet agar urusan dirinya dengan para Lama di Tibet segera dapat diselesaikan dan tidak berlarut-larut. Jika dia membunuh tiga orang pendeta Lama ini, maka semua jejak menuju ke Tibet akan terputus dan terhapus.

Dia memasuki kuil tua itu karena ada dorongan atau tarikan yang amat kuat dari arah itu. Ketika dia masuk ke ruangan dalam itu, tiga orang pendeta Lama telah bangkit berdiri dan menyambutnya dengan sikap hormat.

"Terima kasih bahwa Sin-tong sudah berkenan menerima undangan kami dan datang ke sini!" kata Gunga Lama sambil memberi hormat, diturut pula oleh dua orang sute-nya.






Han Siong bersikap seperti seorang yang linglung. Dia membalas penghormatan itu, lalu menjawab dengan suara datar. "Sam-wi lo-suhu ada keperluan apakah mengundang aku ke sini?"

"Sin-tong, ketahuilah bahwa engkau adalah calon junjungan kami, engkaulah calon Dalai Lama yang sejati. Sudah terlampau lama kami menantimu, Sin-tong, dan sekarang tibalah saatnya engkau ikut bersama kami pergi ke tempat di mana selayaknya engkau berada, yaitu di Tibet, untuk memimpin kami ke Jalan Terang. Marilah, ikutilah kami, Sin-tong, kita pergi sekarang juga ke barat."

Di dalam suara itu terkandung kekuatan mukjijat dan Han Siong kini merasakan getaran yang sangat kuat. Di hadapan mereka, dia tidak mungkin dapat mempergunakan kemala mustikanya yang tergantung di lehernya, maka dia pun mengangguk dan berkata singkat, "Baiklah, aku menurut."

Tiga orang pendeta Lama itu girang bukan main dan mereka lalu mengajak Han Siong ke luar dari kuil itu, langsung menuruni bukit menuju ke barat. Di dalam kesempatan ini diam-diam Han Siong menggerakkan kalungnya sehingga kemala itu berputar ke tengkuknya dan seketika dia merasa betapa tekanan atau tarikan yang memaksanya itu mengendur.

Hal ini perlu dia lakukan agar dia jangan tenggelam ke dalam pengaruh sihir mukjijat itu. Di dalam keadaan setengah sadar ini dia masih mampu meneliti apa yang sesungguhnya terjadi dan dia dapat berpura-pura taat dan tunduk atas permintaan mereka.

Sementara itu, Hay Hay yang membayangi di belakang mengambil jalan memutar dan dia memasuki kuil dari arah belakang. Akan tetapi ketika dia tiba di belakang kuil, dia melihat tubuh seorang wanita menelungkup. Jelas dia sudah tak bernyawa lagi.

Hay Hay cepat menghampiri. Mayat itu masih baru, masih ada darah basah di kepalanya. Dengan sangat hati-hati dia membalikkan tubuh mayat itu dan hampir dia menjerit saking kagetnya. Ci Goat! Gadis ini telah mendahului Han Siong, entah bagaimana bisa sampai ke kuil ini dan terbunuh. Kepalanya pecah!

Pada waktu melihat tiga orang pendeta Lama sedang mengajak Han Siong pergi ke Tibet, hatinya panas sekali. Siapa lagi yang membunuh Ci Goat kalau bukan mereka? Ingin dia menerjang dan menghajar mereka. Tetapi dia lantas teringat akan Han Siong yang sedang pura-pura takluk di bawah kekuasaan mereka. Tidak, dia harus bersabar.

Bagaimana pun juga Ci Goat sudah tewas. Kini tinggal menyelesaikan urusan Han Siong dengan para pendeta Lama. Kasihan pemuda itu yang semenjak bayi terus dikejar-kejar sampai sekarang. Dia dan Han Siong harus menyelidiki sedalamnya, kalau perlu bertemu dengan pimpinan para Lama untuk mengajukan protes. Setelah urusan Han Siong selesai barulah dia akan membalas kematian Ci Goat yang penasaran itu, menuntut ketiga orang pendeta Lama ini.

Setelah tiga orang pendeta Lama dan Han Siong meninggalkan kuil, dan melihat betapa mereka menuruni bukit menuju ke barat, dia lalu cepat mengubur jenazah Ci Goat dengan sederhana di belakang kuil itu. Kemudian dia menggunakan ilmu berlari cepat mengejar ke barat karena dia tadi mendengar bahwa mereka mengajak Han Siong pergi ke Tibet dan mereka tadi menuruni bukit ke arah barat.

**** 074 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar