*

*

Ads

Kamis, 19 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 063

"Apa... apa yang terjadi...?" Mereka bertiga berseru.

Mendengar suara ketawa, mereka cepat-cepat menengok dan melihat seorang pemuda berpakaian biru memakai caping lebar sedang berdiri sambil tertawa geli, mentertawakan mereka. Tahulah mereka bahwa pemuda ini yang menjadi gara-gara, yang entah dengan ilmu apa telah memaksa mereka bertiga berlagak seperti tiga ekor anjing!

"Keparat, engkaulah seekor anjing!" bentak seorang di antara mereka, setengah memaki untuk membalas penghinaan tadi dan setengah lagi untuk menggunakan tenaga sihirnya.

Diam-diam pemuda itu mengerahkan kekuatan sihirnya yang hebat, dan dia pun berkata, "Betul sekali! Aku seekor anjing raksasa yang akan makan kalian tiga orang pendeta Pek-lian-kauw! Huk-huk-hukk!"

Tiga orang pendeta Pek-lian-kauw itu terbelalak memandang kepada pemuda itu yang di dalam pandang mata mereka tiba-tiba sudah berubah seperti seekor anjing raksasa yang besarnya seperti sebuah rumah gedung, mulutnya terbuka selebar pintu gerbang dengan giginya yang besar-besar. Mereka menjadi pucat seketika, tubuh mereka gemetaran dan seperti dikomando saja, mereka lalu membalikkan tubuh dan lari tunggang langgang jatuh bangun, bahkan ada yang terkencing-kencing saking ngerinya karena merasa seolah-olah napas anjing raksasa telah mendengus-dengus di tengkuk mereka.

Pemuda itu tertawa bergelak penuh kegembiraan. Han Siong yang semenjak tadi melihat kehadiran dan perbuatan pemuda berpakaian biru bercaping lebar itu, kemudian berseru dengan gembira,

"Hentikan main-mainmu itu, Hay Hay, dan cepat bantulah aku!"

Pemuda yang disebut Hay Hay itu menoleh dan melihat betapa Han Siong terdesak oleh tiga orang pengeroyoknya, dia pun tertawa lagi, "Ha-ha-ha, Sin-tong (anak ajaib), di mana pedang pusakamu yang ampuh itu? Engkau dikeroyok tiga orang lawan yang memakai senjata, bahkan ada pedang pusaka di situ, dan engkau bertangan kosong saja. Salahmu sendiri..."

"Sudahlah, bantu aku dahulu dan nanti baru kita mengobrol!" kata Han Siong lagi dengan mendongkol. Dia begitu terdesak dan dalam bahaya, tetapi orang ini malah mengajaknya mengobrol dan bersendau-gurau.

Pemuda bercaping itu memang Tang Hay, atau di antara kawan-kawannya lebih dikenal dengan sebutan Hay Hay saja. Seorang pemuda yang sebaya dengan Han Siong. Usia mereka sama, yaitu dua puluh dua tahun lebih, wajahnya juga tampan, dadanya bidang tubuhnya sedang dan tegap. Matanya selalu bersinar-sinar, tapi kadang kala mencorong penuh wibawa, dan mututnya tak pernah ditinggalkan senyum manis.

Pemuda ini seorang yang amat romantis, juga pengagum keindahan termasuk kecantikan wanita. Di mana pun berada dia selalu memuji-muji wanita sehingga dia terkenal sebagai Pendekar Mata Keranjang walau pun kegenitannya itu memiliki batas yang kuat sehingga belum pernah dia melanggar, belum pernah dia menggauli wanita, baik dengan perkosaan mau pun dengan suka rela. Kedekatannya dengan wanita tak lebih dari saling rangkul dan saling cium saja.

Dalam perjalanan mencari ayahnya, yaitu Ang-hong-cu, tanpa sengaja Hay Hay sampai di tempat itu dan melihat pertempuran itu. Dia sedang menuju ke kota raja karena dia sudah mendengar bahwa meski pun tidak ada seorang juga yang mengetahui di mana adanya si Kumbang Merah, jai-hwa-cat yang sudah lama sekali namanya dikenal orang akan tetapi akhir-akhir ini tidak ada kabar ceritanya lagi, namun di kota raja muncul seorang perwira muda disebut Tang-ciangkun yang mengaku sebagai putera Ang-hong-cu. Biar pun tipis, namun berita ini setidaknya merupakan suatu hal yang perlu diselidiki. Siapa tahu perwira muda Tang itu benar dapat membawa dia kepada jejak Ang-hong-cu!

Maka, ketika melihat ada perkelahian di situ, dia pun tak peduli dan hendak melewatinya begitu saja, apa lagi dia belum melihat jelas dan tidak tahu siapa yang sedang berkelahi. Akan tetapi dia lantas tertarik oleh suara melolong-lolong yang mengandung getaran aneh dan berwibawa itu.

Sebagai seorang yang sudah mempelajari ilmu sihir secara cukup mendalam, dia dapat merasakan ketidak wajaran dalam suara itu dan menduga bahwa suara itu mengandung kekuatan sihir! Maka dia pun tertarik kemudian mendekat. Setelah mendekat, barulah dia melihat bahwa yang dikeroyok tiga dan terdesak, masih diserang oleh suara mengandung kekuatan sihir pula, bukan lain adalah Pek Han Siong!

Dulu Pek Han Siong pernah menuduhnya memperkosa adik kandungnya, yaitu Pek Eng sehingga Han Siong memusuhinya dan mereka lalu bertanding dengan hebatnya. Namun akhirnya Han Siong mengetahui bahwa yang memperkosa adik kandungnya sama sekali bukan Hay Hay, melainkan Si Kumbang Merah yang ternyata menurut pengakuan Hay Hay adalah ayah kandung Hay Hay sendiri!






Karena kenyataan itu, maka permusuhan antara mereka pun lenyap dan tidak ada saling dendam di antara mereka. Bahkan sesungguhnya, ada hubungan yang amat dekat antara kedua pemuda ini.

Sejak kecil Han Siong dianggap sebagai Sin-tong (anak ajaib) oleh para pendeta Lama di Tibet yang merasa yakin bahwa Han Siong adalah seorang calon Dalai Lama! Maka anak ini kemudian diperebutkan dan oleh para pendeta Lama hendak dibawa ke Tibet. Untuk menyelamatkannya, maka Han Siong disembunyikan dan sebagai gantinya, orang tuanya mengambil Hay Hay yang ketika itu seorang anak tanpa ayah ibu. Maka terjadilah hal-hal yang amat menarik seperti diceritakan dalam kisah Pendekar Mata Keranjang.

Setelah keduanya menjadi pemuda dewasa, dalam cara hidup masing-masing keduanya menjadi pemuda gemblengan yang pandai ilmu silat, bahkan keduanya juga pandai ilmu sihir walau pun tingkat Hay Hay jauh lebih tinggi dalam hal sihir menyihir ini.

Sekarang Hay Hay tidak mau main-main lagi, apa lagi sesudah dia melihat dengan penuh perhatian dan mengenal dua orang di antara para pengeroyok itu

"Wah-wah-wahh! Bukankah itu Sim Ki Liong murid murtad dari locianpwe Pendekar Sadis di Pulau Teratai Merah? Dan yang seorang lagi, bukankah Ji Sun Bi si cantik manis yang memiliki hati penuh racun? Hayaa, pantas saja engkau terdesak, Han Siong. Kiranya para pengeroyokmu adalah dua orang yang teramat jahat. Dan siapa pula yang seorang lagi itu? Heiii! Bukankah itu Hong-cu-kiam yang dibawanya? Dan ilmu silatnya itu! Han Siong, apa kau lupa lagi dan tidak mengenal ilmu silat Cin-ling-pai? Dia seorang tokoh Cin-ling-pai!"

Tiba-tiba Hay Hay telah meloncat ke dalam medan perkelahian itu. Dia sendiri tak pernah mempergunakan senjata. Cun Sek yang terkejut dan juga marah melihat betapa pemuda bercaping lebar yang baru muncul ini dapat mengenali pedang serta ilmu silatnya, sudah menyambutnya dengan tusukan pedang yang cepat dan kuat sekali, mengarah dada Hay Hay.

Tanpa disadarinya, ucapan Hay Hay tadi memang sudah menarik perhatian Cun Sek, dia sudah terjatuh ke dalam pengaruh sihir Hay Hay! Melihat tusukan pedang Hong-cu-kiam itu Hay Hay segera miringkan tubuhnya dan berkata dengan suara nyaring.

"Pedangmu itu buntung, mana bisa untuk menyerangku?"

Cun Sek terbelalak. Dia memandang pedangnya yang tahu-tahu sudah menjadi sebatang pedang buntung yang pendek! Hanya beberapa detik saja dia termangu, namun ini sudah cukup bagi Hay Hay. Dengan sekali totokan ke arah pergelangan tangan yang memegang pedang, tahu-tahu Hong-cu-kiam telah berpindah tangan!

Barulah Cun Sek sadar dan dia menjadi marah sekali. "Kembalikan pedangku!" bentaknya sambil menerjang dengan tangan kosong.

Akan tetapi Hay Hay cepat menggerak-gerakkan pedang Hong-cu-kiam sehingga nampak sinar emas bergulung-gulung mengelilingi tubuh Cun Sek yang menjadi amat bingung dan khawatir sekali.

"Brett-brett-brett...!"

Nampak potongan kain berhamburan dan Cun Sek merasa tubuhnya dingin-dingin. Ketika dia memandang, ternyata sinar pedang emas itu telah menelanjanginya! Pakaian luarnya sudah robek-robek dan dia berdiri di situ hanya dengan sebuah celana kolor pendek yang menutupi tubuh bawahnya! Hay Hay tertawa-tawa dan kini dia menggerakkan pedangnya untuk menyerang Ki Liong!

Sejak tadi Ki Liong dan Sun Bi sudah kaget setengah mati ketika melihat munculnya Hay Hay, pemuda yang pernah membuat mereka gentar ketika pemuda ini muncul pula dalam rombongan para pendekar yang membasmi gerombolan yang dipimpin Lam-hai Giam-lo. Keduanya segera maklum pula bahwa kemunculan Hay Hay yang di luar dugaan ini akan menghancurkan semua rencana mereka, bahkan sekarang mereka berada dalam bahaya besar. Hal ini langsung terbukti ketika dengan amat mudahnya Hay Hay sudah merampas pedang pusaka Hong-cu-kiam dari tangan Cun Sek yang telah dibuat tidak berdaya!

Cun Sek merasa terkejut dan malu bukan main. Dia kemudian menjadi nekat dan sambil mengeluarkan suara menggeram bagai seekor harimau terluka, dia pun menubruk dengan nekat ke arah Hay Hay.

Akan tetapi Hay Hay menyambutnya dengan sebuah tendangan sehingga tubuh Cun Sek terjengkang lalu terbanting keras ke atas tanah. Karena pemuda itu tadi memegang Hong-cu-kiam dan memiliki ilmu silat Cin-ling-pai, tentu saja Hay Hay tidak mau membunuhnya dan hanya merobohkannya tanpa melukai berat.

Setelah merobohkan Cun Sek, Hay Hay lalu membalik dan kembali menyerang Ki Liong. Murid Pendekar Sadis yang maklum akan kelihaian Hay Hay ini cepat menangkis dengan Gin-hwa-kiam.

"Trakkkk!"

Dua pedang bertemu kemudian melekat! Ki Liong terkejut dan menarik pedangnya, akan tetapi Hong-cu-kiam yang lemas itu ternyata telah melibat. Ujung Hong-cu-kiam membelit pedang Gin-hwa-kiam seperti seekor ular saja!

"Han Siong, cepat kau ambil pedangnya. Pedang itu tak pantas berada di tangannya. Kita harus kembalikan pedang itu ke Pulau Teratai Merah!" kata Hay Hay kepada Han Siong sambil mempertahankan pedang lawan dengan libatan pedangnya.

Ji Sun Bi cepat maju menghalang dan menusukkan pedangnya kepada Han Siong untuk mencegah pemuda ini mengeroyok Ki Liong. Akan tetapi kini, setelah berhadapan dengan Ji Sun Bi sendiri, tentu saja Han Siong memandang ringan wanita itu dan dengan mudah dia membiarkan pedang yang menusuknya itu lewat, kemudian dari samping tangannya menyambar.

"Plakkk!"

Pundak Sun Bi terkena tamparan tangan Pek-hong Sin-ciang dan dia pun mengeluh lalu roboh terkulai.

Kini Han Siong menerjang Ki Liong yang masih sibuk menarik Gin-hwa-kiam dari libatan Hong-cu-kiam. Tangan kirinya mencengkeram ke arah tangan murid Pendekar Sadis itu dan tangan kanannya mencengkeram ke arah pelipis! Menghadapi serangan dahsyat ini, terpaksa Ki Liong melepaskan pedangnya lantas berjungkir balik ke belakang. Pedangnya kini sudah berpindah ke tangan Han Siong.

"Ha-ha-ha, bagaimana, Han Siong? Kita bunuh saja tiga ekor ular berbisa ini?"

"Jangan, Hay Hay. Kita bukan pembunuh keji! Kita tangkap saja mereka dan..."

Tiba-tiba nampak seorang pria raksasa meloncat ke depan mereka dan dia mengebutkan sebuah kain. Asap atau debu hitam lantas berhamburan dan terdengar pula suara ledakan yang menimbulkan asap hitam tebal.

"Han Siong, mundur! Debu itu beracun!" teriak Hay Hay yang segera menyambar lengan Han Siong dan mengajaknya meloncat jauh ke belakang. Asap hitam menjadi tabir hingga membuat mereka tidak dapat melihat ke depan. Akan tetapi Hay Hay melihat kain yang dikebut-kebutkan itu dan dia berbisik,

"Kita serang kain itu dengan pukulan jarak jauh. Mari!"

Keduanya mengerahkan tenaga sinkang lantas mendorong dari tempat mereka berdiri ke arah kain itu. Angin dahsyat langsung menyambar ke arah kain itu dan terdengarlah jerit parau mengerikan di dalam asap hitam yang gelap itu, lalu keadaan menjadi sunyi.

Setelah asap hitam lenyap ditiup angin, mereka hanya melihat pria raksasa tadi yang kini menggeletak tanpa nyawa di situ dengan muka berubah hitam, sementara kain itu masih menutupi mukanya. Ki Liong, Cun Sek dan Sun Bi telah lenyap tanpa meninggalkan jejak. Kiranya pria raksasa itu adalah Hek-tok Pangcu Cui Bhok yang telah menolong tiga orang pemimpinnya sedangkan bahan peledak yang mengeluarkan asap hitam tadi dilepas oleh tiga orang tokoh Pek-lian-kauw untuk menolong teman-temannya.

"Hemm, mereka telah lolos! Biar kucari dan kukejar mereka!" kata Hay Hay.

"Tidak perlu lagi" kata Han Siong. "Lebih baik kita turut membantu mereka yang sekarang sedang membasmi anak buah Kim-lian-pang yang jahat. Anak-anak buah Hek-tok-pang itu masih berbahaya, aku khawatir akan terjatuh banyak korban di antara para penyerbu."
"Kim-lian-pang? Hek-tok-pang? Aku tidak tahu apa yang terjadi di tempat ini," Hay Hay yang baru saja datang memang tidak tahu sehingga dia bertanya heran.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar