*

*

Ads

Selasa, 17 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 059

Walau pun dia tersenyum dan merasa tidak enak disebut taihiap (pendekar besar), akan tetapi Han Siong yang merasa penasaran dan ingin tahu itu mengangguk dan mengikuti mereka menyusup ke dalam hutan. Dia tertarik melihat ada tanda gambar seekor burung rajawali putih pada baju mereka berlima, yaitu di dada kiri. Tentu mereka ini dari sebuah perkumpulan, pikirnya.

Akan tetapi dia kecelik kalau tadinya dia menyangka akan diajak pergi ke sebuah rumah perkumpulan besar di salah satu kota terdekat. Dia bukan di ajak ke kota, melainkan ke sebuah bukit, kemudian mereka mengajaknya masuk ke dalam sebuah goa besar yang tersembunyi!

Biar pun demi kesopanan dia diam saja, akan tetapi di dalam hatinya timbul pertanyaan. Siapakah mereka ini dan perkumpulan apa yang bersarang di sebuah goa tersembunyi? Mereka ini seperti orang-orang buruan saja, seperti pelarian!

Ternyata di dalam goa itu terdapat tikar bersih yang terhampar di atas lantai goa. Goa itu pun cukup besar, cukup untuk menampung puluhan orang! Akan tetapi di situ sunyi saja, tidak ada orang lain kecuali mereka berenam.

"Silakan duduk, taihiap. Maafkan, di sini tidak ada bangku atau kursi, terpaksa duduk di atas lantai."

"Tidak mengapa, Paman...," kata Han Siong dengan tenang, walau pun hatinya semakin tertarik karena keadaan mereka itu jelas tidak sewajarnya.

Sesudah mereka duduk bersila di atas tikar, mulailah pria setengah tua itu bercerita. Dia bernama Ouw Lok Khi, ketua dari perkumpulan Pek-tiauw-pang (Perkumpulan Rajawali Putih). Dia telah menduda dan mempunyai seorang anak perempuan, yaitu Ouw Ci Goat, gadis berusia delapan belas tahun yang wajahnya bulat putih dan manis itu.

Perkumpulan Rajawali Putih mempunyal anak buah yang cukup banyak, ada empat puluh orang lebih dan selain mempelajari ilmu silat, perkumpulan ini juga membuka usaha jasa pengawalan. Nama mereka sudah cukup dikenal sebagai orang-orang yang menentang kejahatan dan mencari nafkah secara halal.

Namun pada suatu hari Ouw Lok Khi didatangi oleh seorang utusan dari Kim-lian-pang yang menuntut supaya perkumpulan Pek-tiauw-pang mau mengakui kekuasaan Kim-lian-pang dan suka bekerja sama, membagi rejeki, yaitu membagi sebagian dari hasil usaha perkumpulan itu kepada Kim-lian-pang sebagai upeti atau pengakuan kekuasaan.

Tentu saja Pek-tiauw Pangcu Ouw Lok Khi segera menolak dan menganggap permintaan itu keterlaluan. Perkumpulannya sudah berdiri selama belasan tahun, bagaimana mungkin sekarang harus mengakui kekuasaan sebuah perkumpulan yang baru saja muncul dan didirikan di Bukit Kim-lian-san yang agak jauh dari kotanya, yaitu di Hok-lam?

Akibat penolakan itu, lalu muncullah seorang pemuda yang mewakili ketua Kim-lian-pang menantang untuk mengadu kepandaian. Karena marah, Ouw Ci Goat melayani tantangan pemuda dari Kim-lian-pang itu. Akan tetapi Ci Goat kalah jauh, bahkan ketika Ouw Lok Khi sendiri maju, dia pun hanya mampu bertahan belasan jurus saja lalu roboh dan kalah.

Setelah mengalahkan mereka ayah dan anak, utusan Kim-lian-pang ini kembali membujuk agar Ouw Pangcu suka takluk dan menyerah. Namun ketua Pek-tiauw-pang ini tidak sudi menyerah. Juga puterinya dan semua anak buah Pek-tiauw-pang tak sudi menyerah dan tidak sudi membagikan hasil kerja mereka kepada perkumpulan itu.

"Karena kami tetap saja menolak, beberapa kali Kim-lian-pang mengirimkan jago-jagonya untuk menyerang kami. Dan memang mereka mempunyai banyak orang pandai, terutama sekali kedua orang pembantu ketua, pemuda dan wanita iblis itu! Kami tetap melakukan perlawanan dan kami tidak mau menyerah biar pun mereka mengancam akan membunuh kami semua. Akhirnya, tujuh hari yang lalu, benar saja serombongan orang dari Hek-tok-pang, yaitu perkumpulan jahat yang sudah menjadi anak buah mereka, menyerbu asrama kami di tepi kota Hok-lam. Kami mengadakan perlawanan secara mati-matian, akan tetapi mereka mempergunakan racun dan habis binasalah anak buah Pek-tiauw-pang! Tinggal kami berlima ini yang hidup..." Ketua Pek-tiauw-pang itu tidak menangis, akan tetapi jelas nampak betapa wajahnya penuh kedukaan dan penasaran. Juga Ci Goat tidak menangis, akan tetapi dia mengepal tinju.

"Kami akan melawan terus sampai mati!" kata gadis itu penuh semangat.

"Akan tetapi, mengapa tadi paman sekalian mengeroyok aku?" Han Siong bertanya.

"Ketika orang-orang Hek-tok-pang itu menyerbu, kami sempat melihat tiga orang pimpinan Kim-lian-pang. Mereka tidak ikut turun tangan, akan tetapi sempat ketuanya menawarkan perdamaian dengan kami. Akan tetapi untuk terakhir kalinya kami tetap menolak dan dia pun lalu mengerahkan orang-orang Hek-tok-pang itu. Ketuanya itulah yang mirip dengan Taihiap. Kami memang sedang mengintai dan menanti saat yang baik. Kalau pemimpin mereka keluar, maka kami akan menyergap dan membunuhnya. Ketika Taihiap muncul, kami mengira Taihiap adalah ketua Kim-lian-pang yang bernama Sim Ki Liong itu."






"Siapa...?!" Han Siong bertanya, kaget mendengar nama itu.

"Namanya Sim Ki Liong!"

"Orangnya masih muda, sekitar dua puluh dua tahun?"

"Betul sekali, apakah... Taihiap sahabatnya...?" tanya Ci Goat dengan suara mengandung kekhawatiran. Han Siong menoleh sehingga dua pasang mata bertemu, bertaut dan gadis itu menundukkan mukanya. Jelas nampak kedua pipi yang putih halus itu kemerahan.

"Sama sekali tidak bersahabat, Nona, justru pernah kami saling bermusuhan! Dia pernah membantu pemberontakan seorang datuk sesat terhadap pemerintah. Dia memang lihai sekali dan sayang bahwa ketika gerombolan itu diserbu, dia sempat melarikan diri. Dan siapakah dua orang pembantunya yang lihai itu?"

"Seorang pemuda yang amat lihai pula bernama Tang Cun Sek," kata Pek-tiauw Pangcu Ouw Lok Khi. Han Siong mengerutkan alis dan menggeleng kepala, tidak mengenal nama itu.

"Dan seorang wanita iblis, yaitu Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi...," kata Ci Goat.

"Aihh, kiranya siluman betina itu?" kembali Han Siong terkejut. "Dia dulu juga membantu gerombolan pemberontak, kiranya berhasil menyelamatkan diri. Ahhh, kalau mereka yang memimpin, tentu Kim-lian-pang merupakan perkumpulan yang kuat dan juga jahat!"

Mendengar bahwa pemuda perkasa ini pernah bermusuhan melawan dua orang di antara para pimpinan Kim-lian-pang, hati kelima orang sisa anggota Pek-tiauw-pang yang sudah terbasmi hampir habis itu menjadi girang dan timbul kembali harapan mereka untuk dapat membalas dendam. Ouw Lok Khi cepat-cepat berlutut dan menghadap pemuda itu sambil berkata,

"Pek Taihiap, mohon Taihiap sudi menolong kami..."

Terkejut juga Han Siong ketika melihat orang tua itu berlutut. Cepat dia memegang kedua pundaknya dan mengangkatnya duduk kembali. 鈥淧angcu, harap jangan begitu. Tanpa kau minta sekali pun, kalau aku melihat dua orang jahat itu merajalela, sudah pasti aku akan menentang mereka."

"Aih, kalau taihiap sudi turun tangan, sudah pasti mereka akan dapat kita hancurkan. Mari kita menyerbu sarang mereka di puncak Kim-lian-san, Pek Taihiap!" kata pula ketua Pek-tiauw-pang itu penuh semangat, sedangkan puterinya serta tiga orang pembantunya juga mengangguk dan penuh semangat. Mereka berlima sudah siap untuk membalas dendam dengan taruhan nyawa mereka. Akan tetapi Han Siong tetap tenang dan menggerakkan tangan menyatakan tidak setuju.

"Pangcu, sungguh tidak bijaksana bila kita menuruti hati yang mendendam saja. Dendam dan kebencian akan menghilangkan kewaspadaan, dan akhirnya bahkan menyeret kita ke dalam kehancuran. Seperti yang kau ceritakan tadi, Kim-lian-pang kuat sekali, di samping dipimpin oleh tiga orang yang lihai, juga dibantu Hek-tok-pang dan memiliki banyak anak buah. Kita yang hanya enam orang ini mana mungkin mampu menandingi begitu banyak lawan? Belum lagi jika diingat bahwa sarang perkumpulan sejahat itu tentu penuh dengan jebakan dan perangkap rahasia."

"Aku tidak takut!" tiba-tiba Ci Goat berseru sambil mengepal tinju.

Han Siong tersenyum dan memandang kagum kepada gadis itu. "Kegagahanmu sangat mengagumkan dan kuhargai, Nona. Akan tetapi, dalam menghadapi lawan yang kuat dan jumlahnya besar, tidak mungkin kita hanya mengandalkan keberanian. Keberanian karena dendam akan membuat kita nekat dan tanpa perhitungan, dan aku tak ingin membiarkan kita semua mati konyol."

Ouw Lok Khi mengangguk-angguk kemudian menarik napas panjang. "Sekarang baru aku melihat kebenaran ucapanmu, Taihiap. Memang kami sudah menjadi gila akibat dendam sehingga kami tidak memperhitungkan bahaya dan kemungkinan kalah. Karena engkau berada di pihak kami, maka kami menyerahkan kepadamu semua cara untuk menghadapi musuh."

Han Siong mengangguk dan menerima penyerahan pimpinan ini tanpa sungkan-sungkan lagi karena dia tahu bahwa orang-orang yang sedang diamuk dendam kebencian bukan merupakan pimpinan yang baik.

"Bila kita hendak menentang gerombolan jahat yang lihai itu, maka setidaknya kita harus mempunyai pembantu yang cukup berani dan gagah, yang jumlahnya seimbang dengan jumlah mereka."

"Hal itu amat mudah, Taihiap. Banyak perkumpulan yang merasa sakit hati terhadap Kim-lian-pang, namun mereka itu tidak berani bergerak karena merasa tidak kuat menghadapi kekuatan Kim-lian-pang. Aku akan menghubungi mereka, sebab di antara mereka banyak terdapat sahabat baikku, dan akan kubujuk mereka supaya suka bekerja sama. Beberapa perkumpulan persilatan tentu bersedia membantu. Menurut perkiraanku, jumlah anak buah Kim-lian-pang tidak melebihi seratus lima puluh orang dan kita akan dapat mengumpulkan lebih banyak lagi."

Han Siong mengerutkan alisnya. Banyak juga anak buah yang sudah dikumpulkan Sim Ki Liong, pikirnya. "Apakah tidak mungkin kalau kita minta bantuan dari pasukan keamanan pemerintah?"

"Ahhh, itu sama saja dengan bunuh diri!" kata Ouw Lok Khi dengan muka muram. "Kalau kita melapor, kita malah akan ditangkap lebih dulu! Ketahuilah, Taihiap, gerombolan Kim-lian-pang itu cerdik dan licik bukan main. Mereka mendekati para pimpinan pemerintahan daerah dengan jalan menyuap dan menyogok, mengambil hati mereka, bahkan Kim-lian-pang menunjukkan jasa dengan membasmi gerombolan penjahat. Kim-lian-pang sendiri tidak pernah melakukan kejahatan. Mereka hanya menundukkan semua perkumpulan dan memaksa para pimpinan perkumpulan itu untuk takluk dan membagi hasil rejeki. Mereka memungut pajak dari mana pun yang menghasilkan banyak uang, dengan dalih menjaga keamanan mereka. Toko besar, perusahaan dan bahkan rumah-rumah penginapan. Tidak, kita tidak mungkin dapat mengharapkan bantuan dari pasukan keamanan yang tentu akan berpihak kepada mereka."

Han Siong mengerutkan alisnya. Kiranya Sim Ki Liong cerdik sekali, tak mau mengulang kesalahan mendiang Lam-hai Giam-lo yang memberontak terhadap pemerintah. Kini dia bahkan mendekati pemerintah atau mendekati pejabat korup yang suka disogoknya agar mereka berpihak kepadanya! Memang satu-satunya jalan untuk mengumpulkan pasukan adalah seperti yang diusulkan Ouw Pangcu tadi, yaitu mengumpulkan orang-orang yang mendendam kepada Kim-lian-pang.

"Baiklah, Ouw Pangcu. Engkau kumpulkan orang-orang yang mau diajak menyerbu Kim-lian-pang. Sesudah mereka siap, kita kepung puncak itu kemudian kau ajukan tantangan kepada Sim Ki Liong untuk mengadu kepandaian di lereng. Aku akan menghadapinya dan ketika aku sedang bertanding dengan para pimpinan itu, maka kau kerahkan pasukan kita untuk menyerbu ke atas. Akan tetapi harus berhati-hati terhadap jebakan dan perangkap."

"Sebaiknya kita pergunakan api untuk memaksa mereka semua keluar sehingga kita tak perlu harus menerjang jebakan dan perangkap berbahaya," kata Ouw Lok Khi yang kini telah tenang, tak lagi didesak dendam yang membuatnya nekat. Han Siong mengangguk girang.

"Siasatmu itu tepat sekali, Pangcu. Marilah kita mulai bekerja. Aku akan mempersiapkan diri dan karena engkau membutuhkan waktu untuk mengumpulkan tenaga bantuan, maka sebaiknya kalau aku menanti pada rumah penginapan di kota terdekat," Han Siong lantas bangkit berdiri.

Ketua Pek-tiauw-pang itu pun cepat-cepat bangkit. "Taihiap, sebaiknya jika Taihiap tinggal bersama kami. Walau pun asrama kami di Hok-lam telah dihancurkan oleh Kim-lian-pang, akan tetapi kami dapat tinggal di rumah seorang murid kami ini." Dia menunjuk kepada seorang di antara tiga orang anggota Pek-tiauw-pang itu. "Dia memiliki rumah besar dan kita semua dapat tinggal untuk sementara di sana."

"Benar sekali, Pek Taihiap," kata pria berusia tiga puluh tahun itu. "Rumah kami cukup besar dan kami dapat menyediakan sebuah kamar untuk Taihiap," orang itu bernama Thio Ki dan sikapnya ramah.

Karena merasa bahwa memang lebih baik jika dia tidak berpisah dari lima orang itu, Han Siong lalu menyetujui dan berangkatlah mereka meninggalkan goa dalam hutan itu, pergi ke kota Hok-lam. Akan tetapi mereka bersepakat bahwa goa yang tersembunyi itu akan dijadikan markas baru untuk kegiatan mereka saat melakukan penyerbuan terhadap Kim-lian-pang karena tempat itu baik sekali, merupakan goa dalam hutan di bukit yang tidak berjauhan dari Kim-lian-san.

**** 059 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar