*

*

Ads

Selasa, 17 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 056

"Pertama, engkau masih saja mencurigaiku walau pun aku telah membantu menarik Hek-tok-pang menjadi sekutu dan membunuh tiga orang musuh yang hendak membunuhmu. Ini namanya tidak mampu mengenal sahabat! Dan ke dua, kalau benar aku ini mata-mata Cin-ling-pai dan hendak memusuhimu, bukankah tadi aku memiliki kesempatan yang baik sekali dengan membantu mereka mengeroyokmu? Apa kau kira akan mampu menandingi kami kalau aku tadi membantu mereka? Nah, bukankah itu menunjukkan bahwa engkau kurang cerdik dan salah menilai orang?"

Kini Ji Sun Bi tersenyum dan mengangguk-angguk. Dia lantas menoleh kepada Hek-tok Pangcu Cui Bhok dan berkata lembut, "Pangcu, mundurlah dan kita harus dapat percaya keterangannya itu." KetuaHek-tok-pang itu pun mengangguk-angguk dan memberi isyarat kepada dua puluh empat orang anak buahnya untuk mundur.

Ji Sun Bi lalu menghampiri Cun Sek. Sejenak mereka saling berpandangan dan keduanya saling kagum. "Tang Cun Sek, keteranganmu tadi memang dapat kami terima, akan tetapi untuk lebih meyakinkan hati kami sebelum engkau kami hadapkan kepada Pangcu kami, terlebih dahulu ceritakanlah mengapa engkau yang mempunyai ilmu silat Cin-ling-pai dan memegang pedang pusaka Cin-ling-pai, tiba-tiba saja kini berpihak kepada kami!"

Sebetulnya Cun Sek segan menceritakan riwayatnya, akan tetapi ia maklum bahwa kerja sama dengan orang-orang seperti mereka itu adalah suatu keuntungan baginya, terutama sekali akan memudahkan dia dalam mencari serta menemukan ayah kandungnya, yaitu Ang-hong-cu! Apa lagi yang berada di situ hanyalah Ji Sun Bi dan Cui Bhok, sedangkan para anak buah Hek-tok-pang sudah disuruh menjauhkan diri.

Dengan singkat namun jelas dia kemudian menceritakan betapa semenjak kecil dia sudah mempelajari ilmu silat dan setelah dewasa dia ingin menambah pengetahuannya dengan masuk menjadi anggota Cin-ling-pai.

"Hanya beberapa tahun saja aku menjadi anggota Cin-ling-pai, tetapi aku beruntung dapat mempelajari ilmu-ilmu silat Cin-ling-pai dari ketua lamanya. Akan tetapi aku gagal menjadi ketua baru, lalu aku melarikan diri dari Cin-ling-pai sambil membawa Hong-cu-kiam yang dihadiahkan ketua lama Cia Kong Liang kepadaku." Tentu saja bagian terakhir ceritanya itu adalah kebohongan sebab pedang pusaka itu bukan hadiah pemberian melainkan hasil pencurian!

Ji Sun Bi minta kepada ketua Hek-tok-pang untuk memerintahkan anak buahnya supaya menguburkan jenazah sepuluh orang anggota Kim-lian-pang yang tewas keracunan dan membersihkan kembali tempat yang tadi mereka taburi racun. Setelah itu, maka Ji Sun Bi menjadi petunjuk jalan dan mereka pun naik ke puncak Kim-lian-san.

Dalam perjalanan ini barulah orang-orang Hek-tok-pang melihat betapa besar bahayanya jika mereka menyerbu ke atas. Perjalanan itu mengandung banyak sekali tempat rahasia, jebakan-jebakan yang mengerikan. Tanpa petunjuk jalan, sebelum tiba di puncak mereka semua tentu akan menjadi korban perangkap yang banyak dipasang di sepanjang jalan menuju ke puncak.

Bahkan Hek-tok Pang-cu Cui Bhok sendiri bergidik dan diam-diam dia girang bahwa dia sudah dikalahkan oleh Tang Cun Sek sehingga dia menakluk. Apa lagi sesudah nampak banyak anggota Kim-lian-pang yang mulai menyambut, berdiri berjajar di sepanjang jalan, laki-laki dan wanita-wanita yang semuanya berwajah tampan dan cantik, bersikap gagah dan jumlah mereka tidak kurang dari lima puluh orang.

Kemudian barulah dia tahu bahwa seluruh anggota Kim-lian-pang berjumlah seratus orang lebih, sebagian ada yang bertugas di bawah gunung dan tersebar ke kota-kota dan dusun-dusun sekitar daerah itu, bertugas sebagai mata-mata.

Baik Cui Bhok mau pun Tang Cun Sek merasa heran dan kagum sekali ketika mereka diajak oleh Ji Sun Bi menghadap orang yang disebut pangcu atau ketua dari perkumpulan Kim-lian-pang. Sama sekali mereka tak pernah membayangkan bahwa pangcu itu kiranya hanyalah seorang pemuda yang masih sangat muda, tidak akan lebih dari dua puluh tiga atau dua puluh empat tahun saja usianya! Cun Sek memperhatikan orang yang menerima kedatangan mereka dengan berdiri dari tempat duduknya dan yang mengamati mereka dengan pandang mata tajam menyelidik itu.

Dia adalah seorang pria muda yang bertubuh sedang, gerak-geriknya halus dan sopan, pakaiannya seperti seorang terpelajar, wajahnya tampan dan kedua matanya mencorong penuh wibawa!

Ji Sun Bi segera memperkenalkan dua orang tamu itu sesudah memberi bisikan kepada Cui Bhok untuk memerintahkan anak buahnya yang ikut memasuki ruangan luas itu agar berlutut semua. Sambil tersenyum Ji Sun Bi mendekati ketua Kim-lian-pang yang menjadi rekan, kekasih, juga ketuanya itu dan dia sendiri menjabat wakil ketua.

"Pangcu, dia adalah Hek-tok Pangcu Cui Bhok yang kini sudah menakluk kepada kita dan membawa dua puluh empat orang anak buahnya menakluk dan siap untuk bekerja sama dengan kita."






Orang muda tampan itu memandang kepada Cui Bhok dengan sinar mata penuh selidik, alisnya berkerut dan dia berkata dengan halus, "Hemm... , aku mendengar bahwa sepuluh orang anak buah kita tewas karena racun yang disebarkan mereka?"

Diam-diam Tang Cun Sek merasa kagum. Kiranya peristiwa di lereng tadi telah diketahui oleh ketua ini, tentu ada mata-mata yang lebih dahulu melapor ke atas sebelum mereka tiba di situ.

"Benar, mereka tewas karena kurang waspada," jawab Ji Sun Bi.

Walau pun bagi Cui Bhok keadaan ketua Kim-lian-pang itu kurang menyakinkan, hanya seorang pemuda yang nampaknya tidak begitu hebat, namun mengingat bahwa pemuda itu adalah ketua Kim-lian-pang dan Tok-sim Mo-li yang demikian lihainya hanya menjadi pembantunya, dia pun tidak berani memandang rendah.

"Saya Hek-tok Pangcu Cui Bhok menghadap pangcu dari Kim-lian-pang dan menyatakan bersedia untuk bekerja sama dengan Kim-lian-pang!" katanya sambil memberi hormat.

"Hemmm...!" Kim-lian Pangcu Sim Ki Liong tersenyum dingin, namun suaranya terdengar halus saat dia berkata kepada Cui Bhok yang bertubuh tinggi besar dan wajahnya brewok menyeramkan itu. "Hek-tok Pangcu, janji penyerahan diri dan kerja sama membutuhkan kesetiaan dan kesetiaan harus dibuktikan. Anak buahmu telah membunuh sepuluh orang anak buah Kim-lian-pang, padahal enci Ji Sun Bi hanya membunuh tujuh orang anak buah Hek-to-pang. Dengan demikian, Hek-to-pang masih berhutang tiga nyawa terhadap Kim-lian-pang. Nah, apa yang akan kau lakukan untuk membuktikan kesetiaanmu?"

Mendengar pertanyaan ini, wajah yang kasar penuh brewok itu berubah menjadi pucat, lalu merah padam dan matanya terbelalak. Cui Bhok paham apa yang dimaksudkan ketua Kim-lian-pang yang masih sangat muda itu dan dia merasa penasaran. Bagaimana pun juga, kalau ketuanya hanya seorang pemuda ingusan seperti ini, dia harus melihat bukti dulu bahwa ketua yang amat muda ini memang pantas untuk menjadi atasannya sebelum dia melaksanakan segala perintahnya. Dia pun tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, sungguh tuntutan yang wajar dari seorang ketua besar sebuah perkumpulan yang besar pula! Akan tetapi, Pangcu, bagaimana pun juga, saya juga harus melihat bukti bahwa Pangcu adalah orang yang pantas untuk saya taati. Mohon petunjuk!" katanya dan pria tinggi besar ini segera memasang kuda-kuda.

Dia tidak mencabut senjata karena dia maklum bahwa dia berada di sarang harimau dan kedudukannya amat berbahaya. Dia hanya ingin menguji kelihaian ketua yang amat muda itu, lain tidak. Dia sama sekali tak ingin menentang karena dia sudah takluk kepada orang muda yang membantu Tok-sim Mo-li tadi.

Mendengar ucapan ketua Hek-tok-pang itu, Sim Ki Liong tersenyum dan wajahnya yang tampan itu nampak cerdik dan licik sekali. Tang Cun Sek memandang dengan hati tegang akan tetapi juga gembira. Ketua yang masih amat muda itu tadi hanya memandang acuh saja kepadanya, dan kini ketua itu ditantang atau diuji oleh Cui Bhok. Suatu kesempatan baik baginya untuk melihat sendiri sampai di mana kelihaian ketua ini.

Dia sudah mengukur kepandaian Cui Bhok, dan dari perlawanan ketua itu terhadap Cui Bhok, dia akan dapat mengukur sampai di mana kelihaiannya. Kalau melihat betapa Tok-sim Mo-li, yang tadi dia lihat pula kehebatannya, hanya menjadi pembantu ketua Kim-lian-pang, maka dapat diduga bahwa kepandaian ketua yang masih amat muda ini tentu hebat bukan main.

MELIHAT Cui Bhok sudah siap siaga di tengah ruangan yang luas itu, sambil tersenyum Sim Ki Liong bangkit dari kursinya. Semua anak buah Hek-tok-pang yang masih berlutut juga memandang dengan hati tegang. Mereka setuju sekali dengan sikap ketua mereka. Kalau hendak menaluk kepada seseorang, maka terlebih dahulu mereka harus melihat sendiri bagaimana lihainya orang itu!

"Cui-pangcu, permintaanmu wajar pula. Aku akan membuktikan bahwa aku memang patut kau taati. Nah, mulailah!" katanya dan dia berdiri seenaknya saja di depan Cui Bhok yang bertubuh kokoh kekar itu, berbeda dengan tubuh Sim Ki Liong yang sedang saja sehingga nampak kecil lemah di depan raksasa itu.

Cui Bhok tak mau membuang waktu lagi, lalu tiba-tiba dia mengeluarkan suara mengaum seperti singa, disusul bentakannya, "Kim-lian Pangcu, lihat seranganku!"

Tubuhnya langsung menerjang dengan dahsyatnya, kedua tangannya membentuk cakar singa, kuku jari-jari tangannya terlihat menghitam tanda bahwa kuku-kuku itu mengandung racun yang sangat berbahaya. Sekali terkena goretan kuku hitam itu akan mengakibatkan luka melepuh yang sukar disembuhkan kalau tidak memakai obat pemunah racun buatan ketua Hek-tok-pang itu!

Namun serangan bertubi-tubi yang berupa cakaran-cakaran dan cengkeraman itu dengan mudah dapat dihindarkan oleh Sim Ki Liong, hanya dengan gerakan kedua kakinya saja, kemudian dia membalas dengan tamparan lembut tapi mengandung tenaga yang dahsyat sehingga hampir saja pundak ketua Hek-tok-pang terkena tamparan. Meski pun luput dan hanya menyerempet sedikit saja, namun cukup membuat Cui Bhok terhuyung.

Tentu saja raksasa ini terkejut dan mulai merasa kagum karena hanya dalam beberapa jurus saja, bahkan baru satu kali pemuda itu menyerang, dia sudah hampir dirobohkan. Namun dia masih kurang puas, kurang yakin dan kembali dia menyerang, lebih ganas dari yang tadi.

Sementara itu Cun Sek terbelalak! Dia melihat dengan jelas betapa serangan balasan itu, tamparan yang lembut dan gerakan kaki itu adalah ilmu silat San-in Kun-hoat (Silat Awan Gunung), sebuah ilmu pilihan dari Cin-ling-pai!

Menghadapi serangan ganas dari ketua Hek-tok-pang ini, Sim Ki Liong lalu mengeluarkan bentakan nyaring, sepasang tangannya bergerak dari kanan dan kiri, menangkis sekaligus menyerang.

Begitu kedua tangannya bertemu dengan sepasang tangan ketua Kim-lian-pang, Hek-tok Pangcu Cui Bhok berteriak kaget. Kedua tangannya itu terdorong keras ke belakang dan sebelum dia sempat menghindarkan diri, ada angin pukulan dari kanan kiri menyambar ke arah kedua pundaknya. Dia pun roboh terguling, kedua pundaknya terasa nyeri seolah-olah tulangnya retak-retak!

Dia terkejut, akan tetapi juga kagum dan takluk. Dia bangkit berdiri lalu menjura dengan sikap hormat karena dia mendapat bukti betapa lihainya ketua Kim-lian-pang yang masih amat muda itu.

"Thian-te Sin-ciang (Tangan Sakti Langit Bumi)...!" Tak terasa lagi mulut Cun Sek berseru ketika dia melihat gerakan kedua tangan Sim Ki Liong tadi.

Mendengar ini, Ki Liong cepat membalik dan sepasang matanya mencorong, memandang ke arah Cun Sek. Akan tetapi pada saat itu Cui Bhok sudah berkata dengan suara kagum,

"Biar pun masih amat muda, kiranya Kim-lian Pangcu sungguh memiliki kepandaian yang sangat hebat. Saya mengaku kalah dan takluk, dan saya akan memperlihatkan kesetiaan saya kepada Pangcu!" Berkata demikian, tiba-tiba saja raksasa ini bergerak cepat sekali ke arah para anggotanya yang masih berlutut.

Terdengar teriakan berturut-turut, kemudian empat orang anak buahnya roboh dan tewas seketika dengan muka menghitam. Mereka tadi telah diserang dengan cakaran maut oleh ketua mereka sendiri. Yang menjadi korban adalah dua orang yang tadi terluka oleh Cun Sek dan dua orang lain yang tingkatannya paling rendah dalam Hek-tok-pang.

Semua anak buah Hek-tok-pang terkejut dan ketakutan, akan tetapi hati mereka menjadi lega ketika ketua mereka tidak menyerang lagi. Cui Bhok lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada sambil menghadap Sim Ki Liong.

"Nah, Pangcu. Itulah bukti dari kesetiaan kami. Dengan tewasnya empat orang anak buah saya, maka kini kami yang rugi seorang dibandingkan dengan Kim-lian-pang."

Sim Ki Liong tersenyum dan mengangguk-angguk. "Bagus, engkau memang pantas untuk kami terima sebagai sekutu dan pembantu, Cui Pangcu!"

Dia lalu bertepuk tangan, menyuruh pengawal atau anak buahnya untuk menyingkirkan keempat mayat itu, dan menyuruh anak buahnya untuk menjamu para anggota Hek-tok-pang yang kini tinggal dua puluh orang itu. Kemudian dia menyuruh para pelayan supaya menambah arak dan mengeluarkan hidangan untuk menyambut Cui Bhok. Ketika itulah dia memandang kepada Cun Sek dan bertanya kepada Ji Sun Bi.

"Siapakah dia ini yang mengenal Thian-te Sin-ciang?"

Ji Sun Bi tersenyum. "Tadi aku belum sempat mengenalkan dia. Tentu saja dia mengenal ilmu silatmu yang berasal dari Cin-ling-pai, Pangcu, karena dia adalah seorang tokoh Cin-ling-pai!"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar