*

*

Ads

Senin, 16 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 055

Raksasa brewok itu marah sekali. Goloknya mengeluarkan suara berciutan dan berubah menjadi segulung sinar yang menerjang dengan dahsyatnya ke arah Cun Sek.

Pemuda ini maklum betapa berbahayanya serangan itu, maka dia pun cepat meraba ke bawah jubahnya. Tiba-tiba saja nampak sinar emas yang mencorong dan tahu-tahu pada tangannya sudah nampak sebatang pedang yang mengeluarkan sinar emas. Itulah Hong-cu-kiam, pedang pusaka Cin-ling-pai yang bersinar emas dan yang sangat tipis sehingga dapat digulung dan disembunyikan di bawah jubah, bahkan dapat dipakai sebagai sabuk! Ketika dia mengintai di atas pohon, diam-diam dia mengambil pedang itu dari buntalannya dan memakainya sebagai sabuk, sedangkan kini buntalan pakaiannya itu dia gantungkan di atas pohon.

Melihat ini Ji Sun Bi terkejut dan kagum, akan tetapi alisnya berkerut karena dia teringat bahwa pedang itu benar-benar mirip dengan pedang Hong-cu-kiam, pedang pusaka milik Cin-ling-pai! Apa lagi ketika Cun Sek memainkan pedangnya untuk menyambut serangan golok besar dari lawannya, maka Ji Sun Bi yang tadinya kagum kini terkejut dan matanya terbelalak!

Dia adalah seorang tokoh sesat yang telah banyak pengalaman, dan dia sangat mengenal ilmu gaya Cin-ling-pai itu! Pemuda itu adalah murid Cin-ling-pai! Padahal orang-orang Cin-ling-pai adalah para pendekar yang memusuhi golongannya.

Akan tetapi kini Ji Sun Bi hanya bersikap waspada saja dan diam-diam dia memutar otak untuk mencari siasat apa yang akan dia lakukan nanti untuk menghadapi Tang Cun Sek yang mungkin sekali adalah seorang tokoh Cin-ling-pai yang termasuk musuh besarnya itu!

Dia masih ingat benar saat terjadi perang antara gerombolan pemberontak pimpinan Lam-hai Giam-lo di mana dia menjadi seorang pembantu utamanya. Dia berhadapan dengan Cia Kui Hong, puteri ketua Cin-ling-pai dan hampir saja dia tewas di tangan gadis itu! Cin-ling-pai adalah musuh besarnya!

Akan tetapi sebelum menghadapi Cun Sek sebagai musuh, dia akan mempergunakannya lebih dahulu sebagai pembantu menghadapi pihak musuh yang menyerbu Kim-lian-san ini. Memang tidak sukar baginya untuk mengirim tanda ke puncak, minta bala bantuan. Akan tetapi dia merasa malu kepada Sim Ki Liong, ketua Kim-lian-pai kalau untuk menghadapi pengacau-pengacau itu dia harus minta bantuan sang ketua!

Tepat seperti yang diduga dan diharapkan oleh Ji Sun Bi, pedang Hong-cu-kiam di tangan Cun Sek membuat raksasa brewok itu menjadi kalang kabut dan terdesak hebat! Sesudah lewat tiga puluh jurus, Hek-tok Pangcu Cui Bhok hanya sanggup menangkis saja, tanpa mampu lagi menggunakan goloknya untuk balas menyerang. Bahkan dia pun tak sempat menggunakan tangan kiri untuk melakukan serangan dengan senjata rahasianya. Begitu hebatnya gulungan sinar emas itu mendesaknya!

Akan tetapi Cun Sek memang tidak ingin membunuh ketua Hek-tok-pang ini. Dia sudah mengambil keputusan untuk bekerja sama dengan Tok-sim Mo-li, dan dia pun tahu bahwa orang seperti ketua Hek-tok-pang ini bersama anak buahnya akan merupakan pembantu yang amat berguna.

"Haiiitttttt...!"

Tiba-tiba Cun Sek merubah ilmu pedangnya dan kini dia mengeluarkan sebuah jurus dari Siang-bhok Kiam-sut, ilmu pedang yang amat hebat dan langka dari Cin-ling-pai! Ilmu ini sebenarnya merupakan ilmu simpanan, dan untung bagi Cun Sek dia sempat mempelajari beberapa jurus pilihan ilmu pedang itu dari kakek Cia Kong Liang yang dulu menjanjikan bahwa kalau dia sampai dapat menjadi ketua Cin-ling-pai, barulah dia berhak mempelajari seluruh ilmu pedang ini. Namun jurus yang dikeluarkan itu sudah lebih dari cukup.

Terdengar suara nyaring ketika golok besar itu terlepas dari tangan ketua Hek-tok-pang. Cui Bhok. Ketua itu mengeluarkan seruan kaget sambil tangan kirinya memegang tangan kanan yang luka berdarah akibat tergores ujung pedang lawan hingga membentuk guratan memanjang sampai ke siku, dan lengan bajunya juga robek. Pada saat itu pula Cun Sek sudah menodongkan pedangnya ke dadanya, membuatnya tidak berdaya sama sekali!

"Nah, Pangcu, kuharap engkau mengerti bahwa di antara kita tidak ada permusuhan. Kim-lian-pai berniat baik. Memang beberapa orang anggotamu sudah tewas di tangan toanio (nyonya) ini, akan tetapi engkau sudah membalas dengan membunuh sepuluh anggota Kim-lian-pai. Berarti engkau tidak kehilangan muka dan sudah tidak ada perhitungan lagi, bukan? Sekarang, kalau engkau mau menyatakan tunduk kepada Kim-lian-pai, aku akan menganggap engkau sebagai sahabat dan tidak akan membunuhmu."

Biar pun kasar namun Cui Bhok bukan seorang yang tolol. "Baik, aku maklum bahwa aku berhadapan dengan orang-orang yang jauh lebih pandai. Kalau Kim-lian-pai mempunyai banyak pembantu selihai engkau, maka sudah sepatutnya bila Hek-tok-pang berlindung di bawah pengaruh dan kekuasaannya. Aku menyerah! Hayo, kalian lepaskan senjata kalian dan berlutut!"

Dua puluh empat orang anggota Hek-tok-pang itu melepaskan golok mereka dan semua berlutut tanda menyerah. Melihat ini, tiga orang dari Kwi-san Su-kiam-mo menjadi marah sekali.






"Bagus kiranya Hek-tok Pangcu Cui Bhok hanyalah seorang pangecut besar!" teriak Giam Sun, kemudian bersama dua orang sute-nya dia sudah mencabut senjatanya dan mereka bertiga berloncatan ke depan. "Akan tetapi kami bertiga tetap hendak menuntut balas atas kematian sute kami! Tok-sim Mo-li, majulah engkau untuk menerima kematian di tangan kami!"

Tok-sim Mo-li- Ji Sun Bi mengerling ke arah Cun Sek, lalu dengan sikap manja dan suara merdu dia berkata, "Saudara Tang Cun Sek, relakah engkau melihat aku tewas di tangan tiga orang yang hendak mengeroyokku ini?"

Cun Sek tersenyum dan melintangkan pedang Hong-cu-kiam di depan dadanya. "Jangan khawatir, nona. Aku tidak membiarkan mereka main keroyokan dan aku yakin bahwa Hek-tok Pangcu juga akan membuktikan kesungguhan tekadnya untuk bekerja sama dengan Kim-lian-pai!"

Mendengar ini, Hek-tok Pangcu Cui Bhok melihat kesempatan untuk membuat jasa yang pertama. Dia seorang yang cerdik dan tahu bahwa yang paling menguntungkan adalah kalau berpihak kepada golongan yang lebih kuat. Maka,tanpa mempedulikan luka guratan bekas pedang Cun Sek pada tangan kanannya, dia sudah menggerakkan golok besarnya yang tadi sudah dipungutnya.

"Kwi-san Su-kiam-mo terlampau sombong! Biar aku Cui Bhok mencoba sampai di mana kelihaian pedang mereka yang begitu disombongkan!"

Kwi-san Su-kiam-mo yang kini tinggal tiga orang itu maklum bahwa mereka menghadapi lawan yang tangguh dan mereka harus mengadu nyawa. Mereka adalah orang-orang yang telah terlanjur memandang diri mereka sebagai orang-orang gagah, dan juga menganggap bahwa ilmu pedang mereka selama ini tidak ada tandingannya. Karena itu kematian sute mereka telah membuat mereka marah dan sakit hati sekali, karena terutama sekali hal ini menghancurkan bayangan mereka tentang ketangguhan diri mereka berempat.

Giam Sun mengeluarkan teriakan melengking, kemudian bersama adiknya dia pun sudah menggerakkan pedang menerjang ke depan. Giam Sun menyerang Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi, dan adiknya, Giam Kun menyerang Cun Sek, sedangkan orang ketiga, yaitu Thio Su It, menyerang ketua Hek-tok-pang. Serangan mereka langsung disambut sehingga terjadilah perkelahian yang amat hebat, seru dan mati-matian.

Sementara itu, dua puluh empat orang anggota Hek-tok-pang sekarang menjadi penonton. Tanpa perintah ketua, mereka tidak berani ikut-ikutan turun tangan biar pun mereka terus memusatkan perhatian kepada perkelahian antara ketua mereka dengan Thio Su It, dan mereka pun siap dengan golok di tangan untuk membantu ketua mereka apa bila mereka diperintah atau apa bila mereka melihat ketua mereka terdesak dan terancam bahaya.

Sambil melayani Giam Kun yang terus menyerangnya dengan sengit, diam-diam Cun Sek memperhatikan Ji Sun Bi yang diserang oleh orang pertama dari tiga orang jagoan itu. Dia pun memandang kagum. Wanita itu selain cantik manis, juga amat lihai dan kini wanita itu telah memainkan sepasang pedang secara amat indah.

Bagaikan menari saja dia melayani lawan yang menggunakan pedang. Sepasang pedang di tangan wanita itu menyambar-nyambar, cepat sekali hingga membentuk dua gulungan cahaya yang melingkar-Iingkar dan menutup semua jalan penyerangan lawan! Indah akan tetapi juga cepat dan mengandung tenaga yang amat kuat.

Maka legalah hati Cun Sek karena melihat sepintas lalu saja dia pun merasa yakin bahwa wanita itu tidak akan kalah menghadapai lawannya. Dia pun segera mencurahkan seluruh perhatiannya kepada lawan yang terus mendesaknya dengan serangan-serangan ampuh. Harus diakuinya bahwa lawannya memang mempunyai ilmu pedang yang sangat lihai dan berbahaya. Tidak mengherankan kalau orang-orang ini memakai julukan kiam-mo (setan pedang) karena memang ilmu pedang mereka amat berbahaya.

Namun tingkat kepandaian Giam Kun masih jauh sekali dibandingkan tingkat kepandaian Tang Cun Sek. Setelah menghadapi belasan jurus serangan lawan, Tang Cun Sek sudah dapat mengukur sampai di mana ketangguhan Giam Kun dan kini mulailah dia memutar pedang Hong-cu-kiam untuk membalas. Giam Kun langsung merasa terkejut sekali begitu dia memainkan pedangnya dengan cepat.

Kini Giam Kun merasa repot sekali menghadapi serangan yang datangnya bertubi-tubi itu. Dia tidak mampu membalas lagi, hanya memutar pedang sekuat tenaga untuk melindungi tubuhnya.

Pada saat Cun Sek melirik untuk melihat keadaan Ji Sun Bi, ternyata wanita itu pun telah mendesak lawannya yang terhuyung-huyung! Cun Sek tersenyum dan dia pun tidak mau kalah. Dia harus dapat memperlihatkan kepandaiannya dan jangan sampai dia dikalahkan oleh wanita yang menarik hatinya itu. Dia pun mempercepat gerakan pedangnya.

Terdengar teriakan beruntun dan Cun Sek secepat kilat mencabut pedangnya yang tadi menancap di dada lawan, hampir berbareng dengan gerakan pedang Ji Sun Bi yang juga mencabut pedangnya dari leher lawannya. Secara berbareng mereka itu saling memutar badan dan saling pandang, keduanya tersenyum melihat bahwa perlombaan itu ternyata berakhir dengan tidak ada yang lebih cepat atau lebih lambat. Mereka merobohkan lawan pada detik yang sama.

Kini tinggallah Thio Su It yang masih bertanding melawan ketua Hek-tok-pang. Ternyata tingkat kepandaian mereka seimbang walau pun Hek-tok Pangcu Cui Bhok mulai berhasil mendesaknya. Melihat betapa kedua orang suheng-nya telah roboh, tentu saja Thio Su It menjadi terkejut, berduka akan tetapi juga gentar sekali. Dia maklum bahwa tak mungkin dia dapat menyelamatkan dirinya, maka dengan nekat dia lalu melawan terus. Kenekatan Thio Su It inilah yang membuat dia menjadi lawan yang tangguh.

Melihat betapa Hek-tok Pangcu bersungguh-sungguh melawan Thio Su It, hati Ji Sun Bi sudah merasa girang bukan main. Orang ini boleh dipercaya dan boleh diharapkan untuk menghadapi tokoh Cin-ling-pai itu, pikirnya. Tiba-tiba dia menggerakan tangan kirinya dan sinar halus berwarna hitam menyambar ke arah dua orang yang sedang berkelahi itu.

Thio Su It mengeluarkan seruan lirih, lantas dia terhuyung. Pada saat pula itu ujung golok di tangan Cui Bhok telah mengenai pundaknya sehingga dia pun roboh dan dalam waktu beberapa detik saja tubuhnya berubah hitam dan dia pun tewas seketika. Golok besar itu mengandung racun yang amat hebat!

Kini tiba-tiba Ji Sun Bi merubah sikapnya yang tadi tersenyum-senyum kepada Cun Sek. "Pangcu, bantu aku menangkap mata-mata ini. Dia seorang pendekar tokoh Cin-ling-pai, musuh golongan kita!"

Mendengar ini, Hek-tok Pangcu Cui Bhok terkejut sekali, akan tetapi dia segera meloncat ke dekat Cun Sek sambil menodongkan golok besarnya dan memberi isyarat kepada dua puluh empat orang anak buahnya. Mereka itu segera mengepung Cun Sek, sedangkan Ji Sun Bi sendiri sudah berdiri di samping Cui Bhok, sepasang pedangnya di tangan dan dia memandang kepada Cun Sek yang terheran-heran itu dengan senyum mengejek.

"Wah, saudara Tang Cun Sek, tak perlu engkau berpura-pura lagi. Engkau seorang tokoh Cin-ling-pai, katakan apa maksudmu datang ke tempat kami ini. Apakah engkau datang sebagai mata-mata, sebagai musuh? Katakan terus terang sebelum kami turun tangan karena aku tak akan segan-segan membunuhmu sebagai seorang murid Cin-ling-pai yang selama ini menjadi musuh besar kami."

Tentu saja Tang Cun Sek terkejut bukan main melihat perubahan ini. Namun pemuda ini sangat cerdik dan sebentar saja otaknya yang bekerja cepat itu sudah dapat memaklumi keadaan, juga dia dapat menduga apa yang menyebabkan wanita cantik itu kini berbalik memusuhinya.

Tentu Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi ini pernah bermusuhan dengan pihak Cin-ling-pai dan tadi, ketika dia mengeluarkan pedang Hong-cu-kiam lantas memainkan ilmu silat Cin-ling-pai, wanita cantik itu mengenalnya sehingga tidak mengherankan jika wanita itu kini menaruh curiga kepadanya.

Tang Cun Sek tertawa. "Ha-ha-ha-ha, ternyata Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi yang cantik jelita dan lihai tidak mampu mengenali sahabat dan juga masih belum terlalu cerdik sehingga tidak mampu membedakan mana kawan mana lawan, ha-ha-ha!"

Ji Sun Bi mengerutkan alisnya dan sepasang matanya yang jeli itu berkilat, akan tetapi dia masih belum tersenyum. "Tang Cun Sek, apa alasannya engkau menganggap aku tidak mengenal sahabat dan tidak cerdik?"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar