*

*

Ads

Senin, 16 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 054

"Saudara Tang Cun Sek, tadi engkau sudah menolongku, memperingatkan aku mengenai racun. Dan sekarang maukah engkau membantuku menghadapi mereka? Atau kelirukah penilaianku bahwa engkau seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi?"

Cun Sek tersenyum. "Terus terang saja aku pernah mempelajari ilmu silat, akan tetapi jika dibandingkan denganmu tentu saja aku masih kalah jauh!"

"Hik-hik, aku tahu bahwa orang yang merendahkan diri itu justru merupakan lawan yang berbahaya. Tong kosong nyaring bunyinya sebaliknya tong yang penuh tidak berbunyi!"

"Aihh, jadi engkau hanya menganggap aku ini sebagai sebuah tong saja?"

"Apa salahnya menjadi tong?"

"Kalau tong beras atau tong anggur memang cukup berguna, akan tetapi tong sampah?" kelakar Cun Sek yang timbul kegembiraannya melihat sikap wanita yang lincah jenaka dan genit ini.

"Tong sampah juga berguna sekali. Akan tetapi siapa menyamakan engkau dengan tong? Engkau seorang pemuda yang begini gagah perkasa dan ganteng. Hanya saja aku ingin melihat apakah engkau mampu menghadapi seorang di antara mereka."

Cun Sek merasa kejantanannya ditantang. Kalau tadi dia bersikap tak peduli dan tak ingin mencampuri urusan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, dengan mudah saja kini dia berpihak. Tentu saja dia memilih pihak wanita yang cantik menarik ini!

"Iblis betina! Apa bila engkau tidak mau turun, terpaksa kami memaksamu turun bersama antekmu itu!" terdengar lagi suara dari bawah.

Dan tiba-tiba dari bawah tampak sinar berkelebat ketika dua batang hui-to (pisau terbang) meluncur ke arah Cun Sek dan Ji Sun Bi. Pisau-pisau terbang itu dilempar oleh Thio Su It, orang ke tiga dari Kwi-san Su-kiam-mo yang mempunyai keahlian menggunakan pisau ini sebagai senjata rahasia.

Sebelum Ji Sun Bi menggerakkan tubuhnya, Cun Sek lebih dahulu menggerakkan kedua lengannya. Kedua tangannya menyambar ke bawah dan ternyata dia sudah menyambut dua batang pisau itu! Kalau saja yang melemparkan pisau itu adalah orang Hek-tok-pang, tentu saja dia tak akan berani menyambut dengan tangan begitu saja karena ada bahaya keracunan. Akan tetapi yang menyambitkan pisau adalah salah satu di antara tiga orang yang dibayangi dari kota tadi, maka dia berani menyambutnya.

Tanpa berkata apa pun, Cuk Sek memandang ke bawah dan melihat salah satu anggota Hek-tok-pang mengacung-acungkan goloknya, diikuti oleh seorang anggota lain dan kini mereka berdua mendekati batang pohon di mana dia dan Ji Sun Bi berada. Dia lantas melemparkan dua batang pisau terbang tadi ke bawah, namun membidik ke arah pundak kedua orang itu.

Dua sinar menyambar turun, dibarengi suara mencuit nyaring dan dua orang anggota Hek-tok-pang itu lantas roboh sambil berteriak kesakitan. Pundak mereka sudah tertusuk pisau terbang tanpa mereka dapat mengelak saking cepatnya dua pisau itu menyambar. Melihat hal ini, Ji Sun Bi merasa girang bukan main. Dengan mesra dan lembut dia memegang tangan Cun Sek dan berbisik dengan suara merdu,

"Bagus sekali! Ternyata engkau adalah seorang yang sangat lihai. Saudara Tan Cun Sek yang gagah, mari kau bantu aku menundukkan mereka dan selanjutnya aku akan menjadi sahabatmu yang amat manis. Engkau akan kuhadapkan kepada pangcu kami dan engkau akan bisa menjadi pembantu kami yang utama. Coba kau perlihatkan kepandaianmu dan kau kalahkan ketua Hek-tok-pang itu!"

Cun Sek tersenyum. Memang lebih enak jika memihak wanita cantik ini dari pada mereka yang berada di bawah. Lagi pula dia sendiri perlu mendapat kedudukan yang kuat untuk memulai hidup baru. Bila dia bersekutu dengan wanita yang lihai ini, agaknya bukan saja kedudukannya kuat, akan tetapi dia juga memperoleh kehangatan dan kemesraan yang tentu akan amat menyenangkan.

Dia memandang ke bawah. Ketua Hek-tok-pang itu memang terlihat amat menyeramkan. Seorang raksasa brewok yang kasar dan dia tahu juga amat lihai, apa lagi dengan racun-racun berbahaya. Namun tentu saja dia tidak merasa takut, maka dia pun mengangguk.

"Baiklah, aku memang ingin sekali mencobanya. Mari kita turun dan kita hadapi mereka!" Berkata demikian, Cun Sek lalu melayang turun dari atas pohon itu seperti seekor burung garuda besar menyambar.

Dengan senyum girang Ji Sun Bi memandang dan dari cara pemuda itu melayang turun saja dengan mudah dia dapat menduga bahwa memang pemuda itu bukan orang biasa, melainkan memiliki ilmu kepandaian tinggi. Tidak disangkanya bahwa dalam menghadapi musuh yang telah menewaskan sepuluh orang anak buahnya ini dia akan bertemu dengan seorang pemuda yang tampan, gagah perkasa dan suka membantunya! Dia pun segera melayang turun untuk mendampingi pemuda itu menghadapi musuh-musuhnya.






Tiga orang dari Kwi-san Su-kiam-mo dan Hek-tok Pangcu juga terkejut melihat cara kedua orang itu melayang turun. Mereka tidak tahu kalau Cun Sek adalah orang luar yang hanya kebetulan saja bertemu dengan iblis betina itu tetapi mengira bahwa Cun Sek tentu rekan dari Tok-sim Mo-li yang pandai.

cerita silat online karya kho ping hoo

Sebelum mereka mengerahkan anak buah untuk mengeroyok, lebih dahulu Tok-sim Mo-Ji Ji Sun Bi berkata dengan nada suara mengejek. Tentu saja dia tahu kenapa orang-orang itu datang menyerbu Kim-lian-san, namun dia sengaja ingin agar Cun Sek mendengarkan percakapan mereka supaya pemuda itu tahu mengenai duduknya perkara dan bagaimana selanjutnya sikap Cun Sek, apakah tetap ingin membantu padanya atau tidak, ingin sekali dia mengetahuinya.

"Haiiii! Kalian ini apakah orang-orang gila yang tiada hujan tiada angin berani menyerbu Kim-lian-san dan telah membunuh sepuluh orang anggota Kim-lian-pai kami?"

Mendengar pertanyaan itu gerombolan orang yang tadinya sudah siap mengeroyok cepat menunda gerakan mereka. Hek-tok Pangcu Cui Bhok yang kasar itu menggereng seperti seekor singa terluka, matanya melotot merah dan dia lalu berteriak lantang.

"Tok-sim Mo-li, tak perlu engkau berpura-pura dan bertanya lagi. Engkau telah menyerbu tempat tinggal kami di lembah Huang-ho dan menewaskan banyak anak buah kami, tetapi sekarang engkau masih bertanya lagi mengapa kami datang menyerbu. Tentu saja untuk membalas dendam dan membunuhmu!"

Sun Bi tersenyum lebar, manis sekali. "Hek-tok Pangcu, aku datang ke tempatmu untuk memperkenalkan Kim-lian-pai kami dan minta kepadamu agar mengakui kekuasaan kami, akan tetapi engkau malah mengerahkan orang-orangmu sehingga aku pun terpaksa turun tangan memberi hajaran. Jika aku menghendaki, pada saat itu juga aku dapat membunuh kalian semua. Akan tetapi kami dari Kim-lian-pai tak bermaksud memusuhi golongan lain, melainkan hendak mengajak kerja sama. Engkau dan orang-orangmu secara curang telah membunuh sepuluh orang anggota kami, biarlah hal itu sebagai imbangan kematian anak buahmu di tanganku tempo hari. Dan sekarang tentu engkau suka menyerah dan mau membantu kami"

"Tidak sudi! Aku tidak akan menyerah sebelum orang mengalahkan aku!" bentak ketua Hek-tok-pang itu.

"Baiklah. Ada sahabatku ini, Tang Cun Sek yang akan mengalahkanmu. Dan kalian ini, bukankah tiga orang dari Kwi-san Su-kiam-mo? Ada apakah kalian juga ikut-ikutan datang menyerbu ke tempat tinggal kami?"

Giam Sun, orang tertua dari mereka cepat melangkah maju, mukanya merah padam dan matanya melotot. "Iblis betina, kami datang untuk minta tebusan nyawa sute kami, Yauw Kwan! Masihkah engkau pura-pura bertanya lagi?"

"Aihh, Yauw Kwan? Pemuda bodoh yang tidak tahu diuntung itu? Dia hendak memaksaku untuk menikah! Tentu saja aku tidak mau terikat dengan pernikahan tolol itu. Maka kami bertengkar, lalu berkelahi. Di dalam perkelahian itu dia kalah dan roboh tewas. Apa pula yang harus diributkan? Dia tewas dalam perkelahian yang adil dan tidak penasaran. Dan sekarang kalian bertjga datang hendak mengeroyokku? Lebih baik kalian cepat insyaf dan menyadari kesalahan sute kalian, lalu bekerja sama dengan kami dari Kim-lian-pai..."

"Tak perlu banyak cakap lagi! Engkau atau kami yang harus mampus!" bentak Giam Sun marah.

"Aha, begitukah ? Kalian hendak main keroyok? Ataukah sebaliknya kalau kita bertanding seperti orang-orang gagah? Kalau begitu biar sahabatku Tang Cun Sek ini yang lebih dulu menghadapi ketua Hek-tok-pang."

Hek-tok Pangcu Cui Bhok memang sudah tidak sabar mendengar percakapan antara Ji Sun Bi dan Giam Sun tadi. Semenjak tadi dia telah memandang kepada Cun Sek dengan sepasang mata merah. Pemuda itu memang bertubuh tinggi tegap, akan tetapi selebihnya tidak mendatangkan kesan apa-apa maka dia pun memandang rendah.

Biar pun calon lawan itu tinggi tegap, namun nampak kecil ringkih dibandingkan tubuhnya yang tinggi besar seperti raksasa. Agaknya, dengan sekali tangkap saja dia akan mampu mematahkan tulang punggung pemuda itu. Kini, mendengar ucapan si iblis betina, tanpa banyak cakap lagi dia pun segera menerjang dan menyerang Cun Sek dengan goloknya yang lebar dan panjang!

"Singgg...!" Golok itu menyambar lewat dekat kepala Cun Sek saat pemuda ini mengelak dengan lincah sekali.

Gerakan ketua Hek-tok-pang itu memang cepat bukan main dan hal ini saja membuktikan alangkah besar tenaganya sehingga dia mampu memainkan golok yang sangat berat itu bagaikan sebatang senjata yang sangat ringan saja.

Namun bagi Cun Sek kecepatan itu masih nampak terlalu lambat. Pemuda yang pernah mempelajari banyak macam ilmu silat, bahkan secara beruntung sudah dapat menguasai pula ilmu-ilmu dari Cin-ling-pai ini memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi dari tingkat lawan. Oleh karena itu bacokan golok yang pertama tadi bisa dielakkannya dengan amat mudah. Bahkan pada waktu mengelak ke samping dia masih sempat mengirim pukulan ke arah lambung lawan.

"Wuutttttt...!"

Ketua Hek-tok-pang terkejut bukan main. Dia yang menyerang dengan goloknya, namun kini malah dia yang terancam bahaya. Pukulan itu mendatangkan angin yang sangat kuat sehingga terpaksa dia melempar tubuh ke belakang, lalu berjungkir balik dan hampir saja terpelanting jatuh!

Terdengar orang bertepuk tangan. Kiranya Ji Sun Bi yang bertepuk tangan memuji.

"Hebat, engkau hebat, saudara Tang Cun Sek!" Wanita itu memuji dengan kagum dan juga girang bukan main. Tak disangkanya bahwa pemuda itu mempunyai ilmu kepandaian sehebat itu sehingga dalam segebrakan saja hampir dapat membuat ketua Hek-tok-pang itu roboh!

Akan tetapi hal itu terjadi karena Hek-tok Pangcu memandang rendah lawannya sehingga dia sama sekali tidak memperhatikan pertahanan diri. Kini dia marah bukan main. Akan tetapi, di samping marah dia juga penasaran dan lebih waspada karena dia mulai dapat menduga bahwa lawannya ini ternyata jauh lebih lihai dari pada nampaknya.

Tiba-tiba Hek-tok Pangcu Cui Bhok mengeluarkan gerengan yang sangat dahsyat. Itulah ilmu khikang yang disalurkan melalui suara sehingga lawan yang tidak mempunyai tenaga sakti yang kuat akan dapat dilumpuhkan oleh serangan suara ini yang disebut Sai-cu Ho-kang (Auman Singa), seperti yang suka dilakukan binatang buas seperti beruang, singa, harimau dan lain-lain.

Seekor singa bisa melumpuhkan calon korban hanya dengan auman yang menggetarkan jantung calon korbannya atau lawannya, malah sudah banyak pula manusia yang menjadi korban binatang buas, belum apa-apa sudah merasa lumpuh dan tidak mampu melarikan diri begitu mendengar auman binatang buas itu.

Kini Hek-tok Pangcu itu agaknya juga menggunakan ilmu semacam itu. Suara aumannya menggetarkan jantung. Akan tetapi yang sekarang dihadapinya adalah seorang pemuda gemblengan yang memiliki ilmu kepandaian tinggi.

Cun Sek juga merasa betapa auman itu sudah menggetarkan jantungnya, namun dengan pengerahan sinkang-nya dia bisa menolak pengaruh itu dan hanya tersenyum mengejek. Keika auman berhenti, golok besar itu sudah menyambar-nyambar dan berubah menjadi gulungan sinar yang menyilaukan mata. Agaknya raksasa brewok itu telah menggunakan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk melakukan serangan. Tiba-tiba, tangan kirinya bergerak dan nampak uap hitam menyambar ke arah Cun Sek!

Hal inilah yang dinanti-nantikan oleh Cun Sek. Dia tahu bahwa Hek-tok-pang merupakan perkumpulan ahli racun, karena itu tentu saja ketuanya pandai sekali memainkan senjata beracun. Maka, begitu tangan itu bergerak dan nampak uap hitam menyambar, tahulah dia bahwa lawannya sudah menyebar bubuk racun yang amat berbahaya dan yang sudah rnenewaskan lima orang wanita anggota Kim-lian-pai tadi.

Dia pun cepat-cepat mengumpulkan pernapasannya, lalu meniup ke arah asap atau uap hitam Itu. Uap hitam itu langsung membuyar dan bahkan tiga orang Kwi-san Sun-kiam-mo berloncatan menyingkir agar jangan terkena uap hitam yang menyebar. Demikian pula Ji Sun Bi yang cepat meloncat mundur ke belakang.

"Hek-tok Pangcu bukan seorang laki-laki jantan, belum apa-apa sudah mengandalkan uap beracun!" Cun Sek mengejek. Kini uap itu sudah menjauhi dirinya, terpukul dan terdorong oleh tiupan mulutnya tadi.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar