*

*

Ads

Senin, 16 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 052

Semenjak meninggalkan Cin-ling-pai, dia memang tidak mempunyai tujuan tertentu. Satu-satunya tujuan perjalanannya hanyalah mencari ayah kandungnya, yaitu seorang tokoh yang menurut ibunya amat lihai dan berjuluk Ang-hong-cu. Selama ini dia sudah bertanya-tanya, namun biar pun ada pula orang-orang kang-ouw yang pernah mendengar nama Si Kumbang Merah, namun tak seorang pun mengetahui di mana adanya tokoh yang sudah lama tidak pernah muncul di dunia kang-ouw itu.

Akhirnya, menjelang tengah hari, rombongan itu tiba di lereng Bukit Teratai Emas. Mereka tadi mendaki dengan amat hati-hati, dan setelah tiba di lereng yang terjal, tak begitu jauh lagi dengan puncak dan nampak tertutup pohon-pohon raksasa, mereka lantas berhenti. Cun Sek menyelinap dekat dan mengintai dari balik semak belukar.

Dia melihat betapa kini para anggota Hek-tok-pang itu menyebar bubuk hitam di antara semak-semak di kanan kiri jalan setapak. Selain bubuk hitam yang disebarkan pada daun dan duri semak-semak, juga ketua mereka menebarkan benda-benda kecil runcing seperti paku berwarna hitam di atas tanah. Bukan sembarang paku, melainkan benda bulat kecil yang mempunyai banyak duri seperti ujung paku pada permukaannya sehingga setelah disebar di atas tanah, maka ada saja duri runcing yang mencuat ke atas sehingga siapa saja yang lewat di jalan setapak itu tentu akan menginjak benda itu dan karena benda itu runcing sekali, maka mungkin saja dapat menembus sepatu dan melukai kulit telapak kaki!

TAHULAH Cun Sek bahwa benda runcing itu tentu mengadung racun yang berbahaya, juga bubuk hitam yang ditaburkan itu tentu racun yang sangat jahat! Hatinya menjadi tegang, dan secara diam-diam dia harus mengakui bahwa orang-orang ini merupakan lawan yang amat curang dan berbahaya sekali.

Setelah menebarkan bubuk hitam pada semak-semak dan benda-benda runcing di jalan setapak, mereka semua lantas menuruni lereng dan kini di sebelah bawah, tidak jauh dari tempat yang ditebari racun itu, mereka mengumpulkan ranting dan daun kering kemudian membakar setumpuk daun dan ranting kering! Kini mereka semua bersembunyi di kanan kiri, dekat api yang mereka buat itu, setiap orang siap dengan senjata di tangan!

Cun Sek mengangguk-angguk. Orang-orang ini benar-benar licik. Agaknya mereka tidak berani menyerbu naik, maka menggunakan siasat ini. Mereka membakar tempat itu untuk memancing pihak musuh menuruni puncak, namun sebelum tiba di tempat yang mereka bakar, tentu pihak musuh akan melalui jalan setapak yang telah penuh dengan benda dan bubuk beracun. Celakalah kiranya pihak musuh yang berada di puncak itu, pikirnya.

Namun dia tidak ingin mencampuri. Bukan urusannya. Dia hanya ingin menjadi penonton dan ada kenikmatan tersendiri di dalam hatinya menonton peristiwa yang menegangkan hati ini.

Tepat seperti yang diduga oleh Cun Sek, tidak lama kemudian dari tempat sembunyinya dia melihat lima orang laki-laki berlarian dari atas, turun dari puncak menuju ke tempat kebakaran. Mereka adalah lima orang laki-laki yang mempunyai ilmu meringankan tubuh yang lumayan, terbukti dari cara mereka berlari yang cukup cepat biar pun harus melalui jalan setapak yang cukup sukar dengan adanya batu-batu yang berserakan. Kalau tidak hati-hati maka kaki mereka akan terpeleset dan jika sampai terjatuh di atas jalan setapak berbatu-batu itu, maka akan membuat kulit mereka babak belur.

Makin dekat lima orang itu datang ke jalan setapak yang dipasangi racun, makin kencang debar jantung Cun Sek karena tegang. Sedikit pun dia tidak ingin memperingatkan kelima orang itu. Dia tak ingin berpihak, karena dia tidak mengenal kedua pihak itu. Apakah lima orang itu akan mampu menghindarkan diri dari ancaman malapetaka?

Sementara itu, sesudah mereka sampai dekat api yang nampak dari atas, tentu saja lima orang yang datang dari puncak itu mempercepat larinya dan kini mereka memasuki jalan setapak yang telah ditaburi dengan benda berduri tadi. Berturut-turut terdengar mereka itu berteriak kaget.

Akan tetapi benda runcing yang menembus sepatu mereka hingga melukai telapak kaki, agaknya mengandung racun yang sangat hebat sehingga sekali berteriak, tubuh mereka lantas terguling. Tentu saja mereka jatuh menimpa benda-benda runcing beracun itu, dan begitu terjatuh, mereka tidak dapat bergerak lagi, merintih pun tidak mampu dan nampak beberapa bagian tubuh mereka menjadi hitam!

Dari tempat persembunyiannya, Cun Sek bergidik. Racun hitam itu ampuhnya luar biasa! Begitu terjatuh, lima orang itu tewas seketika sehingga mayat mereka malang melintang menutup jalan setapak.

Pada saat itu pula Cun Sek melihat lima bayangan orang berlari cepat menuruni puncak. Sebentar saja lima sosok bayangan itu sudah tiba di sana dan dia melihat bahwa mereka adalah lima orang wanita yang usianya antara tiga puluh sampai empat puluh tahun, rata-rata memiliki wajah cantik dan tubuh yang ramping padat.

Dia pun diam saja, hanya memandang penuh perhatian karena dari gerakan mereka itu, dia dapat menduga bahwa mereka lebih lihai dari pada lima orang pertama yang menjadi korban racun. Apakah mereka akan mampu melewati tempat yang merupakan perangkap maut itu?






Lima orang itu menghentikan lari mereka dan mereka terbelalak memandang ke arah lima orang yang telah tewas dan malang melintang di jalan setapak itu. Mereka mengamati ke arah tanah dan saling berbisik, agaknya mereka maklum bahwa lima orang pria itu sudah menjadi korban benda-benda kecil beracun yang bertebaran di atas jalan setapak.

"Ikuti aku!" kata seorang di antara mereka dengan nada memimpin.

Dia lalu mencabut pedang, menggunakan pedangnya untuk membacok putus dua batang ranting pohon. Teman-temannya cepat meniru perbuatannya sehingga kini masing-masing mereka memegang dua buah kayu ranting yang besarnya selengan tangan mereka. Lalu, didahului oleh pemimpin mereka, lima orang wanita itu mempergunakan dua batang kayu untuk menyeberangi jalan setapak yang penuh dengan benda-benda runcing beracun itu tanpa menyentuhkan kaki ke atas tanah.

Akan tetapi begitu mereka melewati jalan setapak itu, melangkahi lima sosok mayat yang malang melintang dan mereka tiba di seberang jalan berbahaya itu, mereka mengaduh-aduh lantas lima orang wanita itu pun terpelanting jatuh dari atas dua batang tongkat yang tadi mereka pergunakan untuk menyeberang sebagai pengganti kaki.

Cun Sek tak merasa heran. Lima orang wanita itu ternyata memang dapat menghindarkan kaki mereka sehingga tidak tertusuk benda runcing dan keracunan, namun mereka tidak tahu bahwa semak-semak di kanan kiri jalan itu telah ditebari bubuk hitam beracun. Ketika mereka lewat, tangan mereka terkena daun-daun yang sudah mengandung racun, maka ketika tiba di seberang, mereka merasa betapa kedua tangan mereka gatal dan panas.

Rasa gatal dan panas itu menjalar ke seluruh tubuh dan lima orang wanita itu kemudian bergulingan, menggunakan kedua tangan untuk mencakari tubuh sendiri hingga pakaian mereka koyak-koyak dan mereka berlima itu sampai telanjang bulat, namun tidak berhenti menggaruk dan tubuh mereka segera penuh dengan guratan merah dan hitam.

Mereka pun tewas dalam keadaan tersiksa sekali, tidak seperti lima orang pria tadi yang tewas seketika. Sebelum tewas, lima orang wanita itu harus menderita siksaan rasa gatal dan panas yang menjalar dari tangan mereka yang terkena bubuk racun hitam sampai ke seluruh tubuh!

Kembali Cun Sek bergidik ngeri. Sungguh hebat sekali! Sungguh bukan main kejamnya orang-orang Hek-tok-pang itu! Akan tetapi dia tetap hanya menjadi penonton dan tinggal tidak berpihak. Akan tetapi kini dia semakin tertarik. Agaknya yang menjadi korban racun itu, lima orang pria dan lima orang wanita, hanyalah anak buah saja.

Rombongan yang masih bersembunyi itu agaknya masih menunggu musuh mereka yang tadi mereka sebut-sebut, yaitu iblis betina! Sementara itu Cun Sek sendiri pun ingin sekali tahu bagaimana macamnya iblis betina itu dan bagaimana lihainya sehingga dua puluh delapan orang itu masih saja bersembunyi dengan senjata di tangan, agaknya siap untuk mengeroyok musuh yang ditunggu-tunggu itu.

Ketika Cun Sek memperhatikan tiga orang yang dibayanginya dari kota tadi, tiba-tiba dia melihat mereka menuding ke arah puncak bukit dan sikap mereka tegang sekali. Dia pun langsung memandang ke arah puncak dan nampaklah sesosok bayangan sedang berlari cepat seperti terbang menuju ke tempat itu. Dia merasa betapa hatinya tegang sekali.

Agaknya itulah orang yang mereka nanti-nanti, yang disebut iblis betina! Tentu orangnya sangat menakutkan, seperti iblis, mungkin sudah nenek-nenek, yang lihainya bukan main. Akan tetapi, semakin dekat sosok tubuh itu, semakin terbelalak lebar mata Cun Sek! Apa lagi sesudah wanita itu tiba di dekat jalan setapak yang beracun, dan memandangi mayat lima orang pria dan lima orang wanita di seberang jalan, Cun Sek melongo.

Dia adalah seorang wanita yang usianya sekitar tiga puluh tahun. Pakaiannya serba indah dan mewah sehingga nampak ganjil sekali seorang wanita berpakaian seindah itu berada di dalam hutan! Dan cantiknya! Bentuk tubuhnya! Seorang wanita yang telah matang dan penuh daya tarik, menggairahkan! Kalau saja tidak nampak gagang sepasang pedang di balik pundaknya, tentu tidak ada seorang pun yang dapat menduga bahwa wanita cantik yang lemah-gemulai ini adalah seorang ahli silat yang amat pandai!

Wajah itu bulat dan kulitnya putih kemerahan, dan kecantikan itu masih ditambah dengan bedak serta pemerah pipi dan bibir. Pandang matanya amat tajam, dan kerlingnya begitu memikat sehingga akan sukar ditemukan pria yang mampu bertahan bila disambar kerling mata seperti itu.

Begitu melihat wanita itu, seketika timbul rasa sayang dan suka di dalam hati Cun Sek, maka tanpa ditanya lagi otomatis hatinya sepenuhnya berpihak kepadanya! Oleh karena itu, ketika melihat wanita itu agaknya ragu-ragu dan hendak menyeberang melewati jalan setapak yang mengandung ancaman maut itu, tanpa disadarinya sendiri dia lalu berseru,

"Hati-hati, nona! Jangan lewat jalan itu, tanah dan semak-semaknya sudah ditaburi racun jahat!"

Tiba-tiba saja wanita itu meloncat ke samping, tinggi sekali dan bagaikan seekor burung terbang, tubuhnya sudah melayang lantas hinggap di atas cabang pohon, terus diayunnya tubuhnya itu hingga melayang ke atas lagi, lalu hinggap lagi di cabang lain dan demikian seterusnya sehingga dalam waktu beberapa detik saja dia sudah hinggap di atas cabang pohon di depan Cun Sek!

Cun Sek memandang terbelalak kagum bukan main. Kiranya wanita itu bukan saja cantik manis, akan tetapi juga memiliki ginkang yang demikian hebatnya hingga nampak bagai seekor burung yang sangat indah, yang kini berdiri di atas cabang sambil memandang kepadanya dengan sinar matanya yang jeli indah dan mulutnya yang tersenyum manis.

"Siapakah engkau dan mengapa engkau memperingatkan aku tentang bahaya racun itu?" Wah, bukan hanya wajahnya cantik tubuhnya menggairahkan, sinar mata dan senyumnya memikat, juga suaranya amat merdu.

Tanpa menyembunyikan kekaguman pada pandang matanya, Cun Sek menjawab sambil tersenyum. "Tadinya aku memang hanya menjadi penonton, tak ingin mencampuri urusan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan aku. Akan tetapi, melihat engkau yang begini cantik jelita terancam bahaya maut yang demikian mengerikan, aku merasa tidak tega sehingga tanpa kusadari aku sudah berteriak memberi peringatan."

Di dalam hatinya dia masih merasa heran mengapa yang muncul seorang wanita yang demikian cantiknya. Bukankah yang dinanti oleh orang-orang di bawah itu adalah seorang iblis betina?

Kini dua puluh delapan orang itu sudah bermunculan dari tempat persembunyian mereka dan mereka telah siap dengan senjata di tangan. Terdengar raksasa brewok tadi berteriak sambil mengacungkan golok besarnya ke arah pohon.

"Iblis betina, turunlah! Mari kita membuat perhitungan!"

"Tok-sim Mo-li (Iblis Betina Berhati Racun), bersiaplah engkau untuk menebus nyawa sute Yauw Kwan!" orang pertama dari Kwi-san Su-kiam-mo juga berteriak sambil menudingkan pedangnya ke arah wanita yang masih di atas cabang pohon itu.

Kini Cun Sek semakin kaget. Kiranya benar wanita ini yang disebut Iblis Betina. Wah, bagi dia, wanita ini lebih pantas disebut bidadari kahyangan!

Semua penilaian melahirkan pendapat yang palsu, karena penilaian selalu didasari pada perhitungan untung rugi si penilai. Bila mana yang dinilai itu menguntungkan, dan berarti menyenangkan, tentu dinilainya baik, sebaliknya jika merugikan atau tak menyenangkan, maka akan dinilainya buruk.

Para anggota Hek-tok-pang telah dirugikan oleh Tok-sim Mo-li, banyak anggotanya yang tewas di tangan wanita itu, maka tentu saja menganggap wanita itu jahat sekali, bahkan kecantikan wanita itu tidak lagi menarik karena telah timbul kebencian dan dendam dalam hati mereka. Seperti itu pulalah perasaan tiga orang di antara Kwi-san Su-kiam-mo yang menaruh dendam karena sute mereka tewas di tangan wanita itu.

Akan tetapi sebaliknya, Cun Sek sama sekali tidak pernah merasa dirugikan oleh wanita itu, dan ketika melihat kecantikan wanita itu, dia menilainya sebagai seorang wanita yang menarik dan patut dibela! Orang seperti Cun Sek ini tentu saja hanya menilai seseorang hanya dari kulitnya. Dia lupa bahwa kecantikan hanya setipis kulitnya, hanya merupakan pembungkus belaka, pembungkus tengkorak dan rangka yang sama pada setiap orang manusia.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar