*

*

Ads

Rabu, 11 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 041

"Wah, tak tahu malu…….. !" Hay Hay menggunakan jari tangan kanan untuk menjepit hidungnya. "Bau……. bau……. ! Pergilah!" Kakinya menendang.

"Desss……. !"

Perut gendut itu kena ditendang dan tubuh itupun terlempar, terbanting dan bergulingan. Si gendut merasa mulas sekali dan diapun tidak mampu bangkit kembali, hanya menekan-nekan perut yang terasa mulas dalam keadaan setengah pingsan!

Melihat rekannya tak mampu melawan lagi, Hek-houw Ji Sun marah bukan main. Kekalahan rekannya ini berarti merupakan sesuatu yang memalukan dirinya juga. Dia masih belum percaya bahwa rekannya itu kalah melawan pemuda ini. Akan tetapi kenyataan itu tidak membuat dia jerih.

"Bagus! Pemuda sombong, kiranya engkau memiliki juga sedikit kepandaian! Pantas engkau berani membuat kekacauan di kota Shu-lu ini!"

Dia meloncat ke depan, berhadapan dengan Hay Hay.
"Kalau engkau mampu menandingi Hek-houw Ji Sun, barulah aku mengakui kehebatanmu!"

"Sungguh disini banyak harimaunya! Ada harimau gundul, ada harimau hitam, dan entah harimau apalagi. Akan tetapi sayang, harimau-harimau disini agaknya sudah ompong dan kehilangan kukunya, sehingga hanya pantas untuk menakut-nakuti kanak-kanak saja. Hek-houw Ji Sun, aku tidak mencari permusuhan dengan kalian atau dengan siapapun juga. Aku hanya ingin bertemu dengan Hartawan Coa, mengapa kalian menghalangi dan mencari keributan dengan aku?"

Hek-houw Ji Sun mendelik dan dia lalu mengeluarkan suara gerengan yang mengejutkan hati Hay Hay juga. Banyak anak buah para jagoan itu sendiri sampai terkulai seperti mendadak kaki mereka lumpuh ketika gerengan yang merupakan auman itu menggetarkan jantung mereka.

Tahulah Hay Hay bahwa orang ini mahir sekali mempergunakan suara untuk menyerang lawan. Semacam ilmu khi-kang yang disalurkan lewat suara untuk menyerang! Pantas dia menjadi juru bicara teman-temannya. Hay Hay tidak pernah memandang rendah lawannya. Akan tetapi, serangan melalui auman harimau itu lewat tanpa mempengaruhinya. Kalau hanya serangan seperti itu saja tidak ada artinya bagi Hay Hay. Kalau dia mau, dia dapat membalas dengan serangan melalui suara yang seketika akan melumpuhkan lawan!

Seperti kebanyakan para jagoan tukang pukul yang biasa mengandalkan kekerasan dalam hidup mereka, juga Hek-houw Ji Sun ini terlalu mengandalkan kepandaian sendiri, memandang remeh orang lain. Biarpun dia tadi melihat betapa rekannya kalah oleh Hay Hay dengan mudah, namun dia masih belum mau mengakui kehebatan lawan dan kini dia menyerang dengan tangan kosong, mengandalkan keampuhan ilmu silatnya yang dia beri nama Hek-houw sin-kun (silat sakti Harimau Hitam).

Begitu gerengannya lenyap dan tinggal gemanya saja, dia sudah menyerang. Tubuhnya melompat seperti seekor harimau menubruk, kedua lengannya dikembangkan dan jari-jari tangan itu membentuk cakar, mencengkeram ke arah leher dan ubun-ubun kepala lawan!

Hay Hay sudah waspada. Dia cepat mengelak dan membiarkan tubuh lawan lewat. Kalau dia mau, alangkah mudahnya untuk menyambut serangan itu dengan serangan balasan, akan tetapi dia tidak ingin menghilangkan muka lawan ini. Memang ilmu silat dari Hek-houw Ji Sun itu hebat sekali. Cepat dan juga mengeluarkan angin pukulan yang kuat, dan jari-jari tangan itu sanggup merobek benda yang kuat dan keras, apalagi hanya kulit dan daging tubuh manusia!

Namun, semua serangannya selalu dapat dielakkan oleh Hay Hay. Beberapa kali dia menubruk dan selalu gagal. Karena itu, dia lalu menyerang dari jarak dekat. Kedua tangannya, seperti cakar harimau, menyambar-nyambar dengan kuat sekali.

Hay Hay terpaksa menangkis ketika tangan kiri lawan dengan cepat bukan main mencengkeram ke arah lambung kanannya. Tangan kanannya menangkis lengan lawan, akan tetapi tangan yang tertangkis itu cepat membalik dan kini mencengkeram lengan kanan Hay Hay dekat siku.

Lengan itu kena dicengkeram dan Hek-houw Ji Sun sudah merasa girang sekali karena tentu lengan itu akan dapat dia cengkeram sampai patah dan buntung! Akan tetapi, alangkah terkejutnya ketika jari-jari tangannya merasa betapa lengan yang dicengkeramnya itu licin sekali, seperti batangan baja yang diminyaki sehingga cengkeramannya meleset dan hanya merobek lengan baju!

“Breettt!"

Tangan Hay Hay cepat sekali meraih baju orang dan sekali renggut, baju di bagian perut dan dada dari Hek-houw Ji Sun terobek lebar sehingga nampak perut dan dadanya yang berkulit hitam!






"Salahmu sendiri, engkau merobek lengan bajuku, maka akupun harus merobek bajumu baru lunas!" kata Hay Hay.

Diam-diam Hek-houw Ji Sun terkejut. Kalau dia tadi merobek lengan baju, hal ini tidak disengajanya karena dia gagal mencengkeram patah lengan pemuda itu. Sebaliknya, pemuda itu sengaja merobek bajunya. Kalau pemuda itu menghendaki, tentu bukan bajunya yang dirobek, melainkan perut dan dadanya!

Baru dia tahu benar bahwa ilmu silat dan gerakan pemuda ini memang hebat bukan main, maka dia tidak mau mengalami seperti rekannya tadi dan cepat dia sudah melompat ke samping, menyambar golok dan tameng (perisai) yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

"Orang muda, keluarkan senjatamu! Mari kita bertanding senjata!" tantangnya dengan garang.

Hay Hay tersenyum. Dia melihat betapa lengan bajunya yang kanan sudah robek, maka dia menggunakan tangan kiri untuk merenggut putus robekan itu. Kini ada robekan kain dari lengan bajunya, hanya sehelai kain yang panjangnya setengah meter.

"Baik, Hek-houw Ji Sun, inilah senjataku!"

Semua orang terbelalak, dan wajah Ji Sun yang hitam menjadi semakin hitam karena darah naik banyak ke kepalanya. Dia telah dipandang rendah, dihina bahkan oleh musuhnya yang masih muda itu Bagaimana mungkin ada orang berani menghadapi golok dan perisainya yang sudah terkenal kehebatannya itu hanya dengan sepotong kain yang pendek? Pemuda ini mencari mampus! Juga semua orang memandang dengan heran, tidak percaya bahwa pemuda itu akan berani menghadapi sepasang senjata itu dengan sepotong kain!

"Orang muda, aku bukan seorang yang suka mempergunakan kelicikan untuk mencari kemenangan. Keluarkan senjatamu agar engkau tidak mati konyol dan orang akan mentertawakan aku!"

"Aih, engkau menantang berkelahi dengan senjata dan ini adalah senjataku! Engkau tidak percaya? Hemm, dengan senjataku yang istimewa ini aku sanggup mengalahkan sepuluh ekor harimau, apalagi baru seekor! Majulah, Hek-houw Ji Sun dan hati-hatilah agar jangan sampai engkau kalah dalam waktu kurang dari sepuluh jurus!"

Sepasang mata Ji Sun terbelalak, mendelik saking marahnya,
"Bagus. Bocah sombong! Kalau aku kalah olehmu kurang dari sepuluh jurus, aku akan berlutut dan menyembahmu!"

"Begitukah? Baik!"

Belum juga Hay Hay menutup mulut, sudah ada sinar golok menyambar dengan kecepatan kilat. Hay Hay cepat mengelak sambil mundur dan diam-diam harus mengakui bahwa gerakan Hek-houw Ji Sun ini lebih hebat dibandingkan gerakan Kang-thouw-cu Phang Su dengan rantai bajanya tadi.

Memang hebat permainan golok dan perisai itu. Golok itu berkelebatan menyambar-nyambar, sedangkan tubuh Hek-houw Ji Sun praktis bersembunyi di balik perisai! Sukar sekali bagi lawan untuk menyerang tubuhnya, sedangkan dia dengan enaknya dapat mengincar lawan dan melakukan serangannya dari bawah atau samping perisai yang terbuat dari baja tebal dan kuat!

Akan tetapi kini dia menghadapi seorang lawan yang jauh lebih tinggi tingkat kepandaiannya, bahkan gurunya sendiri sekalipun belum tentu akan dapat menandingi pemuda ini!

Dengan mudah sekali Hay Hay dapat menghindarkan diri dari setiap sambaran golok, padahal dia seolah-olah tidak pernah mengelak lagi. Tahu-tahu sambaran golok itu luput. Hal ini karena dia telah mempergunakan ilmu langkah-langkah sakti Jiauw-pou-poan-san. Akan tetapi, biarpun sambaran goloknya selalu tidak pernah menyentuh lawan, Hek-houw Ji Sun menyerang terus bertubi-tubi dan dia tetap bersembunyi di balik perisainya.

Diam-diam Hay Hay maklum betapa lihai dan cerdiknya lawan ini. Agaknya, Hek-houw Ji Sun kini mengetahui benar akan kelihaian lawan, maka dia teringat akan janjinya dan andaikata dia harus kalah sekalipun, dia harus dapat mempertahankan diri sampai sepuluh jurus! Dan ini hanya dapat dia lakukan dengan serangan bertubi-tubi sambil bersembunyi di balik perisainya! Dan kini dia sudah menyerang selama tujuh jurus! Tinggal tiga jurus lagi dan dia dapat bertahan sampai sepuluh jurus!

"Wirrr……… !"

Golok itu kembali menyambar. Sekali ini tubuh Hek-houw Ji Sun hampir mendekam di atas tanah, ditutupi perisai dan golok itu menyambar di atas kakinya yang nampak terjulur di bawah perisai, golok menyambar ke arah kaki Hay Hay. Kembali hal ini menunjukkan kecerdikan Ji Sun. Dia agaknya tahu bahwa kelihaian pemuda itu yang selalu dapat menghindarkan diri dari sambaran goloknya terletak pada geseran-geseran dan langkah-langkah kaki.

Oleh karena itu, kini dia menyerang kaki pemuda itu, sambil bersembunyi di balik perisainya sehingga dia sudah berani memastikan dalam hatinya bahwa tentu dia akan mampu mempertahankan sampai lebih dari sepuluh jurus! Katakanlah dia tidak akan menang melawan pemuda ini, akan tetapi kalau dia sudah mampu mempertahankan diri selama lebih dari sepuluh jurus, berarti dia sudah dapat membersihkan mukanya karena pemuda itu seperti kalah bertaruh!

Sama sekali Hek-houw Ju-sin tidak tahu bahwa Hay Hay memang sengaja mengalah. Kalau pemuda itu menghendaki, dengan dasar tingkat ilmu kepandaiannya yang jauh lebih tinggi, dalam dua tiga jurus saja agaknya dia sudah akan mampu melumpuhkan semua perlawanan Hek-houw Ju-sin!

Hay Hay memang sengaja membiarkan lawannya menyerangnya secara bertubi-tubi sambil memperhatikan permainan golok dan perisai itu, mencari titik kelemahan. Kalau dia mau mengerahkan sin-kangnya, dengan tangan kosong saja agaknya dia akan mampu memukul pecah perisai itu, atau kalau dia mau mempergunakan kekuatan sihirnya, juga mudah baginya untuk menundukkan lawan.

Akan tetapi dia tidak mau melakukan hal itu, menanti sampai Ji Sun menyerangnya selama delapan jurus. Kemudian, melihat betapa kaki kiri lawan itu terjulur keluar dari lindungan perisai, secepat kilat buntungan lengan baju itu menyambar ke arah pergelangan kaki itu, seperti seekor ular kain itu membelit kaki.

Hek-houw Sun terkejut bukan main, menggerakkan goloknya untuk membacok putus kain itu, akan tetapi pada saat itu, Hay Hay telah menarik kain itu dengan tiba-tiba sambil mengerahkan tenaganya dan…… tubuh Hek-houw Ji Sun yang tinggi besar itu terlempar ke atas.

Biarpun tubuhnya sudah melambung ke atas, kaki kirinya masih saja terlibat kain, dan sekali sentakan kebawah, tubuhnya meluncur lagi ke bawah, dan sebelum menghantam tanah, kembali Hay Hay menggerakkan tangan dan demikianlah, tubuh itu diputar-putar oleh Hay Hay, makih lama semakin cepat sepertl kitiran dan akhirnya, Hay Hay melepaskan kain dan tubuh itupun meluncur sampai jauh dan terbanting ke atas tanah. Hek-houw Ji Sun sudah kehilangan golok dan perisainya yang terlepas ketika diputar-putar tadi, dan begitu tubuhnya terbanting ke atas tanah, diapun cepat meloncat bangun.

Semua orang sudah merasa kagum melihat betapa si tinggi besar hitam yang sudah dipurat-putar seperti itu dan terbanting jatuh, begitu jatuh sudah dapat bangkit kembali. Juga Hay Hay memandang terbelalak. Betapa kebal tubuh orang itu, pikirnya. Akan tetapi dia lalu tersenyum melihat betapa tubuh itu terhuyung-huyung, lalu jatuh terkulai dan tidak bergerak lagi karena pingsan.

Kiranya, Hek-houw Ji Sun hanya bangkit sebentar saja. Kepalanya terasa pening, pandang matanya berputar-putar dan dia roboh pingsan. Karena penglihatan ini memang menggelikan, diantara para anak buah yang berada disitu banyak yang menahan senyum geli melihat tingkah jagoan kedua ini.

"Keparat......!"

Tiat-ci Thio Kang membentak keras dan dia sudah menghadapi Hay Hay, mengamati wajah dan seluruh tubuh pemuda itu. Seorang pemuda yang biasa saja, pikirnya, namun mampu merobohkan Hek-houw Ji Sun dalam sembilan jurus!

"Orang muda, sebenarnya siapakah engkau, darimana dan apa maksudmu datang membikin kacau disini?"

Lagaknya tinggi, dan memang Tiat-ci Thio Kang terkenal seorang yang tinggi hati. Dia adalah jagoan yang datang dari kota raja, suka memandang rendah orang lain.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar