*

*

Ads

Jumat, 06 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 040

Kepala pengawal yang kini berjaga dirumah gedung Hartawan Coa ada tiga orang. Yang pertama adalah seorang jagoan dari kota raja bernama Thio Kang berjuluk Tiat-ci (Si Jari Besi), terkenal sebagai seorang yang memiliki tangan seperti besi, dapat menusuk papan tebal dan batu sampai tembus dan selain itu, pandai pula bermain sepasang pedang. Tiat-ci

Thio Kang ini adalah seorang jagoan yang berasal dari kota raja, bahkan pernah menjadi jagoan di istana kaisar! Kini menjadi jagoan nomor satu dari Coa Wan-gwe, bergajih besar. Jagoan ini berusia kurang lebih lima puluh lima tahun, bertubuh jangkung kurus kering, sikapnya tinggi hati, sikap seorang yang percaya akan kemampuan diri sendiri dan memandang rendah orang lain.

Jagoan ke dua berjuluk Hek-houw (Harimau Hitam) bernama Ji Sun. Hek-houw Ji Sun ini, sesuai dengan julukannya, berperawakan kokoh, tinggi besar berkulit hitam dan dia memiliki ilmu silat harimau yang menubruk dan mencengkeram, tangkas sekali, disamping ahli bermain golok dan perisai. Usia jagoan nomor dua ini sekitar empat puluh lima tahun.

Adapun jagoan nomor tiga bernama Phang Su, ju!ukannya Kang-thouw-cu (Si Kepala Baja) dan tubuhnya pendek gemuk bundar. Kepalanya yang besar dan bundar itu terkenal sekali amat kuat, kebal dan dapat membobolkan tembok, sesuai dengan julukannya. Selain keahlian mempergunakan kepala sebagai senjata, juga Kang-thouw-cu Phang Su pandai memainkan sebatang rantai besi yang berat.

Tiga orang kepala pengawal ini tentu saja sudah mendengar akan sepak terjang seorang pemuda bercaping lebar yang mengacau di rumah judi dan di rumah penginapan bahkan telah mengganggu majikan mereka. Akan tetapi, mereka adalah jagoan-jagoan besar, terutama sekali Tiat-ci Thio Kang, tentu saja memandang rendah kepada pengacau yang katanya mau datang berkunjung ke gedung majikannya itu. Apa yang perlu ditakutkan? Dia mengandalkan kepandaian sendiri yang sukar dicari tandingnya, hampir belum pernah kalah.

Selain itu, masih ada dua orang pembantunya yang juga amat lihai, dan ada pula hampir lima puluh orang pengawal di rumah itu! Setanpun takkan mampu masuk ke dalam rumah itu tanpa ketahuan penjaga yang sudah ditempatkan di seluruh lingkungan rumah itu. Dan kalau pemuda itu benar-benar berani datang, dia tentu akan menghadapi kehancuran disini!

Akan tetapi, tidak urung jantungnya berdetak tegang ketika mendengar laporan anak buahnya bahwa pagi-pagi itu, pemuda bercaping lebal telah datang dan berada di luar pintu gerbang!

"Tahan dia di luar pintu gerbang, aku akan menemuinya sendiri!" kata Tiat-ci Thio Kang dan dia lalu mempersiapkan diri, memasang siang-kiam pedang pasangan di punggung, kemudian mengajak dua orang pembantunya untuk keluar menemui pemuda itu.

Hek-houw Ji Sun dan Kang-thouw-cu Phang Su juga sudah siap siaga dengan senjata masing-masing. Mereka bertiga, diikuti puluhan orang pengawal bersenjata lengkap seolah-olah mereka itu bukan hendak menyambut seorang pemuda, melainkan seperti hendak maju perang melawan banyak musuh!

Hay Hay yang mengintai dari balik caping lebarnya, diam-diam tersenyum melihat munculnya tiga orang yang nampaknya gagah, diiringkan oleh puluhan orang pengawal yang kesemuanya bersenjata lengkap! Dia tidak merasa heran karena tentu Hartawan Coa sudah siap siaga menanti kedatangannya dan dia dapat menduga bahwa dia akan menghadapi kekerasan dari pihak Hartawan Coa yang tentu saja merasa penasaran dan marah atas terjadinya dua peristiwa yang merugikan uangnya dan namanya, yaitu dirumah judi dan di rumah penginapan.

Dengan sikap angkuh Tiat-ci Thio Kang memberi isarat kepada Hek-houw Ji Sun sebagai wakil pembicara, untuk menegur pemuda itu. Si Harimau Hitam ini selain pandai bicara, juga orangnya tinggi besar dan suaranya lantang berwibawa. Hek-houw Ji Sun mengerti dan diapun maju dua langkah mendekati Hay Hay.

"Orang muda, siapakah engkau dan apa maksumu pagi -pagi begini datang kesini?"

Hay Hay mendorong caping bagian depan ke belakang. Caping itu merosot turun dari kepalanya dan tergantung di pungguungnya, menutupi buntalan yang berada di punggung. Kini wajahnya nampak jelas, wajah yang periang, mulut yang selalu tersenyum nakal, hidung yang mancung, mata bersinar-sinar dan kadang-kadang mencorong aneh. Hay Hay tersenyum, lalu memandang ke arah orang-orang itu mencari-cari, lalu dia menggeleng kepala.

"Hemm, tidak kulihat dia berada disini! Aku mencari Hartawan Coa. Harap kalian sampaikan kepada majikan kalian itu bahwa aku bernama Hay Hay ingin bertemu dengan Hartawan Coa karena ada urusan penting sekali hendak kubicarakan dengan dia."

"Hemm, orang muda, Tidak mudah bertemu dengan majikan kami. Tidak sembarang orang boleh bertemu dengan beliau, dan karena majikan kami masih tidur, maka sampaikan saja urusanmu itu kepada kami. Kami akan melaporkan dan kalau memang majikan kami berkenan menerimamu, tentu engkau dapat menghadap."

Hay Hay tertawa.
"Wah, seperti hendak menghadap seorang kaisar saja! Majikan kalian itu bukan raja, bukan pula orang berpangkat tinggi. Dia hanyalah hartawan yang memiliki rumah-rumah judi, dan kulihat dia semalam tidak begitu tinggi hati, bahkan mau bermalam di rumah penginapan umum dan tidur bersama isteri pemilik rumah penginapan! Mengapa sekarang tiba-tiba saja dia tidak mau menerimaku? Ingat, kedatanganku ini akan memberi untung kepadanya, akan menyerahkan uang lima puluh tail emas!"






Mendengar ucapan itu, tiga orang jagoan itu saling pandang. Betapa beraninya pemuda ini! Setelah memenangkan perjudian sebanyak lima puluh tail emas lebih, agaknya kini dia membawa harta itu kesini! Mata mereka segera ditujukan ke arah punggung pemuda itu dimana terdapat buntalan yang nampaknya berat.

"Serahkan saja lima puluh tail emas itu kepada kami! Memang sudah sepatutnya engkau mengembalikan uang yang kau rampas dari rumah judi itu, dan mohon maaf kepada majikan kami!" kata pula Hek-houw Ji Sun.

Hay Hay tersenyum.
"Serahkan kepada kalian? Wah, mana bisa? Kalian adalah orang-orang yang paling tidak dapat dipercaya di dunia ini! Sudahlah, tidak ada gunanya membuang banyak waktu bicara dengan orang-orang seperti kalian ini. Bangunkan saja Hartawan Coa kalau dia masih tidur, dan katakan bahwa aku datang untuk bicara dengan dia dan aku akan menyerahkan uang lima puluh tail emas."

Tiat-ci Thio Kang memberi isarat kepada pembantunya yang ke dua, yaitu Kang-thouw-cu Phang Su. Si gundul yang pendek berperut gendut ini lalu melangkah maju.

"Bocah sombong, serahkan saja lima puluh tail emas itu kepada kami, dan engkau berlututlah, menyerah!" bentaknya dan tangannya menyambar.

Kedua lengan yang pendek itu menyambar dari kanan kiri, mengirim pukulan dan totokan susul menyusul. Gerakannya yang cepat dan mengandung angin pukulan yang kuat itu menunjukkan betapa si pendek gendut ini memang bertenaga besar dan memiliki ilmu kepandaian yang sudah tinggi. Namun sekali ini dia bertemu dengan Hay Hay!

Kelihatan pemuda ini tidak bergerak sama sekali, akan tetapi serangan kedua tangan Si Kepala Baja itu tidak mengenai sasaran, demikian halus dan cepatnya gerakan Hay Hay ketika kakinya membuat geseran dan tubuhnya hanya miring sedikit dan mundur selangkah.

Aneh bagi mereka yang nonton, karena nampaknya si gundul pendek yang menyerang dan luput, akan tetapi mengapa si gundul itu berteriak kesakitan dan kedua lengannya seperti mendadak menjadi lumpuh? Kang-thouw-cu Phang Su memang terkejut dan merasa kesakitan karena kedua sikunya seperti disengat kalajengking dan kedua lengan itu tergantung lumpuh selama beberapa detik. Dia tidak tahu mengapa begitu, akan tetapi Tiat-ci Thio Kang, seorang ahli totok yang pandai, dapat mengerti bahwa pemuda itu telah menotok kedua siku pembantunya itu.

"Ih, engkau kenapa sih? Datang-datang menyerang orang, lalu menjerit-jerit sendiri seperti babi disembelih?"

Hay Hay sengaja mengejeknya sehingga Kang-thouw-cu Phang Su menjadi merah mukanya dan kemarahannya memuncak. Dia kini merendahkan tubuhnya, kepalanya dipasang di depan dan sikapnya seperti seekor kerbau yang siap mempergunakan tanduknya dan bahkan kedua kakinya menggaruk-garuk tanah di depannya.

Sungguh sikap ini. lucu sekali dan agaknya si gundul pendek ini memang mendapatkan ilmunya dari gerakan seekor kerbau marah! Hidungnya mengeluarkan suara mendengus, akan tetapi yang menarik perhatian Hay Hay adalah kepala yang gundul licin itu. Dia melihat betapa kepala itu kini mengkilap, seperti diminyaki dan digosok, dan agak kemerahan! Tahulah dia bahwa orang ini tidak boleh dipandang ringan dan agaknya memiliki ilmu serangan dengan kepalanya yang sudan terlatih baik dan kepala itu tentu mengandung tenaga yang amat dahsyat!

Benar saja dugaannya. Tiba-tiba si gundul pendek gendut itu mengeluarkan gerengan aneh dan tubuhnya lalu menerjang ke depan, dengan kepala lebih dulu, seperti terjangan seekor kerbau!

Hay Hay tidak mau menyambut kepala itu dengan tangan atau badannya, karena dia tidak ingin membunuh orang. Pertemuan tubuhnya dengan kepala itu membahayakan nyawa lawan karena kalau sampai kepala itu terluka sedikit saja di bagian dalamnya, maka si pendek itu akan tewas!

Maka, diapun lalu cepat mengelak sambil melompat ke kanan belakang. Akan tetapi, kembali Kang-thouw-cu Phang Su sudah membalikkan tubuh dan menerjangnya lagi. Sungguh seperti sikap seekor kerbau. Hay Hay melompat lagi, kini dia tiba di dekat sebatang pohon sebesar pinggangnya. Sengaja dia membelakangi pohon itu dan kini kembali lawannya sudah menerjang dari depan, lebih hebat dari pada tadi. Dia menanti sampai kepala itu dekat sekali, lalu tiba-tiba tubuhnya melayang ke atas melewati kepala lawan.

"Brakkkkk!"

Kepala itu menghantam batang pohon dan seketika pohon itu tumbang, batangnya patah dan remuk terkena terjangan kepala yang gundul itu! Hay Hay memandang kagum. Memang seperti yang telah dia duga. Lawannya memiliki kepala dimana terkumpul tenaga yang dahsyat. Tentu saja dia akan mampu menerima terjangan kepala itu dengan perut atau dada atau tangannya, akan tetapi akibatnya akan terlalu hebat kemungkinan besar kematian bagi orang yang sama sekali tidak dikenalnya dan tidak pernah bermusuhan dengan dia itu.

Kembali Kang-thouw-cu Phang Su sudah menerjang ke depan, sepasang matanya melirik juling, persis kerbau marah atau kerbau gila. Kembali Hay Hay sengaja bergerak lambat. Begitu kepala itu menyeruduk, Hay Hay miringkan tubuhnya dan kepala itu lewat dekat sekali dengan perutnya, hanya dua sentimeter saja jaraknya dan secepat kilat menyambar, tangan Hay Hay bergerak.

"Plakkk!"

Tangan itu menghantam tengkuk, tidak terlalu keras akan tetapi cukup membuat Kang-thouw-cu Phang Su terjungkal dan bergulingan sambil mengaduh-aduh, kedua tangan sibuk menjangkau tengkuk yang terkena tamparan tadi. Kalau Hay Hay menambah sedikit lagi saja tenaganya, tentu si gundul pendek itu tidak akan mampu mengeluh lagi.

Kang-thouw-cu Phang Su biasanya amat mengandalkan diri sendiri. Maka, biarpun lehernya terasa seperti akan patah-patah dan kepalanya berkunang, dia masih cepat melompat bangkit lagi dan memandang kepada Hay Hay yang tersenyum lebar itu dengan pandang mata merah. Seperti hendak ditelannya bulat-bulat pemuda di depannya yang sudah membuat dia malu itu.

"Wuuuttt!"

Tangan kanannya sudah memegang rantai baja yang tadi dilibatkan di pinggangnya. Rantai ini terbuat dari baja, panjangnya satu setengah meter dan cukup berat sehingga ketika diputar-putar, terdengar suara angin bersiutan. Tanpa banyak cakap lagi, dia sudah menerjang ke depan dengan serangan rantainya ke arah kepala Hay Hay.

Dengan mudah saja Hay Hay merendahkan tubuh dan rantai itu lewat di atas kepala. Akan tetapi, sekali putaran rantai itu sudah menyambar lagi ke arah kakinya, dan Hay Hay kembali mengelak dengan loncatan sehingga rantai itu menyambar ke bawah kaki. Kini rantai berputar dan menyerang ke arah pinggangnya!

Melihat datangnya rantai yang menyambar ke arah pinggangnya, Hay Hay tidak mengelak lagi, melainkan melindungi pinggang dengan sin-kang. Rantai itu datang melibat pinggangnya, cepat dan kuat sekali sehingga pinggangnya sudah dilibat dua kali.

Kini, dengan wajah girang membayangkan kemenangan di depan mata, untuk menebus beberapa kali kekalahannya tadi, Kang-thouw-cu Phang Su mengerahkan seluruh tenaga yang ada dan menarik! Dia ingjn membuat pemuda itu tersungkur dj depan kakinya.

Akan tetapi, dia merasa seolah-olah tangannya menarik sebuah karang yang amat besar dan berat. Sedikitpun tubuh Hay Hay tidak terbetot, apalagj sampaj roboh tersungkur! Kang-thouw-cu merasa penasaran sekali. Kembali dia menarik dan menarik, makin lama semakin kuat, menahan napas yang membocor sana-sini sampaj terdengar suaranya ah-ah-uh-uhh!

“Brooottt!"

Saking penasaran dan kuatnya dia menarik dan menahan napas, ada angin membocor dari bawah! Beberapa orang sempat tertawa karena geli dan wajah Kang-thouw-cu menjadi semakin merah.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar