*

*

Ads

Jumat, 06 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 039

Mereka berdua sedang terlena di ambang kepulasan karena lelah ketika tiba-tiba mereka dikejutkan oleh geduran pada daun pintu kamar itu! Mendengar teriakan suaminya, tentu saja Kim Hwa terkejut setengah mati dan iapun cepat melepaskan diri dari rangkulan Hartawan Coa dan tergesa-gesa mengenakan pakaiannya. Ia lari ke jendela, hendak membuka jendela kamar itu, akan tetapi betapa heran dan khawatirnya ketika ternyata daun jendela itu macet, sama sekali tidak dapat dibukanya.

Tentu saja ia menjadi panik. Melihat ini, Coa Wan-gwe lalu menghampiri jendela dan diapun mencoba untuk membukanya. Sia-sia belaka. Biarpun hartawan ini memilik tenaga yang besar, namun daun jendela itu sama sekali tidak dapat dibukanya, macet. Hal ini tidaklah aneh karena macetnya daun jendela itu bukan sewajarnya, melainkan karena perbuatan Hay Hay.

"Sudahlah, tidak perlu gelisah. Biar aku yang bertanggung jawab!" kata hartawan itu, teringat akan kedudukan dan kekuasaannya. Apa artinya seorang Gui Lok baginya?

"Tapi……… tapi suamiku di depan kamar! Dia akan marah…….. "

"Huh, coba saja apa yang dapat dia lakukan kepadaku! Coba dia marah kepadaku kalau berani kusuruh hajar dia sampai mampus!”

Hartawan itu makin besar hatinya karena bukankah di depan pintu itu selalu ada dua orang pengawal yang menjaga keselamatannya?

Mendengar ucapan hartawan itu, hati Kim Hwa tidak menjadi lega, bahkan semakin khawatir. Diraihnya lengan hartawan itu dan ditahannya ketika ia hendak keluar dari kamar.

"Kau akan dapat menyelamatkan diri dengan mudah, dia tidak berani mengganggumu, akan tetapi bagaimana dengan aku? Harap jangan tinggalkan aku disini……….!"

Coa Wan-gwe mengerutkan alisnya dan mengibaskan lengannya sehingga wanita itu terpelanting ke atas pembaringan.

"Huh, jangan banyak tingkah kamu! Salahmu sendiri! Bukankah engkau berjanji akan mengantarkan Ai Ling kepadaku di kamar ini? Akan tetapi, engkau sendiri yang datang menggantikan anakmu. Perempuan tak tahu malu!"

Kim Hwa terkejut dan tidak berani bicara lagi, hanya memandang dengan mata terbelalak ketika hartawan itu membuka daun pintu kamar itu dan melangkah keluar dengan mengangkat dada.

Gui Lok yang berada di depan kamar itu, sudah siap untuk marah-marah, akan tetapi begitu melihat Hartawan Coa, nyalinya menjadi kecil dan dia hanya memandang bengong seperti berubah menjadi arca.

"Hemm, Gui Lok! Mau apa engkau lancang menggedor pintu kamarku? Bukankah kamar ini sudah kusewa? Kau tahu, rumah penginapan ini dapat kubeli, juga kepalamu dapat kubeli. Mengerti?"

Mendengar bentakan hartawan ini, seketika keberanian dan kemarahan Gui Lok menguncup dan kakinya gemetar.

"Maaf, tai-ya, tapi…….. tapi isteriku………."

"Peduli apa dengan isterimu! Aku tidak memanggilnya ke sini! Tanyakan saja kepada isterimu sendiri! Tapi kau…….. yang sudah berani menggangguku, menggedor pintu kamarku secara kurang ajar, tidak dapat kumaafkan begitu saja. Kau perlu dihajar!"

Tangan yang besar dari hartawan itu menyambar dan sebuah pukulan mengenai kepala Gui Lok.

"Plakk!"

Si perut gendut itu terpelanting dan jatuh. Hartawan Coa melangkah maju, siap menendangi kepala Gui Lok yang dianggapnya telah kurang ajar dan membikin malu kepadanya di depan begitu banyak orang. Maka, di depan para tamu yang sudah jadi penonton, dia hendak menghajar Gui Lok agar namanya kembali terang dan disegani orang.

Kaki yang besar dan dilindungi sepatu kulit yang tebal dan keras itu menyambar ke arah kepala Gui Lok.

"Dukkk!"

Akibatnya, bukan kepala itu yang tertendang dan Gui Lok mengeluh kesakitan, sebaliknya malah Hartawan Coa memekik kesakitan, mengangkat kaki yang menendang, memeganginya dan kaki yang sebelah lagi jingkrak-jingkrak.






Serasa patah-patah tulang kakinya ketika tadi dia menendang, kakinya itu bertemu dengan sebuah kaki lain, yaitu kaki Hay Hay. Melihat ada seorang pemuda sederhana yang tadi menyambut tendangannya dengan tangkisan kaki, yang menyebabkan kakinya terasa nyeri setengah mati, Hartawan Coa menjadi marah bukan main.

"Hajar dia! Bunuh dia!" teriaknya kepada dua orang pengawal yang sejak tadi hanya menjadi penonton.

Ketika mereka melihat majikannya menghajar Gui Lok, mereka diam saja. Sama sekali tidak mereka sangka bahwa akan ada orang yang berani melindungi Gui Lok dan bahkan membuat kaki majikan mereka kesakitan.

"Pemuda lancang, berani kau menentang majikan kami?"

Dua orang tukang pukul itu meloncat ke depan, menghadapi Hay Hay yang berdiri tegak sambil tersenyum tenang.

"Ha-ha, kalian ini dua ekor anjing yang setia kepada majikan, sungguh pandai mengonggong! Nah, lanjutkan gonggonganmu agar semua orang melihat kalian!"

Kini semua orang yang telah keluar dari kamar masing-masing dan menonton keributan itu, terbelalak heran ketika melihat betapa dua orang tukang pukul yang tadi bersikap galak, kini tiba-tiba saja mereka menjatuhkan diri berdiri di atas kaki dan tangan seperti binatang berkaki empat, dan mereka berdua segera menggonggong seperti dua ekor anjing yang sedang marah!

Tentu saja gonggongan mereka tidak seperti anjing, dan mereka yang menonton, tadinya terbelalak keheranan dan mengira dua orang itu main-main atau mendadak menjadi gila. Akan tetapi keadaan yang lucu itu membuat mereka tidak dapat menahan ketawa mereka. Bahkan Hartawan Coa sendiripun lupa akan kenyerian kakinya dan diapun berdiri bengong memandang kepada anak buahnya. Apakah kedua orang pengawalnya itu mendadak menjadi gila?

Sementara itu, Gui Lok yang tadi terhindar dari hajaran yang lebih hebat, sudah bangkit berdiri dan diapun melihat peristiwa aneh itu sehingga sejenak lupa kepada isterinya yang menjadi biang keladi keributan itu.

Hay Hay tersenyum dan menghampiri dua orang tukang pukul yang masih merangkak-rangkak itu, kemudian kaki kirinya bergerak dua kali dan dua orang tukang pukul itu sudah kena ditendang, terlempar dan terbanting jatuh.

Agaknya setelah jatuh, baru mereka sadar akan keadaan diri mereka. Cepat mereka meloncat dan sudah mencabut golok dari pinggang. Lalu dengan kemarahan meluap karena mereka merasa dibikin malu di depan banyak orang, mereka lalu menerjang dan menyerang Hay Hay dengan bacokan golok dari atas ke bawah, ke arah kepala pemuda itu.

Semua orang melihat dengan hati ngeri betapa dua batang golok itu dengan tepat mengenai kepala pemuda itu dan dengan mudahnya, seperti agar-agar saja, kepala itu terbelah menjadi tiga potong oleh dua bacokan itu.

Akan tetapi, tidak ada darah keluar ketika tubuh yang terbelah menjadi tiga buah itu terkulai jatuh, mengeluarkan suara bising. Akan tetapi ketika mereka semua memandang, termasuk dua orang tukang pukul itu, terdengar seruan heran melihat bahwa yang terbabat buntung mejadi tiga potong itu sama sekali bukan tubuh orang melainkan sebuah bangku panjang yang kini menjadi tiga potong! Pantas saja mengeluarkan suara bising! Kemana larinya pemuda aneh itu tadi?

Kiranya, pemuda itu telah berdiri di belakang dua orang tukang pukul itu. Kini, tiba-tiba kedua tangannya menjambak rambut dua orang tukang pukul itu dari belakang dan sekali dia menggerakkan kedua tangan mengadu dua buah kepala itu, dua orang pengawal itu mengeluh, goloknya terlepas dan ketika Hay Hay melepaskan kedua tangannya, mereka terkulai lemas seperti karung basah dan jatuh pingsan!

Melihat ini, semua orang kagum dan juga terheran-heran. Hartawan Coa yang tadinya memandang bengis, kini menjadi pucat sekai. Apalagi ketika pemuda itu menghampirinya.

"Coa Wan-gwe, engkau pulanglah dan bawa dua ekor anjingmu ini. Sebentar nanti aku akan datang berkunjung ke rumahmu, ada urusan penting yang hendak kubicarakan denganmu."

Sekali ini Hartawan Coa tidak banyak cakap lagi. Dia maklum bahwa menghadapi pemuda ini, dia tidak berdaya. Dia harus mengerahkan semua pengawalnya kalau mau menghadapi dan menentang pemuda aneh ini. Dia lalu menendang-nendang dua orang pengawalnya.

Mereka siuman dan terheran-heran, akan tetapi segera teringat akan keadaan mereka, maka ketika majikan mereka memberi isarat, merekapun seperti dua ekor anjing ketakutan, lalu mengikuti Hartawan Coa meninggalkan rumah penginapan, bahkan melupakan golok mereka.

Sementara itu, begitu hartawan itu pergi, Gui Lok menyerbu ke dalam kamar. Dia melihat isterinya masih duduk ketakutan di atas pembaringan.

“Perempuan lacur! Tak tahu malu!" bentaknya dan diapun menjambak rambut isterinya. Rambut itu terurai dan diseretnya tubuh wanita itu keluar kamar.

"Lihat semua! Lihat baik-baik perempuan ini. Ia bernama Kim Hwa dan dari pecomberan kuangkat ia menjadi isteriku, akan tetapi kini ia melakukan penyelewengan dengan laki-laki lain! Ia tiada bedanya dengan seekor babi betina, biar dibersihkan dan ditempatkan dimanapun, diberi tempat yang bersih dan baik, tetap saja babi betina ini memilih pecomberan. Nah, mulai saat ini, ia bukan isteriku lagi dan kuusir ia. Pergilah kamu, perempuan laknat! Ketika kau kupungut, engkau tidak mempunyai apa-apa, sekarang engkau pergilah dan boleh kau miliki pakaian dan perhiasan yang menempel ditubuhmu!"

Kalau saja mereka hanya berduaan, tentu Kim Hwa akan minta-minta ampun dan mempergunakan segala daya kecantikannya, segala ilmunya merayu untuk melemahkan hati suaminya dan agar dirinya diampuni. Akan tetapi apa hendak dikata, peristiwa itu terjadi didepan puluhan pasang mata yang menjadi penonton dan disana sini ia mendengar cemoohan dan celaan kepada dirinya, maka sambil menutupi mukanya dan menangis, iapun lari keluar dari rumah penginapan yang tadinya menjadi miliknya itu.

Beberapa bulan kemudian orang sudah mendapatkan dirinya menjadi kembang dari sebuah rumah pelacuran dari sebuah kota besar dekat kota raja!

Sebelum Gui Lok dah puterinya, Gui Ai Ling, sempat menghaturkan terima kasih kepadanya, Hay Hay sudah cepat menghilang dari kamar itu pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, sambil membawa buntalan uang emasnya.

Dan pagi-pagi sekali itu, dia sudah berada di depan pintu gerbang pekarangan gedung Hartawan Coa! Ternyata pekarangan itu telah penuh dengan pasukan pengawal yang jumlahnya tidak kurang dari dua lusin orang bersenjata lengkap!

Mereka itu telah diperingatkan oleh Hartawan Coa agar berjaga dengan ketat dan terutama sekali menjaga kalau ada muncul seorang pemuda berpakaian sederhana yang memakai caping lebar. Hartawan Coa yang semalam mengalami kekagetan itu, setibanya di rumah mengumpulkan para pembantunya dan dia menjadi semakin terkejut dan khawatir ketika menerima laporan bahwa pemuda yang bercaping lebar, pemuda yang itu-itu juga, telah pula mengacau rumah judi, bahkan telah menggondol puluhan tail emas yang dimenangkan dalam permainan dadu dimana pemuda itu menggunakan ilmu yang aneh seperti sihir.

Dan diapun teringat betapa dua orang pengawalnya juga disihir sehingga menggonggong seperti anjing, kemudian betapa tubuh pemuda itu kelihatan terpotong-potong, akan tetapi ternyata yang terpotong itu hanya bangku panjang! Jelas, pemuda yang itu-itu juga, pikirnya. Maka diapun mengerahkan seluruh pasukan pengawal untuk melakukan penjagaan di pekarangan, di sekeliling rumah gedungnya, bahkan ada yang berjaga di dalam gedung dan di atas atap! Barulah dia merasa aman dan dapat tidur pulas.

Ketika Hay Hay muncul pagi-pagi sekali, hartawan itu masih belum bangun. Ketika para penjaga itu melihat munculnya seorang pemuda yang memakai caping lebar, berdiri di depan pintu gerbang, segera mereka menjadi panik.

Tentu saja mereka itu gentar sekali karena mereka sudah mendengar cerita kawan-kawan mereka tentang sepak terjang pemuda itu di rumah judi, juga cerita dua orang tukang pukul yang menderita pengalaman pahit di rumah penginapan. Betapapun juga, karena kini di pekarangan itu dan di dalam rumah terdapat kepala-kepala pengawal yang merupakan orang-orang berkepandaian silat tinggi, mereka tidak menuruti hati yang gentar. Dengan memberanikan hati, mereka lalu mengikuti pimpinan mereka menyambut kedatangan pemuda itu.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar