*

*

Ads

Kamis, 05 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 035

Tiba-tiba saja perkelahian berhenti dan semua orang itu terheran-heran melihat betapa mereka tadi telah saling serang diantara kawan sendiri! Ada delapan orang yang terluka karena bacokan senjata kawan sendiri, bahkan si muka hitarn terpincang-pincang dengan paha luka, dan si gendut pendek juga meringis karena bahunya robek oleh sabetan pedang. Kini mereka semua memandang kepada Hay Hay yang berdiri di atas meja, sedangkan Siok Bi sudah cepat meloncat turun.

"Nah, bagaimana sekarang? Apakah kalian masih hendak berkelahi dengan aku? Ataukah kalian mau memenuhi kewajiban kalian, membayar semua kemenangan kami?"

Siok Bi menghampiri si muka hitam dan si gendut pendek, berbisik.
"Sebaiknya kita penuhi permintaannya. Kalian bukanlah lawan dia, kalau dilanjutkan, kita semua akan celaka!"

Agaknya kini semua anak buah rumah judi itu sudah merasa gentar dan dengan pimpinan si muka hitam, mereka lalu membayar semua kemenangan para penjudi yang menerima uang kemenangan mereka dengan muka gembira dan mereka segera meninggalkan tempat itu dan berjanji di dalam hati sendiri untuk tidak kembali lagi.

Para anak buah rumah judi itu memandang dengan penuh rasa gentar ketika Hay Hay memungut semua uang emasnya yang kini berjumlah enam puluh tail emas itu dengan kain yang lebar, kemudian memanggul emas itu seperti benda yang biasa saja di atas punduknya. Padahal, buntalan itu merupakan harta yang cukup besar.

Siok Bi memandang dengan sinar mata penuh kagum. Belum pernah selamanya ia berjumpa dengan seorang pemuda seperti itu. Memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi, bahkan sakti, tampan gagah dan pandai sekali mengeluarkan kata-kata indah yang menyenangkan hati, merayu tanpa bersikap kurang ajar! Siok Bi merasa betapa baru pertama kali ia benar-benar tertarik kepada seorang pria, bahkan diam-diam ia mengaku telah jatuh cinta!

Sebelum meninggalkan tempat itu, Hay Hay menoleh kepada rnereka, dan memandang kepada Siok Bi sambil tersenyum.

"Siok Bi, sekali lagi terima kasih kepadamu dan tolong beritahukan kepada semua orang bahwa aku sedang mencari seorang tokoh kang-ouw yang berjuluk Ang-hong-cu. Lihat, semua emas di pundakku ini akan kuberikan kepada siapa saja yang mampu menunjukkan dimana adanya Ang-hong-cu itu. Nah, kutunggu beritamu sampai besok siang di kamarku. Aku menginap di rumah penginapan Hok-lai-koan." Setelah berkata demikian, dia segera melangkah pergi.

Setelah dia pergi, barulah para anak buah rumah judi itu menjadi gernpar. Mereka mengobati teman-teman yang terluka dan mereka semua bingung bagaimana harus menghadapi pemimpin mereka yang tentu akan menjadi marah sekali.

"Nona Siok Bi, sebaiknya engkaulah yang menyampaikan berita ini kepada Coa Wan-gwe!" kata si muka hitam dengan muka membayangkan perasaan takut.






"Tenanglah, aku melihat sendiri bahwa kalian tidak mampu berbuat apa-apa, tidak berdaya menghadapi Hay Kongcu yang sakti itu. Akan kuceritakan kepadanya, akan tetapi tidak sekarang. Sekarang ini dia tidak boleh diganggu, karena dia sedang beristirahat, kabarnya malah hendak bermalam di luar rumah. Biar kuselidiki………. eh, kalian mendengar sendiri tadi. Pemuda itu mencari Ang-hong-cu. Adakah diantara kalian yang mengenal tokoh kang-ouw yang berjuluk Ang-hong-cu itu?"

Semua orang mengerutkan alis, mengingat-ingat. Kemudian, si jangkung muka hitam berkata,

"Nama itu sudah lama kudengar, akan tetapi belum pernah aku melihat orangnya. Bahkan sepanjang yang kudengar, tidak ada orang kang-ouw pernah melihatnya. Juga namanya sudah lama tidak lagi terdengar di dunia kang-ouw, melainkan puluhan tahun yang lalu. Tapi, nona, siapakah sebetulnya pemuda itu? Kepandaiannya demikian hebat…… dan…….. hiihhh, bagaimana tadi kami dapat saling serang sendiri? Ilmu apakah yang dia gunakan itu?" Si muka hitam itu bergidik, juga teman-temannya semua merasa jerih dan takut.

Siok Bi menggeleng kepala.
"Jelas bahwa ilmu silatnya tinggi, akan tetapi aku sendiri tidak mengerti mengapa tadi kalian menurut saja ketika dia menyuruh kalian saling serang sendiri."

"Tentu dia mempergunakan ilmu sihir!" kata si pendek gendut. "Aih, kalau disuruh melawan orang yang pandai sihir, lebih baik aku angkat tangan saja !"

Tiada hentinya para anak buah itu membicarakan pemuda yang telah mendatangkan kekacauan dan yang membuat mereka terpaksa menutup rumah judi karena bangkrut! Akan tetapi, hati mereka agak lega setelah Siok Bi, gadis kepala pelayan yang menjadi orang kepercayaan majikan atau pemimpin mereka, menyanggupi untuk melaporkan peristiwa itu kepada majikan mereka.

**** 035 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar