*

*

Ads

Kamis, 05 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 033

Akan tetapi ketika mangkuk dibuka dua dadu menunjukkan angka satu dan dua!
"Tigaaaa …..!”

Bandar berteriak dan menggaruk semua uang, kecuali taruhan Hay Hay yang menang lagi sehingga menerima hadiah tiga potong perak. Siok Bi dengan genitnya mencubit paha Hay Hay di bawah meja, lalu merapatkan tubuhnya sambil tertawa girang. Hay Hay juga tertawa-tawa untuk menenteramkan jantungnya yang berdebar.

Ketika para penjudi dipersilakan bertaruh lagi, Hay Hay mendorong semua uang di depannya ke atas nomor sebelas. Lagi-lagi nomor sial! Akan tetapi sekali ini, empat orang ikut-ikutan memasang nomor sebelas sehingga kalau sekali ini keluar nomor sebelas, bandarnya akan rugi cukup canyak!

Siok Bi hanya tersenyum, maklum bahwa tamunya mulai panas dan mulai dipengaruhi setan judi sehingga sebentar lagi tentu akan mengeluarkan uang emas dari dalam kantongnya!

Dadu dikocok, lalu mangkuk ditelungkupkan!
"Silakan menambah uang taruhan!" teriak bandar .

"Siok Bi, keluarkan semua uangmu, kupinjam dulu untuk taruhan!" kata Hay Hay.

Gadis itu terkejut, akan tetapi mengeluarkan uangnya dan ternyata ada lima tail.
"Bagaimana kalau kalah, kongcu?"

"Jangan khawatir, akan kuganti dengan uang emas!"

Siok Bi girang sekali. Kalau tidak terdapat banyak orang, tentu sudah diciumnya pemuda yang ganteng dan menarik ini. Pemuda ini, tidak seperti para tamu lain, tidak pernah jail, tidak mengganggunya, menyentuhnyapun tidak, apalagi kurang ajar. Akan tetapi selalu ramah dan pandang matanya itu membuat birahinya bangkit sejak tadi! Hay Hay menambahkan uang Siok Bi ke atas taruhannya.

Mangkuk di buka dan……… sepasang mata bundar itu melotot keheranan ketika dua buah dadu itu menunjukkan angka enam dan lima!

"Se……. sebelas…….. !" serunya dan si gendut ini kelihatan bingung sekali.

Juga Siok Bi terbelalak heran, menatap tajam wajah bandar gendut, akan tetapi ia dengan cepat dapat menguasai keheranannya, lalu memegang lengan Hay Hay.

"Kita menang, Hay Kongcu…..!” serunya gembira, bersama seruan mereka yang ikut memasang nomor sebesas.

Bandar dengan muka agak pucat menghitung semua uang dan membayar kemenangan mereka yang bertaruh pada nomor sebelas.

Setelah tiga kali putaran lagi Hay Hay tetap menang dan semua penjudi di meja itu kini semua memasang nomor yang sama dengan Hay Hay, bandar judi yang bertugas di meja itu menjadi pucat sekali. Tubuhnya gemetar dan dia menghapus keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

Setiap kali membuka mangkuk, tangannya gemetar dan matanya terbelalak kalau dia melihat betapa sepasang dadu itu selalu menunjuk angka yang tepat seperti yang dipasangi pemuda itu! Orang-orang bersorak gembira dan uang di meja bandar itu telah dikuras habis, bahkan sang bandar terpaksa menyuruh pembantunya mengambil uang dari dalam! Kini, bandar judi yang gendut pendek itu menyeka keringatnya dan menggoyang-goyang kepalanya.

"Aku…… aku…… lelah sekali…… biarlah aku berhenti dulu dan…… minta diganti rekan lain…… "

Dengan terhuyung-huyung dia meninggalkan meja itu menuju ke dalam dan tak lama kemudian, muncullah lima orang laki-laki dari dalam, mengawal seorang kakek berusia enam puluh tahun yang bermuka hitam dan bertubuh jangkung. Mata kakek ini tajam seperti mata elang dan melihat mereka itu, diam-diam Hay Hay tersenyum, maklum bahwa kini tentu muncul jagoan nomor satu dalam permainan judi itu, dikawal oleh lima orang pengawal jagoan yang pilihan pula. Namun, dia pura-pura tidak tahu dan sibuk menyerahkan setumpuk uang yang banyak sekali kepada Siok Bi.

"Nona manis, ini aku kembalikan uangmu berikut pembagian keuntungan untukmu!" kata Hay Hay.

"Ahhh" banyak sekali, Kongcu...!" kata Siok Bi, setengah gembira namun juga khawatir.

Tentu saja gadis ini gembira menerima pengembalian yang begitu banyak, puluhan kali lebih banyak dari pada uangnya sendiri sehingga untuk membawanya saja dia telah amat kewalahan.

Akan tetapi, sejak pasangan pemuda itu terus menerus menang, dia sudah amat terkejut dan terheran, namun juga khawatir sekali. Kemenangan demi kemenangan itu sungguh tidak wajar sama sekali.

Dia tahu betapa pandainya Si Gendut itu memainkan dadu-dadu itu dan dapat mengatur sedemikian rupa sehingga dadu-dadu itu akan menghasilkan angka seperti yang telah dia kehendaki sebelum memutarnya. Akan tetapi entah kenapa hari ini kepandaiannya seperti musnah sehingga dadu-dadu itu agaknya tidak mau menurut perintahnya lagi, melainkan menurut kepada perintah atau harapan pemuda ganteng itu!

Di antara para pelayan wanita, Siok Bi bukanlah pelayan biasa, melainkan kepala pelayan dan dia dipercaya penuh oleh pimpinan mereka. Kini, melihat keadaan yang aneh itu, Siok Bi amat mengkhawatirkan keadaan Hay Hay yang telah menarik perhatiannya. Tentu akan terjadi malapetaka pada pemuda yang nasibnya amat mujur dalam perjudian itu!

Melihat munculnya kakek jangkung bermuka hitam yang dikenal sebagai Kepala Bandar tempat perjudian itu, beberapa penjudi yang kegirangan akibat kemenangan-kemenangan mereka dan yang masih menghendaki kemenangannya lebih banyak, segera menyambut riuh.

"Lanjutkan permainan dadu!"

"Kami akan mempertaruhkan semua uang kami!"

Dengan tenang Si Jangkung itu menghampiri meja, lantas menyapu wajah semua penjudi dengan matanya yang sedikit juling namun tajam luar biasa itu, dan agak lama matanya menatap wajah Hay Hay, kemudian tersenyum dan berkata,

"Jangan khawatir, sobat-sobat. Teman kami tadi sudah terlalu lelah, maka aku yang akan menggantikan dia. Nah, bersiaplah dengan taruhan kalian. Dadu-dadu ini kuganti dengan yang baru. Lihat, dua dadu ini masih baru dan semua angkanya tepat dari satu sampai dengan enam!"

Dia lalu memperlihatkan sepasang dadu yang dikeluarkannya dari dalam saku bajunya dan menyimpan dua buah dadu yang tadi digunakan, lalu memasukkan dadu-dadu itu ke dalam mangkok besar yang sudah dipersiapkan di situ.

"Sediakan dulu uang untuk membayar uang kemenangan kami!"

"Uang bandar sudah habis!"

"Smbil dulu uang dari dalam. Tanpa ada uang kami tidak mau!"

Hay Hay tersenyum dan memandang kepada Si Jangkung itu. "Mereka itu benar, orang berjudi harus memiliki modal dan kami tidak melihat bandar bermodal. Setidaknya harus ada beberapa puluh kali dari jumlah modal kami semua!"

"Bagus! Benar sekali itu! Aku tidak mau berjudi lagi kalau bandar tidak ada uangnya!"

Teriakan-teriakan itu riuh rendah dan kini semua penjudi berkumpul merubung meja dadu yang terbesar di tengah ruangan karena agaknya semua penjudi itu hendak membonceng keberuntungan Hay Hay.

Di depan Hay Hay bertumpuk uang yang amat banyak, bahkan ada sebagian yang harus ditumpuk di bawah meja. Siok Bi juga kewalahan membawa uang pemberian Hay Hay, maka dia memberi tanda kepada dua wanita pelayan bawahannya untuk membawakan uang itu. Suasana menjadi tegang dan Si Jangkung muka hitam tersenyum pahit.

"Jangan khawatir, sobat-sobat! Pasanglah taruhan berapa pun juga, dan kami pasti akan membayar setiap kemenangan kalian!"

"Sediakan dulu uangnya!" teriak Hay Hay dan semua orang menyambutnya dengan sorak sorai. "Dengar, sobat muka hitam!" kata Hay Hay sambil tersenyum.

Jantungnya kembali berdebar karena kini demikian banyaknya orang berdesakan di situ sehingga Siok Bi terhimpit dan tubuhnya yang montok dan lunak hangat itu mepet dengan tubuhnya sampai dia dapat merasakan betapa dada yang membusung itu merapat pada pundaknya karena gadis itu kini telah berdiri sedangkan dia masih duduk di atas bangku. Lengan yang halus dan putih mulus itu melingkar di sekitar pundak dan lehernya. Siok Bi kini agaknya sudah berani sekali menganggap dia sebagai kekasihnya!

"Kau lihat semua uang perakku ini dan taksir, ada berapa? Jika semua ini ditukar dengan uang emas, berapa kau berani menukarnya?"

Bandar itu memicingkan mata, menaksir tumpukan di atas meja dan di bawah meja. "Kami berani menukarnya dengan lima belas tail emas murni!" katanya. Tentu saja dia tahu betul bahwa nilai tumpukan uang perak itu sedikitnya ada dua puluh tail emas!

"Bagus! Suruh orang mengangkatnya dan menukarnya dengan lima belas tail emas sebab sekarang aku ingin berjudi dengan taruhan emas saja agar tidak memenuhi meja!"

Kembali semua orang riuh dan bising. Banyak di antara mereka yang tahu betapa pemuda itu sudah diakali dan dirugikan, akan tetapi tidak ada yang berani ribut karena bagaimana juga semua uang itu adalah hasil menang judi.

Ketika bandar jangkung memberi isyarat, para pengawalnya lalu mengambil uang emas yang cukup banyak dari dalam. Lima belas tail diberikan kepada Hay Hay dan bandar itu sendiri menumpuk lima puluh tail di atas meja sebagai modal judi. Tumpukan uang perak yang dimenangkan Hay Hay diangkut pula ke atas meja di belakang bandar itu. Semua penjudi memandang dengan hati gembira sekali, membayangkan betapa semua uang itu nanti akan menjadi milik mereka.

Kini bandar itu berseru, suaranya terdengar nyaring. "Silakan pasang!"

Hay Hay masih diam saja dan ternyata semua penjudi juga ikut diam. Suasana menjadi sunyi sekali karena semua penjudi menunggu pemuda itu memasang nomornya, barulah mereka akan memasang dengan nomor yang sama!

Suasana yang sangat tegang itu menggembirakan hati Hay Hay. Dia pergi ke tempat ini untuk mencari jejak Ang-hong-cu, akan tetapi terlibat dalam permainan judi. Kalau saja dia tidak melihat betapa bandar gendut tadi bermain curang dengan dadu-dadunya, tentu dia pun tidak akan duduk menjadi penjudi di sini.

Tadinya dia hanya ingin mengganggu bandar gendut itu, akan tetapi dengan adanya Siok Bi yang cantik, maka gangguannya menjadi berlarut-larut sampai semua uang dikurasnya dari meja bandar! Tentu saja dia tidak membutuhkan banyak uang seperti itu, dan kalau dia melanjutkan permainannya itu hanya untuk menghajar para bandar judi, membantu para penjudi yang dia tahu selama ini tentu telah banyak mengalami kekalahan, dan untuk memancing agar dia bisa mendapatkan jejak Ang-hong-cu melalui perjudian itu.

"Sobat, kocok dulu dadunya. Kalau sudah kau telungkupkan mangkuk itu, baru aku akan memasang taruhanku. Akan tetapi, aku juga sudah lelah maka aku ingin berjudi satu kali lagi saja. Akan kupertaruhkan semua uang emasku ini untuk satu nomor!"

Semua orang menahan napas. Semua dipertaruhkan? Lima belas tail emas, berarti tumpukan emas di depan Bandar itu akan tersedot hampir habis kalau pemuda itu menang!






Si bandar harus membayar empat puluh lima tail emas! Mendengar tantangan yang amat berani itu, si bandar muka hitam terbelalak sedikit, akan tetapi dengan tenang diapun mengangguk.

"Baik, kuterima! Bagaimana yang lain?"

“Akupun mempertaruhkan semua uangku ini!"

"Aku juga!"

"Aku juga!"

Semua penjudi berteriak ingjn mempertaruhkan semua uang mereka. Kini wajah bandar judi itu agak pucat. Bayangkan saja! Semua orang yang berjudi disitu mempertaruhkan seluruh uang mereka. Akan bangkrutlah kalau dia kalah dan bagaimana dia akan mempertanggung jawabkan kepada pemimpin? Dia tahu bahwa semua penjudi tentu akan mempertaruhkan uang mereka seperti pemuda itu, dengan nomor yang sama! Akan tetapi dia yakin akan kemampuannya, maka dia menekan perasaannya dan mengangguk-angguk.

"Baik! Kawan-kawan, hitung uang mereka semua agar lebih mudah nanti pembayarannya!"

Dia pura-pura tenang saja, seperti telah siap kalau sampai kalah untuk membayar semua kekalahannya! Kini meja itu penuh dengan tumpukan uang, diantaranya tumpukan uang emas lima belas tail dari Hay Hay. Hebatnya, semua penjudi menaruh seluruh uang mereka di atas meja, tidak menyisakan sedikitpun di saku baju mereka. Kalau sampai kalah, mereka semua akan pulang dengan kantong kosong sama sekali! Sebaliknya kalau bandar yang kalah, maka tumpukan uang emas, perak dan tembaga yang berada di situ semua akan amblas!

Setelah selesai menghitung uang taruhan dan mencatat, si jangkung muka hitam lalu berseru keras,

"Dadu dikocok…….!"

Dan cara dia mengocok dadu memang aneh, lain dari kocokan si gendut tadi. Dia memutar-mutar mangkuk yang lebih besar dari pada mangkuk yang dipergunakan rekannya tadi, memutar cepat sekali di atas kepala dan terdengar bunyi berkerotokan ketika dadu-dadu itu berputaran di dalam mangkuk, lalu dia menurunkan mangkuk itu, tangan kiri menarik tutupnya.

"Brukkk!”

Mangkok jatuh menelungkup di atas meja dan meja itupun tergetar. Diam-diam Hay Hay memperhatikan dan maklumlah dia bahwa si jangkung ini memiliki tenaga sin-kang yang kuat! Dia maklum pula bahwa si jangkung ini, seperti juga rekannya tadi, tentu mempergunakan tipu muslihat dan mungkin dibantu dengan tenaga sin-kangnya untuk mengatur keluarnya nomor dadu, maka diapun sudah bersiap siaga, mengerahkan kekuatan sihirnya karena dia belum tahu akal apa yang akan dipergunakan orang. Tentu saja kedua telapak tangannya juga ditempelkan di meja itu untuk mengetahui melalui getaran di meja apa yang terjadi.

"Silakan memasang nomor!" teriak pula bandar itu, tangan kanannya masih di atas mangkuk yang telungkup di depannya.

Tanpa ragu-ragu lagi Hay Hay mendorong lima belas tail emasnya ke atas nomor tiga! Kembali semua orang tertegun. Sungguh nomor-nomor yang sial dan jarang keluar saja yang selalu dipilih oleh pemuda itu. Namun, tanpa ragu-ragu mereka semua lalu mendorong uang masing-masing ke atas nomor tiga, mengelilingi tumpukan uang emas. Hay Hay!

Semula uang yang bertumpuk-tumpuk di atas meja itu dipertaruhkan kepada nomor tiga! Hay Hay tidak melihat ada perubahan pada muka si jangkung itu, akan tetapi biarpun hanya sedetik dia melihat betapa sepasang mata itu terbelalak atau mengeluarkan sinar kaget, kemudian kedua tangannya yang diletakkan di atas meja itu dapat merasakan getaran yang datangnya dari dalam mangkuk besar itu.

Pendengarannya yang terlatih itupun mendengar suara bunyi kretek-kretek dua kali. Hay Hay dapat menduga bahwa itulah alat rahasia di dalam mangkuk. Agaknya, pasangannya pada nomor tiga itu tepat mengenai sasaran dan dua buah dadu di bawah mangkuk itu benar-benar menunjukkan angka tiga, akan tetapi kini alat rahasia di dalam mangkuk telah bekerja dan tentu dua buah dadu itu akan membalik dan menjadi angka lain. Hal ini dapat dibacanya dari muka hitam itu, yang kini bibirnya mengandung senyum mengejek dan sepasang matanya bersinar penuh keyakinan menang.

Suasana menjadi sunyi, tegang mencekam hati para penjudi. Ada yang mukanya pucat, ada yang merah, ada yang peluhnya bercucuran. Semua orang dicengkeram oleh harapan kemenangan dan dicekam rasa takut akan kekalahan.

"Sobat-sobat, lihat baik-baik, mangkuk ini akan kubuka. Satu, dua…… tiga…….!"

Semua mata memandang dan penglihatan Hay Hay yang paling tajam itu sudah melihat bahwa sebuah dadu menunjuk angka satu, akan tetapi dadu kedua menunjuk angka enam! Jadi yang keluar adalah tujuh! Dia kalah! Akan tetapi, dengan getaran kedua telapak tangannya, tiba-tiba saja, secepat kilat sehingga tidak tampak oleh mata biasa, dadu yang menunjuk angka enam itu bergulir dan kini menunjuk angka dua!

"Satu dan dua……!"

"Tiga…..! Kitaa menang!”

"Kita menang! Hayo bayar taruhanku!"

Suasana menjadi riuh rendah, akan tetapi Hay Hay hanya menatap dengan pandang mata tajam kepada wajah si jangkung. Muka yang hitam itu menjadi pucat, matanya terbelalak memandang kepada dua buah dadu itu, kemudian dia berteriak parau. .

"Sobat-sobat, kalian keliru! Lihat yang betul, bukan angka tiga yang keluar!"

Tiba-tiba, dengan menekan meja, dia menggetarkan sin-kang dan biji dadu yang tadinya menunjuk angka dua, kini kembali berguling ke angka enam! Akan tetapi, hanya sebentar karena sudah berguling ke angka dua!

Semua penjudi memandang dengan bengong dan mata terbelalak heran. Kini semua orang melihat betapa dadu yang satu ini dapat bergulir-gulir, suatu saat bergulir ke angka enam, lalu bergulir lagi ke angka dua!

Terjadi "perang" antara dua kekuatan sin-kang yang digetarkan melalui telapak tangan si jangkung muka hitam itu dan Hay Hay. Akan tetapi, ketika untuk kesekian kalinya dadu itu bergulir ke angka enam dan Hay Hay menggulirkannya lagi ke angka dua, dia mengerahkan tenaga dan menahan sehingga betapapun si jangkung berusaha dengan sin-kangnya, tetap saja dia tidak mampu .menggulirkan dadu itu yang tetap menunjuk angka dua. Satu dan dua!

"Tigaaaa……….. !"

Semua penjudi berseru setelah melihat betapa dadu itu kini tidak bergerak lagi dan keduanya tetap menunjuk angka satu dan dua!

Kembali orang-orang bersorak, akan tetapi tiba-tiba si jangkung muka hitam bangkit berdiri dan berseru,

"Tidak! Ada kesalahan disini! Kalian tadi melihat betapa dadu yang satu itu bergulir-gulir. Ini tidak benar! Pengocokan dadu harus diulang dan sekarang semua orang harus menjauhi mejal"

Tentu saja ucapan ini membuat para penjudi terkejut dan marah sekali.
"Wah, itu tidak adil!"

"Curang sekali!"

"Kami sudah menang, bayar kemenangan kami!"

Tiba-tiba dengan gerakan yang cekatan sekali, si jangkung muka hitam meloncat ke atas meja dan bertolak pinggang. Wajahnya keren dan bengis sekali, sementara itu, belasan tukang pukul sudah siap siaga di belakangnya sambil meraba gagang senjata.

"Siapa bilang kami curang? Pernahkah rumah judi kami tidak membayar para pemenang? Kami hanya ingin mengulang pengocokan dadu karena tadi tidak wajar. Hayo, mundur! dan tidak boleh menyentuh meja! Kami sudah mengambil keputusan dan siapa akan menentang?"

Para pengawal di belakang si muka hitam ini memandang beringas, siap menyerang siapa saja yang berani menentang keputusan itu. Para penjudi masih bersungut-sungut penasaran dan tidak puas, akan tetapi tidak ada yang berani rnenentang dan semua orang mundur menjauhi meja. Kini mereka semua memandang kepada Hay Hay karena pemuda inilah yang rnereka harapkan, dan pemuda itu, tanpa pemungutan suara lagi, telah mereka anggap sebagai pemimpin mereka!

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar