*

*

Ads

Kamis, 05 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 034

Hay Hay tersenyum dan diapun menurut saja ketika lengannya ditarik oleh Siok Bi menjauhi meja. Gadis itu masih tetap merangkul pinggangnya ketika Hay Hay berkata,

"Saudara sekalian, biarlah kita terima saja keputusan itu! Biarpun diulang-kocok, kalau memang sudah nasib kita untuk menang, kita tetap akan menang!"

Mendengar ucapan ini, semua orang menjadi lega kembali. Si muka hitam memandang penuh curiga. Tadi dia tahu bahwa ada orang yang main-main dan melawan sin-kangnya dan dalam pertarungan adu kekuatan itu dia telah kalah! Akan tetapi karena banyak sekali tangan berada di atas meja, tentu saja dia tidak tahu tangan siapa itu yang telah menyalurkan sin-kang.

Agaknya tidak mungkin tangan pemuda aneh yang digandeng Siok Bi itu karena selain pemuda itu kelihatan biasa saja, juga Siok Bi selalu menggandeng dan merangkulnya sehingga tentu gadis itu yang juga merupakan pembantu dari pimpinan rumah judi dan memiliki kepandaian lumayan pula, akan mengetahuinya.

Si jangkung muka hitan sudah meloncat turun kembali dan setelah mengamati dua buah dadu itu, diapun memutar atau mengocok sepasang dadu itu ke dalam mangkuk. Seperti tadi, dia menelungkupkan mangkuk di atas meja dan berteriak,

"Apakah nomor pasangan tidak dirubah?”

"Tidak, tetap nomor tiga!" kata Hay Hay.

"Kami juga nomor tiga!"

"Nomor tiga………!”

Semua orang serempak berteriak, walaupun hati mereka khawatir sekali. Bagaimana mungkin dua kali berturut akan keluar nomor sial itu?

"Jangan gelisah, saudara-saudara! Yang keluar pasti nomor tiga. Nomor tiga......!" seru Hay Hay dan seruan ini mengandung kekuatan sihir yang besar dan seketika semua orang di ruangan itu terpengaruh tanpa mereka sadari.

"Satu...... dua...... tiga...... !!" teriak si jangkung muka hitam dan begitu membuka mangkuk, kembali dia terbelalak dan mukanya berubah pucat karena benar saja seperti dikatakan oleh pemuda itu, dadu-dadu itu menunjuk angka satu dan dua.

"Tigaaa......! Nomor tiga, kita menang!" teriak orang-orang itu dengan gembira.

"Nanti dulu, kalian salah lihat! Lihat baik-baik!" teriak si muka hitam dan kini dia menekan meja.

Hanya kedua tangannya saja yang menekan meja, tidak ada tangan lain maka dia merasa yakin akan mampu menggulirkan dadu tanpa ada yang menghalanginya. Benar saja, begitu dia menggetarkan telapak tangannya, sebuah dadu yang nomor satu bergulir ke angka tiga.

Akan tetapi, betapa heran, terkejut dan bingungnya ketika dadu itu bergulir, bukan angka tiga yang nampak, melainkan angka satu pula! Jadi tetap satu dan dua! Kembali dia mengerahkan sin-kang dan dadu itu bergulir-gulir, akan tetapi ke permukaan manapun dadu itu bergulir, tetap angka satu seolah-olah ke enam permukaannya semua berangka satu!

Si muka hitam terheran dan meneliti dadu itu dari samping. Angka-angkanya masih tetap biasa, dari satu sampai enam! Akan tetapi mengapa kalau berguIir, yang nampak angka satu Iagi? Sementara itu, para penjudi bersorak-sorak gembira. Merekapun melihat dadu itu bergulir-gulir, namun tetap angka satu sehingga tetap saja angka itu menjadi satu dan dua.

Kini si muka hitam terbelalak dan mukanya penuh dengan keringat. Celaka, pikiranya. Dia telah membikin bangkrut rumah judi dan tentu dia harus bertanggung jawab terhadap pemimpinnya. Dia merasa ngeri dan tiba-tiba saja dia seperti tadi telah meloncat ke atas meja dan tangannya sudah memegang sebatang pedang telanjang!

"Tidak ada yang menang atau kalah!" bentaknya. "Ada orang membikin kacau disini! Rumah judi ditutup dan kalian boleh membawa pulang uang masing-masing!"

"Tapi kami menang! Harus dibayar dulu....!"

"Dibayar dengan ini?" Si muka hitam mengacungkan pedangnya. "Kami tidak mau membayar karena permainan judi tadi tidak wajar dan ada kecurangan! Hayo kalian semua keluar, atau kami akan menggunakan kekerasan!"






Ketika semua orang memandang, belasan orang tukang pukul itu kini sudah menghunus senjata tajam semua dan sikap mereka mengancam.

Tiba-tiba terdengar suara ketawa nyaring dan ketika semua orang memandang, ternyata yang tertawa itu adalah Hay Hay.

"Ha-ha-ha-ha, maling teriak maling, orang curang teriak orang lain curang, betapa palsunya hidup kalian sebagai penyelenggara perjudian. Saudara sekalian, mundurlah, biar aku yang menghadapi manusia-manusia jahat ini!"

Semua tamu mundur dan mepet pada dinding, dan Hay Hay dengan lembut mendorong Siok Bi untuk melepaskan gandengannya. Siok Bi bukanlah wanita sembarangan dan ia memiliki ilmu silat yang cukup hebat sehingga dipercaya sebagai kepala para pelayan wanita.

Akan tetapi ketika ia didorong, ia merasa betapa ada kekuatan yang amat dahsyat sehingga betapapun ia sudah mempertahankan, tetap saja ia terdorong dan terhuyung sehingga terpaksa iapun mundur sampai ke dinding.

Hay Hay menjulurkan tangannya dan menyambar mangkuk besar di atas meja dadu.
"Saudara sekalian lihatlah betapa curang mereka ini!"

Dia menelentangkan mangkuk itu dan nampaklah oleh semua orang betapa di sebelah atas mangkuk itu terpasang alat rahasia dan nampak ada sepasang dadu disana, agaknya kalau sepasang dadu di atas meja itu hendak diganti sehingga nomornya keluar menurut kehendak bandar, maka alat di dalam mangkuk itu menukar dadu di atas meja dengan dadu yang berada di dalam mangkuk.

Kalau alat rahasia ini gagal, masih ada kekuatan sin-kang bandarnya yang dapat membuat dadu bergulir. Namun, semua itu, alat dan kekuatan sin-kang si bandar, sekali ini tidak berhasil karena di halangi oleh Hay Hay yang menggunakan kekuatan sin-kang kemudian menggunakan sihir.

Melihat ini, tentu saja para penjudi itu menjadi terkejut dan marah sekali.
"Nah, lihat betapa bodohnya berjudi di rumah judi. Hampir semua rumah judi tentu mempergunakan tipu muslihat dan mana mungkin kalian menang? Biasanya yang sengaja diberi kemenangan untuk menarik para tamu adalah anak buah mereka sendiri. Hendaknya kenyataan ini membuka mata saudara sekalian sehingga tidak lagi mau menjadi korban perjudian, menghentikan kebiasaan berjudi yang buruk!"

Mendengar ucapan Hay Hay itu, dipimpin oleh si muka hitam, belasan orang pengawal itu sudah mengepung Hay Hay. Bahkan dari dalam muncul pula bandar pendek gendut itu dan beberapa orang lain sehingga jumlah mereka kini ada dua puluh orang! Semua orang memegang senjata tajam dan sikap mereka amat bengis. Semua tamu memandang dengan hati tegang dan penuh kekhawatiran.

Tiba-tiba nampak Siok Bi, wanita cantik yang tadi menemani Hay Hay, menyelinap masuk ke dalam lingkaran dan meloncat ke dekat Hay Hay. Wajahnya agak pucat dan matanya bersinar-sinar.

"Tidak! Kalian tidak boleh menyakiti Hay-kongcu! Dia tidak bersalah, dan dia melakukan perjudian juga hanya iseng-iseng saja! Kongcu, kuharap engkau suka menyudahi urusan ini dan membawa pergi uangmu dari tempat ini. Tidak ada gunanya bagimu, tidak ada untungnya untuk memusuhi rumah perjudian ini, apalagi mengingat bahwa kongcu bukanlah orang Shu-lu. Sekali lagi kuanjurkan agar kong-cu pergi dari sini dengan aman. Aku yang menanggung bahwa kongcu dapat pergi dengan aman dan tidak diganggu!"

Aneh sekali. Dua puluh orang laki-laki bengis itu agaknya tidak ada yang berani menentang ucapan Siok Bi, hanya memandang kepada Hay Hay seolah hendak melihat bagaimana tanggapan Hay Hay terhadap nasihat Siok Bi itu.

Hay Hay tersenyum dan menjulurkan tangannya, membelai dagu yang halus itu.
"Siok Bi, engkau manis sekali. Terima kasih atas usahamu mengamankan aku. Akan tetapi, tidak. Mereka itu curang dan mereka harus membayar kekalahan mereka kepada semua penjudi disini!"

"Ah, kau..... kau berani...... menentang mereka semua itu?" tanya Siok Bi, membelalakkan mata, tidak percaya.

Ia dapat menduga bahwa pemuda yang amat menarik hatinya ini tentu memliki kepandaian. Akan tetapi betapapun lihainya, kalau harus melawan duapuluh orang bersenjata yang marah itu, apalagi ia tahu betapa lihainya si muka hitam dan si pendek gendut, tentu pemuda ini akan celaka.

Hay Hay tertawa.
"Kenapa tidak berani? Mereka itu hanya sekawanan tikus yang tidak tahu mana kawan mana lawan!"

"Eh? Maksudmu, kongcu?"

"Kau lihat sendiri nanti. Minggirlah, Siok Bi yang manis, dan terima kasih atas kebaikanmu."

Mendengar percakapan itu, dua puluh orang yang mengepung Hay Hay menjadi marah. Mereka dianggap sebagai sekawanan tikus oleh pemuda itu! Begitu Siok Bi yang menggeleng kepala dengan penuh kekhawatiran itu minggir dan kembali ke dinding, si muka hitam lalu berteriak,

"Hajar dan bunuh manusia sombong ini!"

Dia sendiri sudah menyerang dengan pedangnya, mengirim tusukan ke arah dada Hay Hay. Pemuda ini dengan tenang saja miringkan tubuhnya dan pada saat itu, bandar kedua yang bertubuh pendek gendut sudah menyerangnya pula dari belakang, membacokkan goloknya ke arah leher.

Hay Hay juga mengelak dengan lompatan ke depan, kemudian dia membalik dan kedua tangannya menyambar dengan kecepatan kilat. Si jangkung muka hitam dan si gendut pendek yang merupakan dua orang paling lihai diantara dua puluh orang itu, tidak tahu apa yang terjadi atas diri mereka akan tetapi tiba-tiba saja kepala mereka seperti disambar petir dan merekapun terpelanting roboh.

Kiranya petir itu adalah dua buah tangan Hay Hay yang menyambar cepat tadi dan menampar mereka. Ketika dua orang itu dapat bangkit kembali, Hay Hay sudah meloncat ke atas meja dadu yang lebar itu dan bertolak pinggang. Dia tersenyum dan sepasang matanya mengeluarkan sinar mencorong!

"Kalian ini sekumpulan tikus! Musuhmu berada di sekeliling, tidak saling serang mau tunggu apa lagi? Hayo kalian cepat serang musuh kalian di sekeliling kalian!"

Dia menggerak-gerakkan kedua lengannya ke arah mereka dan terjadilah peristiwa yang amat luar biasa. Si jangkung muka hitam dan si gendut pendek kini sudah menggerakkan senjata masing-masing dan saling serang! Dan semua anak buah mereka juga saling serang sehingga terjadilah pertempuran yang kacau-balau, seperti segerombolan tikus yang tiba-tiba menjadi gila semua dan saling serang, tidak lagi mengenal mana kawan dan mana lawan!

Tentu saja para tamu memandang terbelalak penuh keheranan. Pemuda yang mereka anggap sebagai pemimpin itu enak-enak saja berdiri di atas meja judi, bertolak pinggang dan tersenyum-senyum, sedangkan dua puluh orang tukang pukul sudah saling serang tidak karuan. Karena mereka semua menggunakan senjata, maka sebentar saja sudah ada beberapa orang yang roboh mandi darah terkena bacokan.

Siok Bi juga terbelalak penuh keheranan. Akan tetapi, melihat betapa sudah ada beberapa orang roboh mandi darah, ia lalu meloncat ke atas meja dimana Hay Hay berdiri. Semua orang terkejut dan kagum. Meja itu agak jauh dan ia harus melompat diantara orang-orang yang sedang berkelahi dengan senjata tajam, namun Siok Bi dapat meloncat ke atas meja dan tiba di depan Hay Hay tanpa mengguncangkan meja itu!

Hay Hay yang sudah menduga bahwa Siok Bi memiliki kepandaian, tidak merasa heran dan menyambutnya dengan senyum.

"Kau mau membantu mereka?" tanyanya.

Siok Bi memegang lengan pemuda itu,
"Tidak, kongcu, tidak sama sekali! Aku… aku bahkan gembira bahwa engkau yang mampu mempermainkan dan menghajar orang-orang kejam itu. Akan tetapi, hentikanlah. Aku tidak ingin melihat mereka tewas dan akupun mempunyai tanggung jawab disini. Hentikanlah, kasihanilah aku karena aku tentu akan mendapat marah dari pimpinan kalau diam saja……”

Hay Hay mengangguk, lalu menghadapi mereka yang sedang berkelahi, dan dia bertepuk tangan! Tepukan tangannya nyaring, disusul teriakannya yang berpengaruh.

"Heiii, berhenti semua! Apakah kalian sudah gila, saling serang sendiri! Hayo berhenti berkelahi kataku!"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar